Revenge

4.8K 647 83
                                    

Early reminder, ini akan jadi chapter terpanjang yang pernah biy tulis. Jadi, semoga teman-teman sedang dalam kondisi yang nyaman untuk membacanya ya~ ('。• ᵕ •。') ♡ 

Happy reading! ⊂( ̄▽ ̄)⊃

Hangat lembayung senja nyatanya tak cukup mampu untuk memberi tenang bagi seluruh insan yang dihadirinya. Meski suasana yang ditawarkan begitu cantik, seorang pria manis memilih abai sembari merintih menikmati nyeri. Puluhan rangka penopang tubuh idealnya serasa retak menjemput patah di saat yang bersamaan. Andai sedikit saja ada tega dalam hati untuk membiarkan orang lain khawatir, mungkin sudah sejak awal ia meraung dan memekik hingga lega.

"S-sakit.. ugh.. kakak, sakit.."

Seorang pria alpha yang dipanggil sebutannya masih setia untuk duduk di pinggirang ranjang dan meminjamkan lengannya untuk dicengkram kuat oleh sang adik. Meski tak tahu bagaimana rasanya, tetap saja sendu melekat pada diri saat ia sadar tak dapat melakukan apapun selain menyemangati dan melapangkan dada.

"Sayang, adiknya Kak Velron yang paling kuat, anak cantik, tunggu ya? Malvin pasti datang sebentar lagi. Ayo cakar saja atau pukul kakak agar kakak dapat merasakan juga sakitmu."

Cukup kontras dengan reaksi Velron, Valian sudah sedari tadi tak henti menangis pilu seraya mengusap surai hitam Pete yang sudah mulai basah karena peluh keringat. "P-Pete.. hng- tahan.. sakit sekali, ya? k-kamu.. kamu mau apa? kakak akan belikan.." Mata sembabnya beralih menatap Velron. 

"Vel, apa paduka pangeran benar-benar tak dapat datang kemari? apa.. apa di dunia ini hanya ada satu portal untuk menyeberang perbatasan? maksudku, persetan dengan semua peperangan orang-orang biadab itu! aku tak peduli meski kakek dan kelompok ritual bodohnya itu musnah! tapi Pete harus ditemani oleh pengantinnya!"

Yang lebih tua memejam kedua netranya untuk sesaat sembari mendalami remasan tangan Pete yang masih setia mendekap perut besarnya. "Val.. kalau memang portal itu ada, sudah sejak awal aku menculik si bajingan Veg- maksudku, paduka pangeran kemari," timpalnya.

Valian bangkit dari posisinya dan mengambil handphone dari saku celana yang dikenakannya. Beberapa kali ia menempelkan benda pipih itu pada telinga kanan, beberapa kali juga ia mengulang pencarian nama kontak dengan gerakan tak sabar. "VEL! MALVIN KEMANA?! INI SUDAH SATU JAM LEBIH DIA PERGI! KITA BAWA SAJA PETE KE RUMAH SAK-"

"VALIAN!" Velron menyela. "Kau dengar sendiri apa kata Malvin tadi? rumah sakit itu bahaya. Apa kau ingin Pete dan bayinya menjadi perhatian media? menjadi objek penelitian, diselidiki pemerintah, kau ingin seperti itu?!" tanyanya penuh amarah.

"Tapi selama ini Pete periksa ke dokter kandungan, kan? siapa itu namanya? yang menangani kehamilan Pete sejak awal, Chakan? dia bisa jaga rahasia, Pete akan am-"

"Chakan sudah mengundurkan diri dari rumah sakit." Melihat ekspresi terkejut dari Valian, Velron kembali buka suara. 

"Chakan sudah membuat surat perjanjian tertulis dengan Malvin. Isinya adalah kesepakatan bahwa dia akan menangani pemeriksaan dan pemantauan kesehatan kehamilan Pete hanya sampai usia kandungannya 9 bulan. Setelah memastikan bahwa tak ada yang salah dengan Pete dan bayinya, Chakan akan mengundurkan diri dari pekerjaannya, menghilang ke belahan dunia lain dan mendapat tunjangan penuh dari perusahaan milik Pete saat ini."

Mendengar penuturan Velron, Valian tak memiliki pilihan lain selain mengerti. Mengingat bagaimana Pete bebas berkeliaran dengan perut membesar di dunia ini sambil berpura-pura sebagai wanita berambut pendek, tentu saja akan lain cerita ketika adiknya itu harus dibawa ke sebuah ruang persalinan untuk ditangani oleh lebih dari satu tenaga medis. Mereka akan mengetahui bahwa Pete adalah seorang pria. Mungkin mereka akan tetap menolong Pete. Namun, setelah itu bagaimana? apakah Pete dan kemampuannya untuk mengandung bayi akan menjadi konsumsi bagi publik? apakah Pete harus menerima hujatan dan pandangan miring dari semua orang?

He's My Queen (VegasPete)Where stories live. Discover now