15 - Saran

2.4K 242 31
                                    

○○●☆●○○

Pilihannya jatuh pada membuatkan Jaehyun bekal makan siang. Melihat kemeja-kemeja kantor yang dipakai kakak iparnya, Taeyong menarik satu kesimpulan jika pria itu sedang sibuk melakukan sesuatu di luar karena ia nggak pernah bertemu Jaehyun saat sampai di rumah semalam apapun ia pulang. Lampu-lampu di rumah juga belum menyala sebagai pertanda jika Taeyong adalah orang pertama yang sampai di rumah.

Pagi-pagi sekali Taeyong sudah bangun dan berkutat di dapur. Membuat bento dengan bumbu dapur yang diberikan kakak iparnya sebagai oleh-oleh. Ia juga menerima satu set peralatan makan bermotif bunga Sakura. Jaehyun punya sense yang bagus dalam hal memilih hadiah. Taeyong nggak pernah merasa terbebani dengan hadiah-hadiah dari pria itu karena ia bisa membalasnya dengan mudah dan tak membutuhkan banyak biaya. Untuk membuat bento ini saja hanya bermodalkan sedikit waktu untuk browsing di internet. Mencari berbagai referensi untuk membuat bento yang enak di lidah dan dilihat mata.

Bento pertamanya selesai sebelum pukul delapan. Taeyong menyusun kotak bekal dengan telaten. Bentuk bento-nya terlihat sedikit kekanakan, tapi Taeyong yakin rasanya nggak mengecewakan.

Jaehyun keluar dari kamarnya beberapa saat kemudian. Sudah berpakaian rapi dan membawa beberapa map dengan ransel navy tersampir di bahu. Pria itu tampak terburu-buru seolah dikejar waktu.

“Mas Jaehyun!” panggil Taeyong sambil membawa tas kecil berisi kotak bekal.

Pria itu berhenti tepat di samping rak sepatu. “Nggak kuliah?” tanyanya.

“Masuk siang,” sahut Taeyong. “Ini buat Mas Jaehyun. Kalau terlalu banyak buat sarapan, sebagian lagi bisa buat makan siang.” Ia menyodorkan tas kecil itu.

“Uhm–thank you, tapi dalam rangka apa ini, Taeyong?”

Iris doe itu bergulir malu. “Sebagai ganti es krim sama macaron yang Mas Jaehyun kasih.”

“Kok diganti?”

“Eh–anu ... Sebenarnya bukan sebagai ganti tapi sebagai ucapan terima kasih. Es krim dan macaron-nya enak banget. Makasih ya, Mas Jaehyun.”

Jaehyun menarik sudut bibirnya. “Makasih juga ya, Taeyong. Buat makanannya.”

Taeyong mengangguk senang.

“Nanti berangkat kuliah bareng siapa? Pacar kamu, ya?”

Pemuda itu menggeleng lemah. “Nggak, Mas. Aku sama Kak Ian udah putus.”

“Oh–what a good news.”

Mata bulat Taeyong mengerjap. “Mas Jaehyun bilang apa?” tanyanya seraya menajamkan pendengaran.

“Jadi kamu pergi sama siapa? Ada yang antar nggak?”

“Aku ke kampus bareng Ten. Kosnya nggak jauh dari sini makanya sering berangkat bareng,” jelas Taeyong.

Jaehyun mengangguk mengerti. Sibuk memakai sepatunya terburu-buru. Pria itu menoleh lagi saat sampai di depan pintu.

“Taeyong ... kirimkan nomor rekening kamu, ya.” pinta pria tiga puluhan itu. “Whatsapp, aja.” sambungnya sebelum keluar dari rumah.

Pertanyaan Taeyong menggantung di udara karena pria itu keburu berlalu. Untuk apa Jaehyun meminta nomor rekeningnya?

Meskipun bingung, Taeyong tetap mengirimkan nomor rekeningnya melalui chat Whatsapp. Kemudian membuka pesan Doyoung yang ia abaikan sejak malam karena sibuk berselancar mencari referensi bento.

Loving Her Brother [Jaehyun × Taeyong]Where stories live. Discover now