Bab 11: Jakarta dan Isinya

63 7 0
                                    

Stars

Menikmati sate taichan seorang diri di pinggir jalan bersama dengan harapan yang mulai pupus, rasa hati sesakit ditusuk besi jeruji, di penjara bagaikan binasa dari sebuah kesalahan yang menjatuhkan harga diri. Berbicara tentang apa saja yang yang memang harus dibicarakan melihat seisi jalanan penuh akan keramaian walaupun weekend seperti ini rasanya mustahil jika harus di beri waktu rehat. Jakarta padat penduduk begitulah namanya, berita televisi yang selalu mempermasalahkan banjir, korupsi dan segala seluk beluk pemerintahan sudah menjadi bagian dari penduduk Jakarta dan begitulah hari-hari berikutnya terjadi. Sendirian tetapi bukan kesepian, itulah yang Jay rasakan saat ini. Jay membutuhkan waktu dan tempat untuk menenangkan hatinya seorang diri, biasanya dia akan pergi ke mall untuk melihat baju, parfum, atau sepatu. Tetapi kali ini Jay memilih untuk berjalan-jalan di daerah Senayan dan menjajal beberapa dagangan yang dijual disana, Jay menikmati seorang diri di gelapnya malam di ramainya hidup, dan sepinya hati.

Banyak pasangan muda-mudi yang Jay lihat dan banyak juga yang melihat Jay karena parasnya, sepertinya egois jika harus memiliki paksaan dari dalam diri ketika menginginkan seseorang. Rasanya juga mustahil bisa semua yang dijalankan dengan keterpaksaan akan berakibat fatal pada akhirnya. Dan saat ini juga Jay memikirkan hal itu berkhayal bagaimana jika nanti hubungannya terjadi di antara Sekar dan dirinya, ketika gadis itu masih memiliki perasaan kepada orang lain tetapi menerima Jay karena dengan alasan tidak enak. Lebih sakit yang mana? Jay menghembuskan nafasnya sejenak untuk merelaksasi pikiran dengan musik-musik yang melantun di mobilnya saat ini. Jam menunjukkan pukul 10 malam dan Jay harus segera pulang, laki-laki ini juga tidak tahu harus kemana lagi setelah menjajal sate taichan untuk kedua kalinya dengan es teh manis yang sudah sering kali ia coba. Entah bagaimana dan apa yang sudah terjadi pada dirinya saat ini laki-laki itu mendapati bahwa seseorang sedang membuat ponselnya bergetar di dalam saku celananya.

Sekar. Tanpa banyak basa-basi Jay langsung mengangkat layar ikon panggilan masuk, setelahnya suara gadis itu terdengar merdu di telinganya.

"Halo Jay, assalamualaikum."

"waalaikumsalam, ada apa Kar?" Jay hanya ingin bersifat biasa saja, dia sudah melupakannya, ya mau bagaimana lagi sudah terjadi toh tidak bisa di ulang.

"Lo dimana?"

"di luar."

"Oh ya? Sendirian?"

"iya."

"Kirain sama Eza." Jay menelan salivanya saat itu sebisa mungkin ia harus bersikap tenang.

"nggak, Ez-Eza di rumah. Ya lo tahu dia ngapain."

"lo tahu nggak kapan Eza ujian beasiswa?"

"nggak lama lagi, kenapa?"

"nggak pa-pa sih Jay penasaran aja dia nanti ujiannya di mana."

"Amerika." Jay mengohkan mulutnya disana karena gadis itu mengucapkan kalimat tersebut ketika Jay berbelok dari perempatan lampu merah yang dekat sekali dengan rumah sakit yang sering Eza kunjungi berada.

"Kira-kira berapa lama Eza disana Jay?"

"Dua bulan."

"wow lama banget."

"Iya dia kursus disana, sekalian berobat lagi."

"Eza bilang dia udah baik-baik aja, kenapa harus periksa lagi Jay."

Jay memijat pelipisnya ketika mobilnya sudah masuk ke dalam kawasan perumahan yang akan membawanya ke rumahnya berada. "ya nggak ada salahnya juga kan."

[✓] Stars | Sunghoon (SELESAI)Where stories live. Discover now