Prolog

664 18 0
                                    

Stars

Greya Eza Cakrawala namanya, pria dengan tinggi badan sekitar 181 cm. Hobi bermain gitar dan menulis sebuah kalimat di buku hitam yang sering dia bawa ketika waktu kosong. Earphone di kedua telinganya tidak akan pernah lepas dari sana, sederhana dia menyukai musik. Hidupnya bergantung pada sebuah alat, alat yang sudah menemaninya tiga tahun terakhir dan alat itu juga-lah yang sudah membantunya untuk tetap bertahan di dunia yang kejam dan menyakitkan ini. Dimana tidak ada kebenaran atau keajaiban yang datang. Jika ditanya apakah Eza memiliki kisah cinta? Tentu tidak, masalah demi masalah selalu hadir dalam hidupnya entah disengaja atau dibuat-buat, Eza juga menderita penyakit mata sejak kecil dan hal itu pula tidak di ketahui oleh keluarganya dan itu juga sudah berangsur sangat lama, bahkan di sadari ketika sudah dewasa. Semua hak kehidupan, hak cinta, hak kasih sayang miliknya sudah di renggut sudah binasa dan tidak memihak kepadanya. Dan jika ditanya Eza tidak apa-apa? Jawabannya kalian pikir sendiri.

"Waktunya untuk melakukan check-up, Grey." Ya, panggilan itu kembali terdengar di telinganya ketika ia sudah melepaskan earphone itu dari telinganya. Di atas rooftop rumah sakit ini dia memandang langit, entah memang sudah menjadi trend anak muda jaman sekarang atau bagaimana, tetapi untuk Eza sendiri dia punya alasan yang besar untuk menyukai langit. Alasannya juga tidak bisa di jelaskan dengan kalimat atau kata-kata yang tahu jawabannya dan yang ingin mengatakannya adalah Eza sendiri, kalaupun dipaksa untuk mengatakan, Eza mengatakan tidak ingin ya tidak. Suster itu berjalan ke arah Eza dengan senyuman khas seorang perawat dan aroma obat yang dia bawa membuat Eza sesak nafas karena dia sendiri pun sudah merasam muak dengan semua pengobatan ini, seolah-olah dia ingin cepat pergi dari sini dan tidak ingin menginjakkan kaki-pun apa-pun alasannya, apa-pun penyakitnya.

Hubungan Eza dengan keluarga bisa dikatakan tidak begitu baik dan juga tidak begitu buruk, keduanya netral di satu sisi terkadang Eza mendapatkan perhatian namun di satu sisi lagi Eza mendapatkan yang buruk juga. Mulai dari hal sederhana bisa menjadi ekstrim, di dalam mobil taksi selepas pulang dari melakukan pengecekan tubuhnya pun Eza berpikir bahwa dia hanyalah anak panti asuhan yang di adopsi dari keluarga kaya raya untuk dijadikannya sebagai anak, dan mengapa hal buruk terjadi kepadanya? Mungkin karena Eza memiliki riwayat penyakit mematikan ketika Eza mulai memperlihatkan gejala-gejala yang tak wajar sebagai manusia normal pada umumnya, setelah dilakukan diagnosis Eza mendapatkan ini semua. Semua hal buruk. Bukan hal baik. Hujan, itulah yang Eza suka dari alam raya ini. Tenang dan basah, Eza tidak suka gemuruh petir, Eza tidak suka ketika hujannya begitu mengerikan dia sangat suka dengan derasnya hujan namun volumenya masih bisa dikatakan sedang, dia sangat menyukai bagaimana lampu kuning jalan raya menyala ketika rintik hujan itu mengelilinginya dan disaat itu juga Eza akan mengeluarkan ponselnya dan memotret kejadian itu dengan angle yang bagus.

Tetapi malam itu, udara-nya terasa sangat berbeda kepalanya melongok dari jendela mobil, situasi menjadi kacau setelah ia mengambil gambar dari ponselnya yang akan ia jadikan kenang-kenangan di memori ponselnya. Cahaya terang yang menyorot matanya saat itu adalah lampu mobil dari arah kanan yang sepertinya hendak menyebrang tetapi mungkin saja karena kondisi saat itu hujan dan jalanan sepi orang mana lagi yang tidak akan melakukan kesempatan ini untuk mencuri start? Dan sampailah jadi seperti ini. Eza tidak menyalahkan siapa-siapa dia saat ini menstabilkan nafasnya, melakukan pengambilan oksigen semampu yang ia bisa, menggapai sisa-sisa kesadaran yang saat itu sudah berada di ujung kepala. Eza hanya dapat memejamkan mata sambil merasakan kalau kepalanya dan sekelilingnya saat itu terasa sakit dan bau anyir, untuk menggerakkan badan saja pun tidak bisa, posisinya benar-benar tidak bisa Eza katakan baik-baik saja, Eza bahkan tidak bisa mengucapkan beberapa patah kata ketika pelaku yang menabraknya berdiri di hadapannya. Tapi Eza dapat melihat kalau mobil yang menabrak taksi yang ia naiki saat itu adalah mobil besar sejenis Pajero namun lebih mahal kalau tidak salah Range Rover dan samar-samar ia juga masih bisa melihat siapa yang saat ini berdiri di hadapannya adalah kembarannya, Eza tau? Karena baru saja pria ini bersuara dengan berat dan tanpa perasaan berkata. "akhirnya, lo akan mati juga."

[✓] Stars | Sunghoon (SELESAI)Where stories live. Discover now