Bab 19: Ego dan Ambisi Sebesar Samudera

89 9 0
                                    

Stars

"Kalau Jay nggak bisa, Eza juga nggak!" sepulang dari Seattle Jay mendapatkan kabar yang tidak enak di dengar lewat telinganya secara langsung, dia yang menginginkan keindahan dan ketenangan ketika menginjakkan kaki ke tanah Pertiwi ini hilang sudah karena omongan Papa yang tidak mengenakkan.

"gimana kamu bisa membuktikan kepada Papa bahwa kamu pantas?! Kalau Eza bisa tentu anak itu harus di apresiasi."

"Jay?! Anak Papa yang satunya?! Nggak bisakah Papa lihat keberadaan aku, nggak bisa ya Papa memberikan aku penghargaan semisal tepuk tangan atau ucapan selamat?! Selalu aja kurang! Kurang! Kurang! Jay harus ini, Jay harus itu, Jay harus begini, begitu, kurang apalagi?! Jay udah menuruti apa yang anda inginkan Jay juga udah berbakti, Jay juga udah melawan rasa ego punya Jay sendiri demi membuat Papa senang?! Tapi emang usaha Jay nggak pernah bisa buat Papa bahagia. Bahkan kalaupun aku mati kayaknya Papa nggak bakalan sedih." Satu tamparan di depan umum mendarat di wajah Jay saat ini, begitu tiba-tiba dan membuat Jay mencerna apa yang baru saja terjadi. Di bandara ini suara nyaring itu terdengar.

"Jaga nada bicaramu? Pantas sebagai anak berbicara begitu di depan orang tuanya?"

Jay tidak takut kali ini, laki-laki itu mendongak dengan mantap lalu mengatakan hal yang seharusnya tidak ia katakan "kalau mau di hargai, hargai dulu anakmu sendiri, anda sendiri yang sudah membuat saya sebagaimana yang anda inginkan. Jangan salahkan saya ketika saya membangkang atau durhaka kepada anda, karena apa yang anda tempa itulah hasilnya. Saya sudah cukup muak untuk terus bertahan dari anda yang kerjaannya hanya membeda-bedakan ini dan itu, merasa kurang puas dan beraninya hanya mencaci maki."

"Jika mulutmu tidak bisa berkata baik, maka cukup diamlah." Yang Jay dapatkan saat itu adalah tamparan keras kembali wajah lawan bicaranya nyalang tak karuan, Jay tidak malu diperlakukan seperti ini di depan umum, dia melakukannya dan membiarkannya begitu saja karena dia juga sudah lelah dan menahan sesak yang luar biasa sangat ia rasakan.

"ANAK TIDAK BERGUNA!"

"KERJANYA MEMBEBANI ORANGTUA!"

Dan Jay lebih memilih untuk menahan segala rasa apapun yang saat ini membelenggu dirinya, dia tidak ingin hilang kendali, perasaan membunuh hadir sedikit demi sedikit tetapi Jay bisa menahannya dengan baik. Air matanya turun perlahan membasahi pipi keringnya sebuah limpahan air mata yang Jay tahan mati-matian akhirnya jatuh juga melewati begitu saja dan mengucur dengan derasnya. Tidak peduli dia dikatakan cengeng atau bagaimana, yang dapat Jay lakukan saat ini hanyalah meluapkannya dengan tangisan bukan dengan kekuatan.

"Yang minta di lahirin ke dunia ini siapa anjing!"

"gue nggak pernah minta!"

"yang bilang gue kuat siapa?!"

"Yang bilang gue sanggup menjalani siapa?!"

"nggak pernah sekali aja orangtua memahami anaknya walaupun sedikit aja, mustahil karena mereka di balut ego mereka yang tingginya bukan main!"

"nanti kalau orangtua udah nggak ada menyesal, coba sekarang di balik kalau anak udah nggak ada mereka menyesal nggak?!"

Jay menahan tamparan itu, kemudian matanya menatap nyalang merah dan penuh dengan guratan kebencian yang besar ketika hanya melihat matanya. "Dalam hidup saya, saya nggak pernah punya rasa sebenci ini kepada sosok manusia yang pernah saya temui! Sekalipun saya dilahirkan kembali saya nggak akan pernah sudi jadi anak anda!" dan saat itulah Jay meninggalkan barang-barangnya kemudian berjalan cepat meninggalkan Papa yang ia biarkan di belakang sana, teriakan dan rasa malu serta eksistensi dirinya yang semakin jelas membuat sorot mata tertuju padanya tetapi tujuan utama Jay saat ini adalah, pergi sejauh mungkin dia dapat menenangkan diri dan hati.
Di dalam hati Jay berteriak penuh dengan kekesalan dan kekecewaan yang ia tahan-tahan sejak tadi air matanya yang berjatuhan juga dapat menjelaskan bagaimana sesaknya ia menahan semua perasaan menyakitkan itu yang berkumpul menjadi satu. Kalaupun dia bisa meminta kepada Tuhan, Jay tidak ingin kejadian seperti ini kembali terulang.

[✓] Stars | Sunghoon (SELESAI)Where stories live. Discover now