Bab 39. Renungan Hati

514 136 44
                                    

Your heart is cracked and broken — Tatiana Salarasa

Your heart is cracked and broken — Tatiana Salarasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"EGA, AWAS!"

Teriakan itu disusul dengan terlemparnya tubuh Ega ke sisi jalan. Laki-laki itu harus bersyukur karena tubuhnya ditarik seseorang dan bukannya ditabrak oleh kendaraan yang lewat.

"Lo kalau mau bunuh diri jangan di depan gue, Anjing!" Umpatan itu keluar dari seseorang yang baru saja membuka helmnya, Rafael.

Nyatanya, meski memiliki kebencian tersendiri terhadap Ega, tetapi saat melihat Ega menyeberang seperti mayat hidup membuat Rafael tergerak untuk menolong. Meski apa yang laki-laki itu katakan setelahnya cukup kasar.

Ega jatuh berlutut, membuat Rafael mengambil langkah mundur karena terkejut. Belum sempat dia mengeluarkan kata, Tiana sudah datang menghampiri Ega dan mengoceh tentang banyak hal, membuat kening Rafael berkerut.

Dunia di sekeliling Ega masih berputar, tetapi dunianya sendiri berhenti pada titik di mana dia tidak bisa melihat dan mendengar apa pun saat ini. Bahkan teriakan Tiana sebelumnya sama sekali tidak sampai ke telinganya. Semua itu karena Ega yang larut dalam kehancuran dunianya sendiri.

Tiana datang untuk merengkuhnya, menanyakan apakah dia baik-baik saja, dan membujuknya untuk pulang. Namun, tidak ada satu kata pun yang bisa diproses di dalam otaknya.

Bahkan kedatangan Bima yang hendak berkelahi dengan Rafael karena sahabatnya pikir Rafael di sini untuk mencari masalah dengannya, juga tidak terlihat dalam pandangan Ega.

Semua orang bergerak dan berbicara, hanya Ega yang diam di sini karena otaknya masih memproses apa yang sedang terjadi. Bahkan ketika dia dipapah memasuki taksi, dikeringkan tubuhnya, dan diobati lukanya, laki-laki itu tetap tidak berada dalam jangkauan pikirannya.

Ega benar-benar terlihat seperti mayat hidup saat ini. Hanya raganya yang hidup, tetapi jiwanya benar-benar mati selama beberapa saat terakhir ini.

Tangannya yang terluka mengepal kuat, membuat Bara yang sedang mengobati lukanya terkejut. Namun, tidak mengatakan apa-apa dan malah melirik Ibra di sampingnya.

"Gue bukan anak kandung papa." Ega berbisik lirih, diiringi dengan air mata yang masih mengalir sejak tadi. "Gue anak haram."

Bara dan Ibra kompak mengerutkan kening masing-masing, dengan wajah keterkejutan yang sama. Keduanya tidak paham dengan apa yang Ega bicarakan karena Tiana belum menjelaskan apa pun.

Mereka pun berpikir kalau penjelasan tentang masalah ini bisa menunggu, tetapi tidak bisa membiarkan Ega lama-lama dengan tubuh basah dan tangan yang terluka.

Kesadaran Ega baru saja kembali dalam genggamannya. Dia mengulas senyum pada Bara, kemudian Ibra. "Gue anak haram," katanya dengan tawa dan air mata. "Orang yang selama ini gue benci mati-matian, justru adalah orang yang ngasih gue kehidupan."

Dua Dunia Tiana [ END] Where stories live. Discover now