The Upcoming Storm

4.3K 578 47
                                    

Ketuk nyaring antara ujung runcing dari sepatu hak dengan dinginnya pijakan bangunan seakan meredam isak tangis yang juga tak kunjung reda. Setelah sekian purnama ia hidup bagai mutiara dalam cangkang, setelah percaya bahwa cinta ada dalam genggaman tangannya, saat itu pula ia dihempas oleh kenyataan bahwa tak pernah sedikit pun ada tempat yang tersedia untuknya singgah.

"Kenapa? kenapa baru sekarang aku tahu ini semua?" Tak berhenti lisannya berucap selama menyusuri lorong megah dari kastil kepunyaan sang leluhur.

Tiba di penghujung lorong, omega wanita dengan gaun renda merah yang melekat pada tubuhnya pun menemui pintu keluar untuk mendapati eksistensi dari sosok yang sedari tadi sangat ingin ia temui

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiba di penghujung lorong, omega wanita dengan gaun renda merah yang melekat pada tubuhnya pun menemui pintu keluar untuk mendapati eksistensi dari sosok yang sedari tadi sangat ingin ia temui.

"Kakek!"

Panggilan lantang tanpa tata krama membuat sosok yang dipanggil menoleh dengan tatapan dingin tak bersahabat. Heran menyeruak masuk ke dalam hatinya untuk menerima perilaku kurang ajar dari seorang cucu yang bahkan sejak bayi tak berani untuk menangis di hadapannya.

"Kemana perginya semua kesopananmu?"

Omega wanita yang diberi komentar pedas tak menghiraukan apapun lagi. Dadanya terlalu sesak untuk memikirkan hal lain. Tak peduli bila ia harus dipukul dan ditampar lagi, ia hanya ingin mendapatkan pencerahan dari kabar burung yang begitu tak mengenakan untuknya terima beberapa saat lalu.

"K-kakek.. saya.. saya dengar di perjamuan teh. Saya dengar kalau sudah berbulan-bulan lamanya putra mahkota pergi meninggalkan istana." Genggam tangannya meraih lengan sang kakek. 

"Itu.. itu tak benar, kan? mereka pasti salah, kan? putra mahkota.. putra mahkota pasti sedang sibuk di istana mempersiapkan pernikahan kami.. benar begitu, bukan? putra mahkota pasti-"

"Vivian," yang lebih tua menyela ucapan cucunya.

"Oh, pasti teman-teman saya hanya iri karena saya sudah menjadi putri mahkota sekarang. Buktinya, saat saya bertemu dengan paduka kaisar terakhir kali, beliau baik-baik saja. Pasti putra mahkota sedang-"

"VIVIAN VAN DE PERRE!"

Intonasi tinggi dari pria bergelar tetua adat itu membungkam celoteh penyangkalan yang cucunya lakukan. Nafasnya memburu, tatapannya nyalang. Telapak tangannya bahkan terasa panas setelah dihempaskan dengan kasar pada pipi kanan yang lebih muda. Siapa saja yang menyaksikan itu semua pasti dapat menerka seberapa jauh dirinya dikuasai oleh amarah.

"Pertama, itu semua benar." Satu tangannya menarik kasar surai panjang bergelombang milik Vivian hingga terdengar rintihan kesakitan. "Kedua, itu semua salahmu. Kalau saja kau bisa membuat putra mahkota jatuh cinta padamu dan membuang manusia kotor itu, semua rencanaku akan lebih mudah," lanjutnya.

"K..kakek.. s..sakit." Vivian mengigit labium bawahnya untuk meredam rasa sakit yang ia rasakan.

"Ketiga, kau harus ingat satu hal. Tujuanku adalah untuk menjadikanmu permaisuri. Siapapun nanti yang menduduki takhta kaisar, kau harus menjadi pendampingnya. Ini semua bukan tentang Vegas."

He's My Queen (VegasPete)Where stories live. Discover now