11 - Hubungan Beracun

3.3K 295 44
                                    

Taeyong lupa kapan tepatnya sikap posesif Ian makin menjadi-jadi. Apa mungkin dimulai hari itu? Ketika seorang teman sekelasnya memasuki kelas sambil terengah-engah sepuluh menit sebelum kuliah dimulai.

“Yong, mending lo ke ruang Hima deh. Ian lagi mukulin Lucas.”

Jangan tanya sepanik apa Taeyong waktu itu. Sepanjang menuju ruang Hima, ia tak henti bertanya-tanya alasan Ian membuat keributan sepagi ini. Tapi kalau boleh, Taeyong harap bukan karena permintaan maaf Lucas beberapa saat lalu.

Sorry. Gue nggak bermaksud kurang ajar. Gue mabuk. Gue pikir lo itu Ten.

Taeyong tahu Lucas berbohong. Lucas jelas-jelas menyebut namanya sebelum bibir cowok itu meraup bibirnya.

Kejadian itu Taeyong jadikan pelajaran supaya di lain waktu ia tak lagi dalam keadaan sendirian di kamar kos Ten yang bebas dimasuki pacarnya kapan saja. Taeyong juga meminta Lucas melupakan dan tidak membahasnya lagi. Jangan sampai Ten apalagi Ian tahu kejadian malam itu. Demi Tuhan, Taeyong tidak mau persahabatannya rusak hanya karena kesalahan seorang lelaki mabuk.

Akhirnya apa yang Taeyong takutkan terjadi. Ian entah bagaimana caranya tahu masalah itu dan memukuli Lucas habis-habisan.

Taeyong tidak tinggal diam. Ia melerai dan meminta Ian berhenti. Cowok itu memang menghentikannya saat itu juga, tapi Taeyong harus merasakan betapa sakit pergelangan tangannya ketika Ian membawanya pergi dari ruang Hima yang dipenuhi mahasiswa.

Benz hitam itu melaju di jalan raya yang sepi. Taeyong sempat berpikir Ian berencana membunuhnya dengan sebuah kecelakaan. Beruntung hari itu bukanlah hari kematiannya, mobil yang dikendarai ugal-ugalan sampai di parkiran dengan selamat.

“Gue pengin jadi orang pertama yang tahu kalau lo ada masalah. Sekecil apapun masalah itu, gue pengin tahu dan denger langsung dari mulut lo, Taeyong. Tapi lo terus-terusan menyembunyikan sesuatu dari gue. Bahkan pas Lucas kurang ajar sama lo, gue malah denger itu dari orang lain.”

Ian akhirnya bersuara setelah sunyi mencekik Taeyong bermenit-menit lamanya.

“Aku takut Kak Ian marah,” ujar Taeyong sambil memilin ujung bajunya.

Mereka ada di kamar apartemen Ian yang luasnya dua kali lipat kamar Taeyong. Ia menyukai kamar ini sebab Ian menatanya dengan rapi. Pacarnya memang tampak seperti cowok urakan tapi Ian punya sisi perfectionist yang nggak disangka-sangka. Cowok bertato itu menggunakan jasa asisten rumah tangga untuk mengurusi kebersihan unit ini kecuali kamarnya. Ian nggak mengijinkan siapapun masuk ke kamar ini. Katanya, hanya Taeyong yang bisa masuk dan bebas melakukan apapun di sini.

Ian menghela napas frustrasi. “Kenapa–” Ia menjeda.

“Kenapa alasannya nggak jauh-jauh dari lo takut gue ini, lo takut gue itu? Sekarang gue tanya, pernah nggak gue mukul lo?”

Taeyong menggeleng. Bukan takut dipukul, Taeyong takut menyakiti Ian lebih jauh karena perasaan untuk cowok itu sejak awal nggak pernah ada. Ribuan kali Taeyong merutuki kebodohannya yang menerima cowok itu hanya karena kecewa setelah tahu Jaehyun nggak mungkin menyukainya. Ia pikir, menyukai Ian akan semudah saat ia menyukai Jaehyun.

Hanya satu hal yang pasti, meskipun Jaehyun pergi dan tidak memberikan kabar apapun setelahnya, Taeyong tidak pernah merasa sepi karena Ian tak pernah hilang dari pandangannya. Cowok itu menghujaninya dengan perhatian dan hadiah-hadiah yang nggak pernah Taeyong minta.

Sampai suatu hari, Taeyong sadar kalau dirinya terlalu memanfaatkan Ian demi kepentingannya. Hanya karena enggan kesepian, ia berakhir mempermainkan hati seseorang. Tapi alih-alih menjauhi cowok itu, Taeyong berusaha sekuat tenaga membuka hati sebagai penebus rasa bersalah. Usahanya berjalan tanpa punya batasan, Taeyong merelakan dirinya tenggelam pada bujuk rayu Ian.

Loving Her Brother [Jaehyun × Taeyong]Where stories live. Discover now