Why Me?

8.3K 1.1K 48
                                    

-Author Pov-

Pete membeku. Mual dalam perutnya seketika hilang dan dengan sekuat tenaga ia pun bangkit untuk menekan tombol flush sambil menopang tangannya pada ujung toilet. Belum sempat ia menoleh, sebuah perawakan yang lebih besar darinya telah memeluk tubuh Pete dari arah belakang dengan sangat erat. "Let me go you fucking bastard! " Pete terus memberontak hingga akhirnya tubuhnya dibalik paksa dan punggungnya menghantam tembok.

Beradu pandang dengan pria gila yang sama, tiba-tiba saja ranum merah muda milik Pete diraup paksa dalam sebuah ciuman yang menuntut. Pria itu menahan rahang Pete dan menekan hisapannya semakin dalam. Gigitan dan lumatan sudah berhasil ia kendalikan meski Pete tak henti-hentinya berusaha memalingkan wajah ke arah lain. "Love.." Pria itu melepas pagutannya dan memberikan tatapan sayu. 

Pete sangat ketakutan. Tangisnya pun pecah tak tertahan lagi. "Hey don't cry, please. Hatiku sakit kalau kamu menangis." Pria itu menggenggam pergelangan tangan Pete dan menariknya keluar dari kedai kopi secara terburu-buru. Meninggalkan Arm yang bahkan tak menyadari kalau pria manis yang tadi dilamarnya kini telah dibawa pergi.

•••••

Setelah 15 menit perjalanan, mobil yang pria itu jalankan menepi di sebuah taman yang berhadapan dengan danau. Pete masih tetap membungkam mulutnya. "Love, ayo turun. Kita punya banyak hal untuk dibicarakan." Pria itu memberikan usapan pada surai hitam milik Pete. "Let's talk here, jangan meromantisasi segala hal." Pete menepis kasar tangan pria di sampingnya. "Fine, but you should at least look me in the eyes." Pete masih bergeming. "Or should i kiss you again so tha-" Ucapannya terpotong saat Pete menunjuk wajahnya dan memintanya untuk diam.

Pria berbalut kemeja biru tua itu mengambil sapu tangan dari saku celana bahan warna hitam miliknya. Menyadari bahwa Pete masih menangis, sapu tangan miliknya pun diusapkan untuk menghapus jejak air mata di kedua pipi merona milik pria manis di hadapannya. "Matamu bengkak. Jangan terus menangis." Mendengar kalimat itu Pete terkekeh. "Jangan terus menangis katamu? kau tak ingat aku terus menangis karena ulah siapa? semua ini gara-gara kau! hidupku hancur setelah tidur dengan pria bajingan sepertimu!" Wajah Pete terlihat semakin merah.

Pria yang dimaki oleh Pete menghela nafas panjang. "Love, kamu fikir aku memperkosamu?" Pete tak menjawab pertanyaan itu. "Kamu tak ingat apapun soal malam itu. Tak ada satu hal pun yang dapat kamu jadikan sebagai justifikasi bahwa aku bersalah. Kamu bahkan melupakan namaku, kan?" Deduksi pria ini benar-benar membut Pete semakin kesal.

Pete menatap nyalang. "Ok! fine! then tell me what happened back then!" Pria itu tersenyum lalu menatap Pete penuh kemenangan. "Love, you're the one who jumped on me first. Malam itu aku diam. Tapi kamu yang terus memaksaku untuk tidur denganmu." Ujaran pria itu sontak memecah semu merah di kedua pipi Pete yang terasa panas. "M-mana mungkin?! i'm a vir-"

"Virgin? ya. Aku tahu kamu belum pernah melakukannya dengan orang lain. Tapi malam itu kamu mabuk. Entah apa yang terjadi padamu sampai kamu duduk bergabung dengan sekumpulan pria hidung belang yang senantiasa siap memakaimu secara bergilir. Kalau aku tak menolongmu, mungkin kamu akan mati dalam keadaan nikmat." Pria itu menyela ucapan Pete dengan rentetan kilas balik yang terdengar sangat memalukan. 

