26 - Tuntutan

2.1K 269 108
                                    

3,9k words

HAPPY READING!

○○●☆●○○

“Istrimu kok, enggak hamil-hamil, sih? Sebelum nikah sudah cek, kan? Kalian sama-sama enggak bermasalah, kan?”

Itu hal pertama yang keluar dari mulut Olivia, setelah berbulan-bulan Jaehyun tak bertandang ke rumah orang tuanya. Bertemu pacarnya–yang notabenenya tinggal serumah–saja harus mengatur waktu dulu karena pekerjaan yang tak sudah-sudah, apalagi harus meladeni permintaan ibunya untuk berkunjung seminggu sekali.

Pertanyaan Olivia mengenai anak dan semacamnya adalah hal yang paling ia hindari. Ibunya memang tidak pernah puas. Jaehyun pikir segala tuntutan itu akan berakhir setelah ia menikah, tapi kenyataannya bertambah parah setelah pernikahannya memasuki tahun kedua dan tak ada tanda-tanda Krystal tengah mengandung.

Jelas saja, hamil dan punya anak tidak ada dalam kontrak perjanjian mereka.

“Memang belum dikasih. Mau gimana lagi?” Jaehyun menyahut seadanya.

“Itu karena kalian enggak benar-benar program. Sama-sama sibuk kerja,” ujar Olivia mendebat. “Coba lihat Alin! Apa kamu enggak nyesel lebih pilih Krystal daripada Alin? Sampai sekarang kamu belum punya anak. Mama malu setiap ketemu teman arisan ditanyain sudah nambah cucu atau belum. Mama malu, Jae.”

“Anak teman-teman Mama semuanya pengusaha sukses. Bisnisnya tersebar dimana-mana. Coba aja dulu kamu itu nggak keras kepala, lanjut kuliah S1 di Prancis. Terus lanjutin bisnis Papa mu daripada kerja luntang-lantung nggak jelas.”

Dan selalu merembet kemana-mana. Kenapa pembahasan mengenai anak berlanjut ke topik lain?

“Nggak jelas gimana sih, Ma? Kenapa malah merendahkan pekerjaan anak sendiri? Saya juga lagi merintis bisnis.”

“Memangnya ada yang suruh kamu merintis bisnis? Kamu bisa lanjutin bisnis Papa mu. Enggak perlu capek memulai dari nol. Terus kalau gagal gimana? Malu lah Jae, kalau sampai teman-teman Mama tahu. Kesannya kami gagal mendidik kamu sesukses Papa mu.”

Jaehyun tahu obrolan ini nggak akan berakhir mudah. Entah berapa besar Olivia akan menjatuhkan mentalnya. Kadangkala Jaehyun iri pada sahabat maupun kerabatnya yang mendapat dukungan penuh dari orang tua. Jika rencananya tidak sejalan dengan apa yang diinginkan wanita itu, maka dia harus bersiap tidak didukung bahkan dikecilkan hatinya dengan kata-kata setajam pisau.

Ingatan Jaehyun melayang di hari dia menyampaikan kepada orang tuanya, bahwa ia lolos sebagai taruna di salah satu sekolah pelayaran. Jaehyun ingat betul, sang ibu nyaris merobek kertas pengumuman itu. Tidak seperti rekan lainnya yang mendapat pelukan serta ucapan selamat, hari itu dia dihadiahi sumpah serapah dari mulut ibunya. Ia tetap melanjutkan pendidikan, walau Olivia mengancam takkan membiayai kebutuhannya. Untung saja sang ayah membela, meski Olivia keukeuh nggak menyetujuinya.

Tekad Jaehyun sudah bulat. Meski tak direstui, ia tetap berangkat. Itu adalah pembangkangan pertamanya.

Imbasnya, tak sekalipun Olivia terketuk pintu hatinya untuk menghubungi atau datang mengunjunginya di akhir pekan atau setelah tahun pertamanya. Bahkan saat Jaehyun harus praktek di atas kapal selama setahun penuh, nggak sekalipun Olivia menghubungi, atau menanyakan kabarnya. Puncaknya, di hari kelulusan Jaehyun. Di mana semua orang tua dan kerabat menghadiri acara kelulusan itu, hanya Jaehyun yang terdiam di barisan. Menahan malu, karena tak seorangpun datang. Sepertinya, surat undangan itu tak pernah sampai ke tangan sang ayah. Padahal Jaehyun sengaja menyerahkan langsung pada ibunya dengan harapan wanita itu akan terketuk pintu hatinya, sebab Jaehyun adalah lulusan termuda dengan segudang prestasi selama masa pendidikannya.

Loving Her Brother [Jaehyun × Taeyong]Where stories live. Discover now