Keep Your Distance

8.4K 1.1K 21
                                    

-Author Pov-

Seorang pria tua yang menerima berkat sebagai tetua adat terlihat melangkah pasti memasuki aula utama istana. Perangainya begitu penuh kehormatan. Seluruh penjaga yang bertemu muka dengannya bahkan tak segan memberikan sanjungan penghormatan sebagaimana seluruh anggota kekaisaran diperlakukan.

Setelah tiba di hadapan kaisar dan permaisuri, tetua adat dan seorang omega wanita di sampingnya memberikan salam sanjungan. "Semoga keselamatan dan ketentraman Dewi Bulan selalu menyertai Sang Matahari dan Bintang dari Kekaisaran Hera." Kaisar pun memberi isyarat agar keduanya kembali bangkit ke posisi semula.

Kaisar memasang ekspresi datar. "Ada hal penting apa yang tetua adat ingin katakan sehingga mengunjungi istana?" Menyadari bahwa suaminya terlalu berterus terang, permaisuri pun menoleh untuk memberikan peringatan. Adapun tetua adat, ia mengangkat tangannya ke arah omega wanita di sampingnya. "Saya ingin memperkenalkan Vivian. Cucu saya yang merupakan seorang omega dominant. Anak ini sudah terkenal cerdas di akademi kekaisaran." Mendapat penuturan sang kakek yang memujinya, Vivian menampilkan senyum yang terlihat tenang.

" Mendapat penuturan sang kakek yang memujinya, Vivian menampilkan senyum yang terlihat tenang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kaisar kembali menoleh ke arah tetua adat. "Vivian. Namanya memang cukup terkenal di akademi kekaisaran. Tapi, tujuan pengenalan ini sebenarnya apa?" Belum sempat tetua adat membuka suara untuk menjelaskan, Vivian sudah terlebih dahulu melangkah maju. "Saya yakin bahwa saya mampu untuk menjadi pendamping paduka pangeran di masa depan. Sesuai dengan didikan kakek saya -tetua adat, saya merupakan kandidat terbaik untuk menjadi calon Bintang Kekaisaran Hera di masa depan." Promosi diri yang dituturkan Vivian membuat kaisar tak lagi mampu menahan ekspresi terkejutnya.

Permaisuri  yang membaca situasi atas emosi suaminya kini turut membuka suara. "Tetua adat, sehubungan dengan istana yang bahkan secara resmi belum mengumumkan pencarian kandidat permaisuri bagi putra mahkota, kami rasa usulan anda tiba terlalu cepat dari yang kami harapkan. Terima kasih atas kunjungan anda berdua. Hanya saja, obrolan ini terpaksa kami tunda. Bagaimanapun, putra mahkota harus hadir dan turut dilibatkan tentang hal ini." Kaisar tersenyum bangga ke arah permaisuri yang selalu berhasil menengahi situasi apapun. "Tolong bantu tetua adat dan Nona Vivian untuk beristirahat di kamar tamu," perintah kaisar pada para pelayan di aula utama.

 "Tolong bantu tetua adat dan Nona Vivian untuk beristirahat di kamar tamu," perintah kaisar pada para pelayan di aula utama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kamar tamu yang menjadi peristirahatan Vivian pun kini telah dihadiri oleh tetua adat. Tatapan pria itu terlihat nyalang. Feromonnya bahkan sudah mencekik Vivian hingga nafasnya terasa sesak. "Omega tak berguna! siapa suruh kau menjawab pertanyaan kaisar?! aku sudah katakan berulang kali bahwa kau hanya cukup diam dan menggoda putra mahkota hingga ia bertekuk lutut di hadapanmu! kalau ibumu tak berhasil menggoda kaisar dan memilikinya, maka kau yang harus mampu melakukan itu pada anaknya!" Tetua adat membentak Vivian setelah berhasil melayangkan tamparan yang cukup keras di pipi kanan cucunya itu.

Isak tangis tertahan dari Vivian rupanya tak cukup untuk mengisi belas kasihan bagi tetua adat. Pria tua itu hanya berjalan menuju jendela dan menatap termenung ke arah luar. "Aku tak merasakan kehadiran putra mahkota di istana ataupun wilayah kekaisaran lain akhir-akhir ini. Mencurigakan," ujarnya pada diri sendiri.