Pete menganga. "T-tapi, tapi pada akhirnya kau menolongku dan malah membawaku ke hotel! kau juga meniduriku! kau sama saja dengan mereka!" Tatapan hangat pria di hadapannya tiba-tiba meredup. Hawa dingin terasa seakan menusuk sekujur tubuh Pete. Seiringan dengan proses dimana iris mata hitam milik pria di hadapannya yang perlahan berubah menjadi warna merah darah. "Jangan samakan aku dengan bajingan-bajingan itu. Mereka bisa saja menyentuhmu, tapi hanya aku yang dapat memilikimu." Pria itu menarik tengkuk belakang Pete dan menariknya hingga pucuk hidung keduanya saling menyapa. 

Perlahan, wajahnya turun menuju perpotongan leher jenjang milik Pete dan memberikan sebuah jilatan panas disana. Adapun Pete, pria manis itu berusaha mati-matian menahan agar suara aneh tak lolos dari mulutnya. 

•••••

Pete masih tak dapat memegang kendali atas tubuhnya. Setelah mereka tiba di rumah, Vegas menarik tangan Pete hingga keduanya kini berada di dalam kamar. Iris mata pria itu perlahan kembali berubah menjadi hitam seiringan dengan tubuh Pete yang terasa bebas hingga ia duduk bersimpuh di atas lantai. "M-monster." Gumaman Pete masih dapat terdengar jelas oleh pria di hadapannya. "I'm not." Pria itu berjongkok menghadap Pete. "Kamu mau apa sebenarnya? aku benar-benar benci kamu. Aku tak mau bertemu denganmu. Hidupku hancur." Pria itu mencengkram kedua bahu Pete, "You. All of you. Aku cuman ingin mengambil hak paten atas pengantinku." Sebuah tamparan pun Pete berikan sebagai tanggapan atas ujaran pria gila di hadapannya. "You're crazy. Kau mengintaiku selama ini, menerobos masuk ke dalam kamarku, mengancamku, bahkan menghamiliku! i don't even know who you-"

"YOU KNOW!!! YOU KNOW ME SO WELL!!! " Pria itu menyela ucapan Pete dan membentaknya. "Biu, jangan bertindak seperti korban saat aku yang paling tersakiti disini. You forget me, you forget all about us, you forget about our promises." Hati Pete terasa diremat kuat saat melihat pria di hadapannya menangis.

Berusaha untuk menampik perasaan bodoh dalam dirinya, Pete bangkit dan mengambil lampu tidur di atas nakas samping ranjang. "Omong kosong! orang gila!" Pete berteriak histeris seraya melempar lampu tidur itu tepat mengenai kepala pria di hadapannya. Darah segar terlihat mengalir di bagian pelipis. Jatuh turun menuju mata dengan iris yang kini memiliki warna senada dengannya.

Pria itu bangkit dan melangkah maju ke arah Pete. Iris mata merah darah itu kembali membuat Pete kehilangan kendali atas tubuhnya.

"Obey me."

"Kneel down."

Seketika tubuh Pete ambruk bersimpuh di hadapan pria itu. Tunduk atas seluruh perintah yang terlontar dari mulutnya.

"My name is Vegas."

"16 years ago, you helped me."

"You cured my wounds."

"And-"

"We made a promise that you'll be my bride."

Pria bernama Vegas itu pun kembali berjongkok di hadapan Pete. "So i gave you the most precious thing." Tangan kanannya ia taruh pada perut bagian bawah Pete. "Manik hera. Aku sudah menanamnya dalam tubuhmu karena kamu bilang bersedia untuk memiliki keluarga denganku dan melahirkan anak-anakku." Pria itu mengalihkan tangannya untuk menarik dagu Pete dan mengarahkan wajah pria manis itu untuk menatapnya. "16 tahun aku berusaha untuk menemukanmu, and you forget me? not only that, kamu juga menyalahkanku dan menganggap aku mengacaukan hidupmu?"

Pete tetap bungkam, mulutnya seakan dipaksa untuk terkunci. "Who's the bad guy here, build?"



TBC

Hi! Ini Biy!🦔

Ternyata biy bisa sambil ngetik di mobil 😆

So here it is..

Akhirnya mereka ketemu dan ngobrol ya😆

Sabar, love language mereka di awal emang physical attack kayaknya, gak berantem ga lengkap 🙂

See you next chapter bubbles!🦔❤️

He's My Queen (VegasPete)Where stories live. Discover now