Pieces of Soul

5K 627 35
                                    

-Vegas Pov-

"Apa anda yakin akan pergi tanpa saya, paduka?"

Mendengar nada bicaranya yang lebih rendah dari semestinya, aku mengerti kalau Nop berusaha untuk menyampaikan padaku mengenai kekhawatiran yang melingkupi dirinya. Tak masalah, aku tak merasa risih soal itu. Mengingat hari ini adalah pergerakan pertamaku dalam melawan tetua adat dan kekaisaran tanpa pengawalannya, aku mengerti kenapa Nop nampak begitu terbebani untuk melepaskan kepergianku.

"Pertanyaanmu itu sudah terhitung yang ke-42 kali kau utarakan, Nop."

Tanggapanku nampaknya tak cukup memuaskan. Nop justru menjadi jauh lebih murung dari sebelumnya. Apa aku ajak saja ya pria tua ini? ah, tidak. Dia harus melakukan misi yang lebih penting.

"Nop, kemarilah." Aku duduk diatas sebuah balok kayu yang tersedia di depan bangunan persembunyian para Rogue.

" Aku duduk diatas sebuah balok kayu yang tersedia di depan bangunan persembunyian para Rogue

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Katakanlah, paduka. Saya akan carikan apapun yang anda butuhkan."

Dasar keras kepala, siapa sih tuan yang mendidiknya?

Aku menghela nafas kasar. "Aku tahu kalau kau khawatir. Tapi Kepala Suku Chan dan Kim sudah cukup untuk mendampingi perjalananku. Kau sekarang mulai meragukan kemampuanku untuk bertarung dan bertahan hidup, ya?" tanyaku sedikit bergurau padanya.

"Bukan begitu, paduka. Saya-"

"Nop." Aku menyela ucapannya dan tersenyum simpul. "Aku akan baik-baik saja. Aku akan pastikan bahwa setiap komponen dalam peperangan ini akan menjadi kemenangan telak bagiku. Kau bisa percaya, kan?" Perlahan kerutan pada dahi Nop mengendur. Pria alpha itu menganggukan kepalanya dan duduk bergabung di atas balok kayu lain yang ada di hadapanku.

Bila dilihat sekilas, hubunganku dengan Nop mungkin berawal dari ambisi balas dendam yang sangat murni profesional. Atau dalam kata lain, kami saling memanfaatkan satu sama lain untuk memanjat ke puncak pondasi musuh dan mengobrak-abrik isi kedamaian yang mereka dapatkan dengan cara kotor. Tapi, kalau sudah seperti ini, kekosongan yang aku rasakan sebagai anak tunggal tiba-tiba saja mulai terisi. Nop tak akan mampu mengungkapannya dalam rangkaian kata, tapi aku tahu, kehadiranku sudah bukan lagi perkara tuan yang harus dijaga oleh tangan kanannya. Kekhawatirannya inilah yang cukup membuktikan bagaimana ia telah menaruh simpatinya sebagaimana seorang kakak pada sang adik yang bernasib malang.

"Ngomong-ngomong, kau tak lupa kan, kalau misimu saat ini akan dilakukan dengan siapa?" Aku memecah keheningan dan Nop pun membalasnya dengan anggukan penuh keyakinan. "Lalu dimana dia? aku belum melihatnya. Jangan bilang kalau dia kab-"

"Daritadi dia ada disini, paduka." Nop mengalihkan pandangannya pada sebuah pohon besar yang letaknya tak jauh dari kami. "Hei, keluarlah! kau tak lelah menguping begitu?" Nada bicara Nop meninggi. Entah apa yang membuatnya nampak sedikit kesal.

Saat aku mengalihkan pandanganku, sosok yang diajak bicara oleh Nop pun memunculkan dirinya dalam balutan pakaian hitam. Kondisinya sudah jauh lebih baik daripada terakhir kali aku melihatnya. Meskipun, gurat ketakutan dari kedua netranya masih betah bersemayam hingga tak mampu untuk sekedar beradu tatap denganku.

He's My Queen (VegasPete)Where stories live. Discover now