The One and Only Bride

8.5K 1.1K 69
                                    

-Vegas Pov-

Aku menengok ke arah sumber suara penghormatan hanya untuk mendapati seorang omega wanita tengah memamerkan senyum sumringahnya. "Maksudmu, omega terbaik yang paling cocok bagiku adalah dia? satu-satunya cucu omega yang kau punya?" Kekehan mengejek aku lontarkan.

Pria tua tengik itu mengangguk yakin dan memberi isyarat agar omega wanita itu berjalan mendekat. Tanpa basa-basi, feromon omega miliknya seketika melukai indera penciumanku. Since, aku memang tak pernah suka feromon mereka. Apalagi bila karakternya terlalu kuat dengan tujuan memikat seorang alpha. Ugh, disgusting. Kepalaku sampai terasa pening. "Paduka pangeran sudah tahu tentangnya, kan? namanya Vivian. Dia ini satu-satunya cucu omegaku. Dia cantik, tata kramanya baik, berbakat di bidang musik dan kecerdasannya bahkan sudah diakui seluruh pengajar di akademi kekaisaran."

Aku mengalihkan pandanganku ke arah seorang omega wanita yang terlihat berbangga diri setelah dipromosikan oleh kakeknya. "Namamu Vivian?" Ia pun mengangguk antusias. "Kamu cantik. Tapi aku tak suka wanita cantik. Aku lebih suka pria cantik." Tanpa menanggapi wajah terkejutnya, aku melenggang pergi meninggalkan ruang pemujaan.

Setelah kembali ke lapangan tempat berlatih para prajurit, kulihat Ken masih mengendarai kudanya yang segera ia arahkan ke arahku. Pria alpha itu bergegas turun dan memberi sanjungan padaku. 

"Anda tidak apa-apa, paduka?" Aku mengacungkan pedang ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anda tidak apa-apa, paduka?" Aku mengacungkan pedang ke arahnya. "Ayo bertanding. Aku butuh penyegaran," ujarku.

-Pete Pov-

Semalam tubuhku seperti lumpuh. Aku bahkan tak bisa bergerak sedikitpun untuk sekedar melawan. Pria itu benar-benar aneh. Terlebih tentang bagaimana caranya menerobos masuk ke dalam kamar yang membuatku kehabisan akal. Padahal, aku ingat betul bagaimana pintu depan dijaga sistem keamanan yang terjamin. Pun dengan jendela kamar dan pintu balkon yang sudah terkunci rapat.

But anyways, setelah kepergiannya tadi malam aku langsung terlelap. Entahlah bagaimana menjelaskannya. Tapi yang pasti, aku merasa bahwa seluruh kalimat dan perintah kepemilikan yang pria itu katakan padaku adalah kebenaran. Aneh memang. Pria yang hanya aku ingat parasnya itu terlalu akrab untuk dipanggil asing. 

Aku pernah melihatnya dimana? 

Apa yang aku lewatkan? 

Apa yang aku lupakan?

Aku pun mencoba untuk menelfon Porsche. Berharap bahwa seluruh kegundahanku dapat aku ceritakan padanya. Tapi, tak ada satu panggilan pun yang tersambung. Hal serupa pun terjadi saat aku coba untuk menelfon Kinn.

Larut dalam lamunan, tiba-tiba saja handphone dalam genggaman tanganku bergetar dan menampilkan nama Phi Arm di layar. Setelah berfikir cukup lama, akhirnya panggilan itu pun aku angkat.

"...."

"Pete?"

"..."

"Haloo?? bisakah aku bicara dengan Nong Pete??"

He's My Queen (VegasPete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang