Special Chapter : The Secrets Parchment

3.4K 279 8
                                    

Hello guys! Aku di sini cantumin special chapter buat kasih point of view sedikit dari Draco ya! Sebenernya, awal adanya chapter ini mau aku bikin kyk fakta tersembunyi dari cerita ini tapi berhubung mostly ada di Draco, jadi aku buat POV di Draco deh. Awalnya cuma mau sebut-sebutin doang tapi karena aku punya ide lain, jadilah tercipta cerita ini wkwk.

Percaya atau ngga, chapter ini menguak beberapa plot di cerita-cerita di chapter sebelumnya, kepo ga sih?

.

.

.

Stop curcolnya, mari balik ke laptop!

Letchugooo~~

⚯͛

Sungguh bosan. Draco merasa kantuk menyerang dirinya di saat waktu yang tak tepat. Kelas dalam pelajaran ramalan membuat siapa saja mengantuk ditambah sekarang sedang hujan lebat. Draco sungguh berat membuka matanya lagi. Setelah melawan rasa lelah dan kantuknya beberapa saat hingga Blaise menegurnya sesekali, Draco teringat sesuatu dan merogoh sakunya serta mengeluarkan benda itu. Perkamen panjang yang sudah lusuh itu ia buka dan mulai menulis sesuatu di sana bertujuan untuk mengurangi rasa kantuk.

Di sisi lain, Harry memandang kosong jendela yang mengarah langsung pada hujan serta petir yang bersahutan. Di tahun ketiganya kali ini, Dementor menyerangnya bahkan hal itu menjadi ketakutan baru baginya. Saat ini pun ia bisa melihat Dementor itu melayang-layang di langit Hogwarts di tengah hujan petir. Menyeramkan, sungguh. Ia melihatnya tepat di jendela Hospital Wings saat ini. Iya, tempat langganannya dari awal ia masuk Hogwarts.

Saat kejadian Dementor yang membuatnya jatuh dari sapu terbang saat bermain Quidditch, Harry benar-benar tak sadarkan diri. Namun, tak perlu ada yang dikhawatirkan dari keadaan Harry, hanya saja ia perlu beristirahat. Untung tak ada tulang patah atau hilang, ia tak mau meminum Skele-Gro lagi.

Ron dan Hermione memiliki jam yang sama dengan Slytherin, yaitu ramalan. Harry sejujurnya senang tak masuk saat pelajaran itu berlangsung, tapi suasana saat itu sangat sepi tak ada temannya ditambah dinginnya hujan serta kilat petir bersahutan di mana-mana.

"Lebih baik aku tidur saja deh ..."
Harry pun terlelap ditemani dinginnya pagi hari.

Beberapa lama kemudian, Harry merasa gelisah dalam tidurnya. Ia pikir itu mungkin adalah efek samping obat dan ia bahkan tak mau ambil pusing dengan hal itu. Tapi ia tak bisa, keningnya sangat sakit kali ini tepat di lukanya.

"AAWW!! Arrgh ... Shh ..." Harry terlonjak dalam tidurnya sampai seluruh tubuhnya bergetar, ia mengusap keningnya yang sudah berkurang sakitnya, Harry berkeringat dalam tidurnya. Aneh, rasa sakit itu hanya sekilas tapi membuat dirinya benar-benar seperti meregang nyawa. Harry mengatur napasnya, menenggak minuman yang tersedia di nakas dan bersandar di kepala ranjang.

Ia baru sadar setelahnya jika hujan sudah reda, bahkan cahaya mentari masuk melewati jendela. Ia ternyata tidur selama itu.

Tepat beberapa detik setelahnya, Ron dan Hermione masuk dengan tergesa-gesa dengan sedikit berlari.

"Harry? Kamu sudah tak apa 'kan?"

"Y-ya ... Aku baik-baik saja. Kenapa kalian seperti buru-buru?"

Ron dan Hermione menarik napas dalam. "Sebenarnya itu alasannya sih hehe," Ron mengambil duduk di ranjang sebelahnya dan Hermione mengikuti.

"Kamu mau tahu? Tadi Malfoy melakukan hal yang memalukan dirinya sendiri dan semua orang di kelas tertawa. Bahkan teman-temannya yang selalu bersama dia ikut tertawa mempermalukan Malfoy. Kamu kalau lihat pasti sangat puas, Harry. Jadi itulah alasan aku buru-buru, berita ini ingin aku bagikan denganmu untuk menertawakan Malfoy bersama." jelas Ron dengan tertawa dan Hermione yang tersenyum.

How Can I Belong To You? (Drarry)✓Where stories live. Discover now