Bab 18: Sedikit Lagi, Kita Akan Sampai

108 9 0
                                    

Stars


"Lo ngapain kesini?" Eza bertanya dengan mengikis jarak di antara keduanya.

"Disuruh Mama sama Papa, gue disuruh jenguk lo." Maka Eza diam kembali, dia tidak ingin membuat percakapan yang intens dengan laki-laki naif di sebelahnya. Eza hanya ingin ini cepat berlalu dan berharap bahwa ini mimpi, tetapi ketika jantungnya mendadak berhenti sejenak membuatnya tersadar bahwa ini semua adalah nyata, rasa sakit yang ia rasakan meskipun hanya berselang detik pun tidak dapat memungkiri bahwa ini mimpi. Eza mulai panik dengan kesehatan tubuhnya, maka ia bergegas pergi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun kepada laki-laki yang duduk di sebelahnya saat itu. Dia bergegas memanggil taksi yang kebetulan sedang berhenti karena lampu merah, berulang kali Jay memanggilnya tetapi Eza tetap pada tujuannya, ajaibnya ketika Eza sudah masuk dan duduk di dalam taksi lampu berganti menjadi hijau dan inilah kesempatan bagi Eza untuk menyuruh sopir segera pergi dari sini, menuju rumah sakit.

Tanpa butuh waktu lama Eza sudah berada di dalam rumah sakit, menunggu bagaimana respon dari sang dokter yang sedang mengamati layar monitor dengan serius. "kamu mengalami Aritmia, yang artinya gangguan terhadap irama jantung yang mengakibatkan terjadinya reaksi jantung berhenti berdetak secara singkat. Kondisi ini umum terjadi, penyebabnya bisa jadi kamu kelelahan, tidak usah difikirkan terlalu serius ya nak Eza. Cukup fokus kepada kesehatan paru-paru kamu saat ini." Katanya dengan logat Amerika yang khas, Eza mengangguk kemudian berterima kasih dan mulai keluar dari ruangan dokter itu, kemudian matanya tertuju pada Jay yang sudah duduk luar ruangan dengan melipat kedua tangan di dada.

"lo sakit apa lagi?" Pertanyaan laki-laki yang berdiri di hadapannya ini jelas membuat Eza terdiam seribu bahasa, dia tidak bisa berpikir jernih lagi. "gue cuma Check-up." Katanya.

"Check-up ke dokter jantung? Bukannya lo harusnya di spesialis paru-paru?"

"Ada hal yang nggak perlu lo tau Jay."

"why?"

"Lo bukan orang spesial yang harus gue percaya lagi." Kata Eza.

"Lo udah buat gue trauma, terimakasih perhatian lo udah datang sejauh ini sampai ke Seattle. As u can see, gue baik-baik aja disini, teknologi disini memungkinkan gue untuk bisa beradaptasi jauh lebih lama. Kalau ada masalah yang mau di selesaikan, lebih baik jangan disini Jay, jangan di Seattle. Tunggu gue ada di Indonesia, setelah itu terserah lo."

"dan artinya lo nuduh gue gitu? Gue kesini niat dari hati gue untuk lihat lo Za, sebegitu buruknya gue di mata lo?!"

"saking buruknya gue nggak mau lihat wajah lo lagi. Bahkan lo dekat-dekat gue lagi rasanya semakin buat gue sesak Jay. Gue ingat kesalahan gue sama lo, jadi kalau lo mau semua itu terlupakan, lo harus memulainya dan menjauhi si penyebabnya." Eza berjalan tanpa mempedulikan Jay yang berdiam diri dengan kekesalan yang membuncah mungkin saja, itu hanya perkiraan Eza. Tetapi ketika Eza mendengar bahwa Jay tidak mengeluarkan beberapa kata dan tidak kunjung pergi dari sana, ada rasa dimana Eza ingin memanggil namanya. "kalaupun lo bunuh gue di hari ini Jay karena omongan gue yang menyakitkan sebelumnya, nggak pa-pa. Gue bisa mengatakan itu takdir dan itu murni kesalahan gue sendiri karena udah buat lo marah dan emosi."

...

Ketika Jake mendapatkan kabar bahwa Jay tidak ada di Indonesia dan pergi ke Seattle jantungnya hampir saja berhenti, laki-laki itu langsung teringat akan keselamatan dari seorang laki-laki yang memiliki niat baik di negara sana, meskipun iming-iming Jay pergi kesana karena mengecek keadaan Eza, itu seperti sebuah ancaman bagi Eza menurut pemikiran Jake. Meskipun Jay adalah sahabatnya sekaligus saudara baginya melihat laki-laki itu menjadi orang yang kejam dan jahat adalah tindakan yang tidak pernah dapat Jake toleransi apapun itu alasannya.

[✓] Stars | Sunghoon (SELESAI)Where stories live. Discover now