-Pete Pov-

Sorot sinar mentari pagi mengusik kedua mataku yang masih asik terpejam. Saat aku mencoba melakukan peregangan, tiba-tiba saja aku tersadar bahwa saat ini aku tengah berbaring dalam dekapan seseorang -Vegas, tentunya.

Entahlah. Setelah pria gila ini mengatakan berbagai macam hal tentang memori yang aku lupakan, seketika saja hatiku terasa sangat nyeri hingga tadi malam hilang kesadaran. Cukup sulit bagiku mendeskripsikan dengan kata-kata. Hanya saja, aku cukup yakin bahwa ada rasa rindu yang menyeruak dalam relung kosong diriku.

Kalau memang semua ucapan Vegas kemarin adalah kebenaran, apakah aku benar-benar orang jahat karena telah menyakiti perasaan dan melupakannya? Ah, sial. Pria manipulatif ini sepertinya mulai meracuni paradigmaku tentang dirinya.

Berbagai teori dan dugaan terus berputar dalam kepala hingga atensiku teralihkan pada pergerakan lengan kekar Vegas yang melingkar di atas perutku. Hal itu membuatku cukup panik dan segera menutup kembali kedua mataku untuk pura-pura tidur. Sepertinya usahaku pun berhasil. Buktinya Vegas hanya bangkit dan terasa mengecup lama pucuk kepalaku dari arah belakang.

Baru saja aku akan berubah fikiran untuk bangun dan menampar wajahnya, pintu kamar tiba-tiba terbuka menandakan bahwa seseorang masuk ke dalam kamarku. "Nong Pete, mohon maaf saya menerob-"

Oh! Itu Malvin! Dia pasti terkejut melihat seorang pria asing di atas kasur denganku dan bergegas untuk mengusirnya keluar. "Semoga keselamatan dan ketentraman Dewi Bulan selalu menyertai Sang Pelita dari Kekaisaran Hera."

Tunggu.

Ha?

Malvin?

Apa-apaan?!

Aku dapat merasakan pergerakan Vegas yang menuruni kasur. Langkahnya terdengar semakin mendekati pintu kamar yang aku yakini disana masih ada Malvin. Entah apa yang terjadi selanjutnya. Hal terakhir yang kudengar hanya bagaimana suara pintu kembali ditutup saat mereka berdua melenggang keluar.

-Author Pov-

Seorang pria tua saat ini nampak bertekuk lutut di hadapan seorang pria yang berdiri tegap seiringan turunnya tatapan Vegas. "Untuk apa ada serigala tua disini bersama pengantinku?" Pria tua di hadapannya masih mempertahankan posisi tunduknya. "Hamba Malvin, seorang utusan yang sudah merawat keluarga Nong Pete sejak dahulu." Vegas menghela nafas kasar. "Ya kenapa harus kau yang ada disini? kenapa bukan manusia saja?" Putra mahkota ini mulai merasa gusar.

Malvin bangkit dan mengangkat pandangannya. Kedua mata senja itu menatap ke arah Vegas dengan guratan keseriusan yang terukir jelas. "Paduka pangeran, sebaiknya anda pergi. Hamba tahu akhir-akhir ini anda sering menemuinya. Hamba dapat memaklumi bila itu hanya dari jarak jauh. Tapi kalau paduka terlalu sering muncul secara langsung di hadapannya, hamba takut mereka kembali memburu nyawa Nong Pete."




TBC

Hi! Ini Biy!🦔❤️
Chapter ini segini dulu aja ya, biy mohon maaf, kemarin biy ada kecelakaan ringan pas berkendara.

Jadi..ya hari ini agaknya gabisa nulis panjang-panjang. Tapi readers tenang aja, biy bakal tiap hari upload kok.

Yang masih bingung sama alurnya harap bersabar ya, semua bakal dikupas satu-persatu. Biy harap kalian terus ada disini bareng-bareng sampai ke akhir cerita.

Anyways, jaga kesehatan selalu bubbles!🥰

He's My Queen (VegasPete)Where stories live. Discover now