Bab 1: Serupa Tapi tak Sama

368 19 1
                                    


Stars

"Jay!!" suara itu membuat Eza terbangun dari tempat tidurnya pagi itu terasa sangat ramai, banyak aktivitas yang dapat Eza dengar ketika ia perlahan-lahan tersadar dari tidurnya yang panjang kemarin malam. "Kaleid Jay Cakrawala!! Bangun sayang." Eza mendengar bahwa pintu di depan kamarnya saat itu terbuka kemudian di lanjutkan dengan ucapan lembut seorang wanita. "Good boy, mandi habis itu sarapan okay?" setelah itu pintu Eza dibuka namun hal yang berbeda saat itu hanyalah "mandi, sarapan." Datar tanpa ekspresi. Eza bisa melihat saudara kembarnya berdiri disana masih dengan wajah kantuknya dan membuatnya ingin tertawa. "mandi." Kata Eza sambil membawa handuk dan melihat pria di seberangnya tersenyum lebar kepadanya. Yang masih menyayangi dirinya di keluarga ini adalah kembarannya, Jay. Pria yang memiliki kharisma yang kuat, tampan dan pandai memikat wanita-wanita di sekitarnya melalui petikan dawai gitarnya.

"Mau nambah nasi nggak bre?" Jay mengajak Eza berbicara di ruang makan saat itu, mereka tidak dilarang untuk saling bertukar pembicaraan. Tidak seperti sinetron-sinetron lainnya yang ketika salah satu anggota keluarga di benci maka tidak ada pembicaraan yang terjadi di antara dirinya, mereka tidak seperti itu hanya saja. "kamu ada check-up lagi kan? Datang sendiri Mama ada urusan di butik." Eza yang mendengarnya hanya mengangguk sambil melanjutkan makanannya. "habis check-up langsung pulang." Tambah Papa yang menikmati makanannya di samping Eza. Mereka seperti peduli, tetapi ucapan mereka justru menyakiti hati Eza pasalnya mereka tidak pernah memperlihatkan letak rasa kasih sayang ataupun sesuatu yang saat ini Eza butuhkan, sebuah peluk untuk kepelikannyaa di dunia sebuah tempat untuk membuatnya merasakan rasa rehat walaupun hanya sedikit. Hanya itu yang Eza butuhkan berbeda lagi ketika mereka berdua berbicara dengan Jay, terdengar lembut dan peduli dari ucapan mereka. "Eza, lo nggak bawa tabung oksigen lo?" tanya Jay.


"Kamu ngapain peduliin dia? Urus aja urusan kamu sendiri Jay." Itu suara Papa menginterupsi keadaan yang akan tambah runyam jika Jay akan membantah ucapan Papanya dan Eza akan dengan cepat menolaknya.

"Biar gue aja, lo masuk aja kasian pak Juan udah nungguin." Kata Eza pria itu melangkah sambil memasang selang oksigen ke dalam lubang hidungnya kemudian dibawanya tabung itu keluar dan masuk ke dalam mobil. Eza tidak akan menggunakan tabung itu di ruangan kelas, dia akan menggunakannya ketika ia memang sedang butuh. Alat itu akan di letakkan di dalam ruang UKS biasanya Eza akan menggunakannya ketika jam-jam tertentu saja, seperti istirahat di jam 9.30 pagi, jam 12.00 siang dan ketika hendak pulang sekolah di jam 15.00 sore. Untuk pelajaran olahraga sendiri Eza tidak mengikutinya padahal dulunya Eza sangat berprestasi dalam bidang olahraga, membawa piala perunggu perak dan emas, namun perunggu kebanyakan. Olahraga favorit Eza sukai adalah ice skating, entah mengapa rasanya membuat jiwanya hidup dan bangkit sebenarnya Eza masih bisa melakukannya namun tidak seindah dan tidak se-anggun dulu, Eza hanya mengitari lapangan ice skating sambil memejamkan mata dan merasakan angin sejuk yang menerpa tubuhnya ketika dia menggerakkan kakinya untuk membuat tubuhnya bergerak di atas es. "Ezaa." Gadis cantik dengan rambutnya bergelombang menyapanya di dalam kelas.

"Aku kemarin jalan sama Jay, terus liat-liat kemeja di H&M bagus banget kamu suka?" Eza meresponnya dengan anggukkan tanpa ekspresi senang ataupun bahagia ternyata kemeja hitam itu dipilih olehnya, lebih tepatnya mantan pacarnya. "kok kamu kayak nggak seneng gitu sih?" inilah mengapa Eza tidak memiliki ketertarikan pada orang-orang, cara berekspresinya selalu di salahkan seperti barusan, Eza senang sejujurnya tapi ekspresinya tidak menunjukkan bahwa dia bahagia maka untuk mencairkan suasana Eza tertawa sambil mengatakan "seneng." Katanya.

"Pantesan kamu sakit, kamu nggak pernah bersyukur sih." Eza mencerna ucapan gadis itu.

"Maksudnya?"

"Ya liat aja sekarang, aku kasih tau kabar baik seperti itu ke kamu. Kamu nggak pernah tuh merasa bersyukur meskipun untuk hal kecil." Dan entah mengapa salah satu wanita menyahut dari belakang tepatnya dia duduk di belakang bangku Eza. "yaelah Key lo bisa nggak sih gausah ngurusin orang? Dia juga udah bukan pacar lo lagi, cara Eza mengekspresikan sesuatu itu ya begitu. Dia nggak pinter untuk mengekspresikan sesuatu bukan karena dia kurang bersyukur toh yang penting dia seneng kan tadi lo bisa nggak sih gausah urusin dia lagi, berisik gue mau tidur!" suara Sekar menggema di ruangan kelas ini, Jay melihat ke arah Eza begitu juga dengan Eza. Mereka sama-sama melihat satu sama lain dan acungan jempol mendarat di wajah Eza saat itu entah apresiasi apa yang Eza dapatkan sehingga Jay mengangkat ibu jarinya tinggi-tinggi.

[✓] Stars | Sunghoon (SELESAI)Where stories live. Discover now