Bab 02. Gravitasi Magnet

1.4K 283 6
                                    

I want to get close to you.

Will you be annoyed? — Erlangga Auditama.

Selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung, hanya ada dua hal yang Ega lakukan, yaitu bermain handphone atau menatap Tiana sesekali yang sibuk mencatat materi yang diberikan Bu Weni

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Selama pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung, hanya ada dua hal yang Ega lakukan, yaitu bermain handphone atau menatap Tiana sesekali yang sibuk mencatat materi yang diberikan Bu Weni.

Laki-laki itu tidak tertarik dengan materi yang diberikan Bu Weni, tidak tertarik juga membuat tangannya kelelahan karena menulis. Menatap Tiana jauh lebih menyenangkan.

Tiana yang merasa terganggu dengan tatapan Ega segera mendorong pipi laki-laki itu agar kembali menghadap ke papan tulis. Aksi itu Tiana lakukan tanpa menoleh pada Ega dan hanya menggunakan instingnya saja.

"Papan tulisnya di depan, bukan di muka gue," kata Tiana memberitahu, seolah laki-laki di sebelahnya tidak tahu akan hal itu.

Ega kembali menoleh pada Tiana. "Tapi masa depan gue adanya di lo. Gimana dong?" celetuknya asal-asalan. Wajahnya tampak berseri ketika gombalan yang tidak pernah terpikirkan olehnya terlintas begitu saja dan dilontarkannya pada Tiana.

Ini bahkan baru 1 jam sejak Ega duduk di sampingnya, tapi Tiana merasa kalau kesabarannya sudah hampir mencapai batas maksimal. Padahal Ega tidak melakukan apa pun selain menatapnya dan bermain handphone. Namun justru, kegiatan tidak berguna itulah yang membuat Tiana merasa sangat terganggu.

Kesal, Tiana mengambil tindakan kecil untuk membuat Ega setidaknya berhenti menatapnya. Gadis itu mengangkat tangan dan memanggil Bu Weni. "Bu, Ega bilang, dia mau tugas tambahan biar nilainya nggak kosong."

Bu Weni menatap Ega dengan sedikit terkejut. "Saya pikir, kamu nggak tertarik sama pelajaran, apalagi nilai." Balasan barusan jelas mengandung sindiran halus di dalamnya.

Bukan hanya Tiana yang melihat Ega bermain handphone, tapi Bu Weni pun melihatnya. Hanya saja wanita itu diam dan membiarkan.

Ega hanya tersenyum ketika Bu Weni menyindirnya, kemudian menoleh pada Tiana di samping, yang kini sedang tersenyum mengejek padanya. "Sebenarnya, sih, nggak tertarik, Bu," kata Ega tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Tapi kalau mau dikasih tugas juga nggak papa. Demi masa depan, 'kan?" Saat mengatakan kalimat terakhir, dia kembali menoleh pada Tiana di sampingnya.

Sontak saja, jawaban Ega adalah reaksi yang tidak Tiana duga. Gadis itu pikir, Ega akan mengelak dengan mengatakan Tiana berbohong, alih-alih menyetujui tugas yang tidak dimintanya dengan senang hati.

"Kalau gitu, kerjakan tugas halaman 27 dan dikumpulkan sebelum jam pulang sekolah. Bisa, 'kan?"

Ega menyanggupi dengan anggukan. Wajah laki-laki muda itu sama sekali tidak menyimpan dendam pada Tiana yang sudah mengerjainya. Justru dia malah terlihat senang atas adanya tugas tambahan yang tidak diinginkan itu.

Tiana yang masih bingung kenapa Ega setuju untuk mengerjakan PR sebelumnya tampak terpaku dan menatap laki-laki itu penuh tanda tanya, tapi ketika Ega balas menatapnya, Tiana segera mengalihkan pandangan dan berpura-pura sibuk dengan catatannya.

Dua Dunia Tiana [ END] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora