Bab 23. Luapan Kemarahan

491 137 76
                                    

I know I was wrong. I'm really sorry Erlangga Auditama.

Harusnya, Tiana senang karena Ega sudah kembali sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Harusnya, Tiana senang karena Ega sudah kembali sekolah. Dengan begitu, kursi kosong di sebelahnya akan kembali ditempati dan dia tidak akan melakukan hal konyol dengan membaca ulang deretan pesannya dan Ega hanya karena merindukan laki-laki itu.

Namun, kedatangan Rafael membuat Tiana menahan napas selama beberapa saat. Gadis itu tahu kalau Ega tidak mungkin selamanya bisa menghindari Rafael. Kalau pun laki-laki itu memang ingin menghindar, pasti Ega tidak akan bersikeras dan membuat taruhan agar bisa bertahan di SMA Merah Putih sampai hari kelulusan nanti.

Tidak lama setelah kedatangan Rafael, sosok yang sebenarnya Tiana harapkan akan bolos lagi hari ini baru saja memasuki kelas. Namun, alih-alih berjalan ke arah tempat duduknya, Ega malah menghampiri Rafael yang sampai detik ini masih dalam keadaan berkabung.

Melihat hal itu membuat Tiana berdiri, berjaga-jaga kalau akan ada perkelahian pagi ini karena Rafael yang tidak bisa menahan kemarahannya.

"Raf, gue turut berduka soal Keira, ya." Ega mengucapkan belasungkawanya pada Rafael, meski sudah terlambat beberapa hari.

Rafael yang tadinya ingin tertawa karena baru saja mendengar lelucon dari seseorang yang berusaha menghiburnya, langsung mengubah ekspresi menjadi dingin dan datar.

Ega dengan kebesaran hatinya berdiri di samping Rafael dan siap dengan apa pun yang akan kakak Keira itu lakukan padanya. Dia tidak akan menghampiri Rafael kalau takut dipukuli seperti sebelumnya.

Pada akhirnya, Rafael tertawa juga. Namun, bukan karena lelucon sebelumnya, melainkan karena permintaan maaf Ega yang terdengar begitu lucu di telinganya. Kemudian, tawanya hilang dalam sekejap.

Lagi-lagi kelas XII-A dipenuhi dengan atmosfer dingin yang begitu mencekam ketika Ega dan Rafael berhadapan. Padahal belum ada pembicaraan apa pun, tetapi suasananya sudah terasa sangat tegang, terutama untuk Yoga dan Bayu yang pernah menjadi saksi bagaimana Ega yang terlihat begitu kasar pada Rafael siang itu. Namun, sekarang yang terlihat malah sebaliknya.

"Jangan sekali-kalinya lo nyebut nama adek gue lewat mulut busuk lo itu!" Rafael menggeram dengan tatapan tajam seraya mengangkat pandangan untuk melihat wajah laki-laki yang sudah menyebabkan kematian adiknya. "Gue nggak sudi kalau nama adek gue keluar mulut bajingan nggak bertanggung jawab kayak lo, Anjing!"

Ega tidak bisa melakukan apa pun ketika Rafael memanggilnya dengan sebutan hewan. Laki-laki itu sadar kalau dia tidak berhak untuk marah saat ini. Jadi, Ega hanya tersenyum tipis dan menjilat bibirnya yang kering. Niatnya sudah tersampaikan sekarang.

"Maaf." Rasa penyesalan itu keluar dari mulut Ega dengan begitu lirih.

Tiana yang berada tidak terlalu jauh karena dia mengambil langkah untuk mendekat bisa mendengar betapa menyesalnya Ega dan betapa laki-laki itu ingin kembali ke masa lalu untuk memperbaiki semuanya.

Dua Dunia Tiana [ END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang