Chapter 9 : How Can I Love The Heartbreak?

3.5K 473 104
                                    

⚯͛

Sampai pada riuhnya suasana danau hitam yang diketahui identik dengan cumi raksasa yang selalu muncul itu, Harry berjalan dengan agak tergesa-gesa karena waktu sudah menyempit. Pemandangan yang Harry lihat sekarang adalah Fred dan George yang sedang menawarkan beberapa barangnya dengan mencegat beberapa murid untuk membeli dan Ginny yang tak suka saat kedua abangnya itu terlalu memaksa kepada pembeli.

Neville menemuinya, ia berjalan beriringan dengan Harry yang wajahnya mulai pucat pasi. Pikirannya masih untuk pertandingan Triwizard memang, tetapi ada sedikit di otaknya yang selalu tentang Draco Malfoy. Di saat seperti ini, ia juga memikirkan kata-kata Dobby tentang Hermione dan Ron yang terlihat di danau hitam berkaitan mengenai tugas keduanya. Membuat perasaannya tak tenang.

Terlihat sudah banyak penonton yang memenuhi tribun yang dibangun di atas danau hitam, Harry ingin mencari seseorang yang selama ini memenuhi pikirannya walau sudah tahu bahwa orang itu sempat membuatnya patah hati.

"Harry, syukur kau sudah datang, kalau tidak-aku tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya." ujar profesor Moody mengerang dengan di sebelahnya terdapat Ludo Bagman yang terlihat sama leganya ketika Harry datang. Lelaki berkacamata itu sudah siap dengan baju renang untuk para peserta. Ia mencoba melihat lawannya, entah apa yang mereka siapkan Harry pun tak tahu, berharap jika Gillyweed yang ia genggam bisa menjadi kepercayaannya.

Matanya tak lelah mencari sosok pemuda bersurai pirang, matanya menjelajah ke sekitar tribun yang ditempati banyak murid Slytherin dan sekolah lain. Aha! Itu dia, Draco yang sedang bersama Parkinson dan Blaise, sedangkan Nott, Crabbe, dan Goyle di depannya. Jujur, Harry tak bisa begitu saja menghilangkan rasanya pada Draco walau ia tahu si empunya sudah punya yang lain. Wajar saja jika dirinya cemburu pada Parkinson yang merangkul lengan Draco dan terdapat kepala yang ditaruh gadis itu di bahunya. Terlihat sangat romantis dan nyata, bukan?

"Sampai kapan aku harus seperti ini sih, Dray?" ujar Pansy berang, jujur kepalanya pegal-yang ternyata kepala itu tak bersentuhan dengan bahu Draco.

"Harry masih lihat ke sini, kamu tunggu perintahku." kata Draco menatap ke depan dengan kaku, ia melihat Harry dengan ekor matanya, ia berusaha untuk tak melihat langsung Harry dengan alibi melihat Krum yang kebetulan berdiri di sebelah Harry.

Pangeran Slytherin itu pun sesekali melirik Cedric, ia ingin melihat gerak-gerik anak Hufflepuff itu takut-takut jika mencuri pandang pada Harry. Ketakutan Draco terbukti saat itu juga di mana Cedric memandang Harry dengan senyuman yang mengembang dan tatapan-tatapan apa itu??? Sangat jelas sekali lelaki itu mengagumi Harry-nya. Draco tentu merasa panas walau cuaca saat itu sangat dingin, ia kibaskan tangannya ke wajahnya dan mengepalkan tangan erat.

Perasaan lega karena Harry yang tak lagi melirik ke arahnya, ia memerintahkan Pansy untuk melepaskan semua drama dan sandiwara yang mereka lakukan. Blaise hanya melirik jengah memutar bola matanya, ia yang dari tadi sibuk memerhatikan sekeliling ke arah tribun penonton Gryffindor, tak tahu cuplikan drama gratis apa yang tadi sedang berlangsung. Iya, Blaise sedang mencari Ron yang entah ke mana tak tertangkap matanya.

"Pans, my Ron Ron tidak ada ... " ujar Blaise dengan wajah memelas yang ingin Pansy tampar saat itu juga.

"Coba kamu lihat apa Granger juga ada, biasanya 'kan mereka selalu bersama." ujar Pansy yang menyimpan makna tersirat yang membuat Blaise semakin bete.

"Tetap tidak ada tuh ... Ah seharusnya tadi aku tanya Harry terlebih dulu." semenjak Draco sering memanggil Harry bukan dengan 'Potter' lagi, maka Blaise juga jadi ikut terkena dampaknya dan terbiasa menyebutkan anak Gryffindor itu dengan 'Harry'.

How Can I Belong To You? (Drarry)✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt