Bab 14: Harapan Yang Suram

95 10 0
                                    

Stars


Eza tidak mengerti karena kejadian semalam perdebatan di antara kedua laki-laki yang satunya masih tertidur di kasurnya itu telah membuat Jay bungkam di hadapannya, baru kali ini juga Eza melihat kedua sahabat yang sangat dekat memiliki masalah hanya karena dirinya. Jake membela Eza, sedangkan Jay kecewa penuh dengan amarah yang membara.

Eza tidak suka disaat dia harus fokus pada belajarnya malah bermonolog dan mengingat kejadian semalam yang terjadi begitu cepat dan menyakitkan, untung saja saat itu emosi Jay tidak terdengar oleh Papa dan Mama. Rumah ini berpenghuni tetapi tidak ada tanda-tanda kehidupan sejak mereka berdua sibuk mengurus pekerjaan, melupakan anak-anak mereka yang hanya diberi kecukupan uang dan materi. Di tuntut untuk menjadi berguna sementara memiliki kasih sayang pun tidak, disaat itu juga suara Jake menginterupsinya, Eza menoleh kemudian melihat ke arah piring berisikan sandwich yang sudah ia buat sebelumnya, subuh-subuh sekali.

"lo udah bangun dari kapan?" laki-laki itu bertanya dengan jiwa yang masih setengah tersadar.

"subuh, makan tuh udah gue buatin sandwich."

"Soal tadi malam gue bener-bener emosi Za, maaf." Jake kembali mengatakan kalimat itu.

"Nggak pa-pa." Mulutnya berkata demikian tetapi hatinya tidak, ada rasa yang janggal dan keinginan untuk segera pergi dari rumah ini sebenarnya. Berharap setelah Eza tidak ada disini hidup laki-laki itu akan jauh lebih baik, Eza bahkan sudah benar-benar lost contact dengan Sekar. Bukan mengungkit atau meluapkan perasaan hanya saja Eza ingin Jake tahu bahwa semua teman-teman yang ada di sekolahnya sudah tidak berinteraksi lagi dengan Eza, kecuali Jake, Raka, Kayle dan Xavier. Kedua laki-laki yang jarang sekali di temui itu juga sibuk dengan urusan sekolah, mereka berdua mengikuti ekstrakurikuler di sekolah maka tak jarang mereka berdua sangat sulit untuk di temui.

"gue mau check-up lagi, lo bisa pulang bre. Nggak di cariin orang tua lo kali?" Eza bukan mengusir hanya saja untuk memberitahu Jake bahwa menginap di rumah orang tanpa izin orangtua itu adalah sesuatu yang buruk.

"Gue anterin."

"sure, setelah itu lo balik ke rumah."

Jake sebenarnya berat hati, tetapi ketika melihat wajah teduh milik Eza hatinya mengiyakan omongan laki-laki di hadapannya. "Kalau dia ngelakuin hal apapun ke lo, kasih tau gue." Eza memilih untuk diam dan melanjutkan aktivitasnya.

...

Bertemu atau tidak Eza sama sekali tidak menginginkan ini terjadi, ingatan tentang Sekar ketika gadis itu berdiri di hadapannya saat ini setelah berjarak beberapa bulan tidak pernah bertemu akhirnya dapat melihatnya dengan jarak sedekat ini, tepat ketika Eza menginjakkan kaki untuk masuk ke dalam lobby rumah sakit, dia ada disana.

Tersenyum. Tetapi lebih ke senyuman menyakitkan yang Eza lihat.

"Eza." Eza masih mencerna semua kejadian yang terjadi secara tiba-tiba, pandangannya benar-benar nanar jika Jay melihat ini apa yang akan terjadi pada dirinya, Eza ketakutan tetapi ia bisa menahan dia tidak ingin fisiknya hancur dan menjadi sasaran pertanyaan ketika disaat ujian itu tiba, sudah tidak lama lagi dan Eza harus menjaga dirinya sebaik mungkin. Menjauh dari Sekar memang tepat tetapi untuk alasan yang tepat, Eza tidak menemukannya. Berpura-pura tidak peduli tidak berarti juga untuknya. Sekar akan jauh lebih hebat dari apa yang dilakukan Resa. Maka Eza mengikis jarak setelahnya membiarkan gadis itu berdiri disana jauh dari tubuhnya.

"Akhirnya kita ketemu Za, ada banyak yang pengen aku tanyain ke kamu." Gadis itu benar-benar sempurna sekarang, sangat berbeda dari yang dulu. Sempurna dalam artian pakaian dan segalanya terasa cocok dan berbeda dari sebelumnya. Indah, dan sekaligus menawan.

[✓] Stars | Sunghoon (SELESAI)Where stories live. Discover now