Bab 7: Jawabannya Hanya Satu di Antara Dua Pilihan

50 4 0
                                    

Stars

Malam itu mereka bertiga menghabiskan waktu di warung sate taichan jauh bergabung bersama dengan hiruk pikuk ibukota dipadu dengan padatnya lalu lintas, mereka berdua saling menikmati sate itu hingga beberapa tusuk lenyap karena obrolan mereka yang serunya bukan main. Raka juga ada disana melihat bagaimana dua pasangan manusia ini saling bercengkrama dan bercerita satu sama lain tentang apa saja, di seperti seorang nyamuk? Tidak, justru Raka-lah yang berpengaruh besar atas kemajuan mereka berdua saat ini. “lagian juga kalau misalnya banjir di ibukota terantisipasi itu mustahil coba aja kali-kali di Jakarta kita lihat sempit kan semuanya, udah gitu juga di bantaran kalinya banyak rumah, sampah padahal udah ada tempat pengepulan sampah masih aja bandel buang sampah di kali. Udah gitu siapa yang disalahkan?” Raka bertanya sengaja mengundang jawaban dari mereka berdua.

“pemerintah.” Meja mereka ramai sendiri karena suara tawa mereka yang menyatu secara bersamaan serta jawaban yang keluar dari mulut mereka.

“habis ini coba martabak telor yok—“

“IYA-IYA AYOK GUE ADA TEMPAT YANG ENAK NIH.” Jay tersenyum setelah Sekar berkata seantusias itu ketika Jay menyebut nama makanan kesukaannya.

“Lo soal makanan nomor satu ye Kar kayak sate taichan gini, gimana Jay makanan Mall nggak melulu harus nomor satu kan?”

“makanan pinggir jalan lebih oke bre, kenyang, murah, porsi pas.”

“Ayok gais kita berangkat gue pengen nunjukin tempat martabak telor terenak alam semesta!!!”

...

“Lo suka banget sama martabak.” Raka berkomentar sambil menyesap nikotin yang melekat di tangannya sejak Jay memesan martabak satu porsi. Dan kini laki-laki itu masih ada di samping Abang penjual martabak penasaran bagaimana cara membuat makanan seperti itu.

“Ini makanan favorit gue waktu Eza masih deket.”

“jadi ceritanya ini nostalgia?” ledek Raka dibalas pukulan kencang yang mendarat di bahunya.

“Akhir-akhir ini gue sering ngelihat Eza sama Resa terus.”

“Lo cemburu gitu?” pernyataan itu praktis membuat Sekar sadar akan ucapannya ini terkesan seperti memberikan Raka pandangan bahwa Sekar menyukai pria itu.

“Lo suka sama Eza?” Raka memastikan.

“nggak, gue nggak suka Eza lagian dia juga mana mungkin suka sama cewek modelan kayak gue.”

“Udah pesimis sendiri lo, bukannya cowok suka ya cewek modelan keras, marah 24/7 kayak lo.” Raka meledek lagi.

“lo bisa gue gantung Ka sampe ngeledek gue lagi.” Sekar jengkel ketika laki-laki di sebelahnya tertawa tanpa dosa.

“Gue penasaran nih, gue spoiler mau nggak?”

“Apaan?” Sekar memperhatikan Raka.

“sebelum ke arah sana lo udah tahu kan kalau Jay suka sama lo, dan lo sadar itu kan?”

“hah?”

“Oh lo belom tahu, Jay suka sama lo Kar makanya dia deketin lo cuman ya gue menelisik lo akhir-akhir ini kayak lagi nge-galauin seseorang atau lo lagi jatuh cinta itu yang gue rasain ya ini mungkin mau sok tahu, tapi gue liat gerak-gerik dan mimik wajah lo beda. Banget Kar. Kalau lo suka sama seseorang lebih baik lo bilang sejujurnya sama Jay Kar.” Sejujurnya Sekar nyaman dengan sikap Jay yang seperti ini tetapi ketika dia sadar karena Raka memberitahu bahwa ini semua adalah cara untuk mendekatinya, Sekar tidak pernah merasakan cinta tersebut hadir di dalam hatinya. Melainkan cinta itu semakin membesar kepada seseorang yang saat ini berada jauh di sana, di dalam kamar mungkin saat ini sedang sibuk mengejar beasiswa.

[✓] Stars | Sunghoon (SELESAI)Where stories live. Discover now