Bab 17: Kepada yang Terkasih

72 10 0
                                    

Stars

Jay saat ini berdiri beberapa langkah dari tubuh Sekar yang mematung, menatap dengan penuh keyakinan sampai-sampai membuat Jay tidak dapat membalas tatapan gadis itu. Terkesan seperti marah tetapi tidak dapat juga dikatakan bahwa gadis itu sedang marah kepadanya. Setelah mengirim beberapa pesan kepada Jay bahwa Sekar ingin bertemu secara langsung dengannya, permintaan gadis ini akhirnya terwujud. Di sebuah persimpangan dekat rumah Jake, mereka berada. Berdiri di atas trotoar saling beradu pandang tanpa ada ucapan yang berbicara.

“Mau jalan dulu nggak Jay? Ya aku tahu ini agak gimana gitu, tapi kalau kamu nggak mau nggak pa-pa.” Dan dugaan Sekar benar adanya, Jay menolak.

“Nggak.” Kalimat penolakan itu jelas menusuk langsung ke hati, tajam seperti silet yang baru saja di asah.

“Oh—ok-oke—“ dengan cepat Jay memotong ucapan gadis itu, seperti pertanyaan sarkas dan kasar. “ini lo mau ngomong apa? Gue nggak ada waktu.” Dan baru kali ini juga Sekar bisa melihat perbedaan emosi Jay yang begitu drastisnya berubah.

“Cuma mau bilang, kalau lo harus jaga kesehatan ya, jangan stress terus. Katanya mau ngejar Eza ke Amerika buat masuk universitas bareng disana.” Jay diam tidak merespon.

“lo mau tau kabar Eza atau gimana? Jangan basa-basi.” Jay bertanya kembali setelah Sekar beberapa menit sebelumnya terdiam.

“bu—bukan Jay, aku disini mau bilang kamu harus baikan sama Eza, aku mau mencoba untuk melupakan Eza sepenuhnya. Dan aku sadar, dari awal aku yang udah buat hubungan kalian itu renggang.”

“emang.” Begitulah respon Jay dengan secepat kilat dia menjawab ketika Sekar sedang berbicara bahkan belum sampai ke titik akhir ucapannya.

“seharusnya Eza nggak ketemu sama lo.”

“Dan seharusnya juga gue nggak jatuh hati sama lo.”

“Lo yang salah.”

“bagus akhirnya lo sadar.” kata-kata Jay yang diucapkan bertubi-tubi itu jelas membuat air mata Sekar jatuh membasahi pipinya, benar-benar sakit.

“Ini udah nggak ada apa-apa lagi kan? Gue bisa pergi?” Jay bertanya sambil membuka pintu mobilnya.

“Jahat kamu Jay.”

“lo yang bikin gue jadi jahat, dan jangan anggap lo orang baik. Lo nggak punya pendirian kalau lo nggak dekat sama Eza!” Jay menunjuk-nunjuk Sekar dengan tatapan nyalang dan marah yang sama sekali belum Sekar lihat sebelumnya.

“Lo itu nggak punya pendirian, apa-apa harus Eza, apa-apa harus Eza! Bahkan yang waktu pesta Resa dia sebenarnya nggak mau datang, tapi Eza datang! Biar apa? Biar lo dateng! Gue tau lo nggak bakal dateng kalau Eza nggak datang juga! Obsesi lo akan Eza ekstrim!! Bahkan lebih dari Resa!”

“Lo selalu harus Eza!! Kalau Eza mati lo juga mau mati?!” satu tamparan mendarat di wajah Jay dengan keras, laki-laki itu terdiam bahkan dia tidak sadar jika Sekar sebelumnya berjalan mendekatinya dengan derai air mata. “jaga mulut kamu Jay!” Sekar menunjuk ke arah wajah Jay tak kalah menyeramkan.

“Aku sayang sama Eza! Eza itu cinta pertamaku! Cuma dia laki-laki hebat yang bisa buat aku nyaman dengan hal sederhananya, hanya dia yang bisa buat aku mengerti apa itu dunia, hanya dia yang buat aku mengerti arti bersyukur yang sesungguhnya!”

Jay terdiam mendengar bagaimana penjelasan dari seorang Sekar, alasan itu berhasil membungkam mulut Jay. Kalimat yang sebelumnya ia simpan dengan rapih dan di kemas secara apik di dalam otaknya mendadak hilang dan pergi entah kemana. Sebegitukah besarnya rasa cinta dari seorang Sekar kepada Eza? “yang patut untuk dikatakan brengsek itu!” Sekar memberi jeda sambil mendekatkan kembali tubuhnya ke arah Jay.

[✓] Stars | Sunghoon (SELESAI)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon