Chapter 14 [End] : You Belong With Me

4.4K 392 91
                                    

Hai! This chapter might be 🔞 things, I hope you're know ur place. Masih minor bisa skip ya plot 🔞 nya.

Enjoy guys xixixi.

⚯͛

Surat tergeletak di atas nakas samping tempat tidur, Draco menghela napas berat. Ibunya, Cissy, sudah beberapa kali mengirimkannya surat-surat itu, tentu dengan berbagai kecemasan yang tertera di surat. Kenyataannya sebenarnya ialah ibu Draco-- Cissy yang selalu mengirimkan surat dari saat rencana Death Eater yang ibunya curi-curi dengar. Memang, ibunya rutin mengirimkan surat-surat setiap tahun ke tahun, namun kali ini berbeda. Ibunya khawatir dengan Draco yang baru saja menentang ayahnya, malah menjadi boomerang tersendiri untuk Draco yang bisa saja ayahnya melukainya tak pandang bulu.

Kertas itu berisikan tentang bagaimana keadaan di Manor saat ini. Cissy yang berusaha untuk selalu bertahan di sana meski Lucius kadang membawa beberapa teman Pelahap Maut, ia mencoba untuk bertahan. Bukannya ia mau mengkhianati kepercayaan anaknya, tetapi untuk mengetahui apa yang terjadi di kandang lawan itu kadang diperlukan.

Tentu Cissy sudah tahu tentang Draco yang menyukai Harry dan nyatanya Cissy menyadari hal itu jauh sebelum Draco menyadari perasaannya. Jadi, hal ini dengan tak sengaja pun Cissy juga sangat khawatir dengan keadaan Harry. Cissy begitu pun karena Draco yang menyukai Harry.

Setelah siang tadi Draco menjenguk Harry di Hospital Wings, tak ada rasa lega yang ia dapatkan. Perasaan bersalah masih menghantuinya, ia merasa tak pantas juga tak berdaya. Draco mencoba untuk merebahkan tubuhnya sejenak hanya untuk melepas lelahnya, ia mengambil surat-surat itu dan dibacanya satu persatu. Setidaknya tulisan Cissy menemaninya saat ini, membuat perasaan Draco lebih baik.

Suara pintu terbuka menimbulkan suara kencang, pertanda pelaku sedang terburu-buru. Blaise masuk ke dalam kamar Draco dengan membawa keadaan pipi yang sudah memerah seperti kepiting rebus. Draco langsung merapihkan surat-surat tersebut, ia langsung menyembunyikannya di bawah bantal.

"Drake!"

Langkah Blaise cepat dan langsung lompat ke ranjang Draco, membuat Draco mengernyit kesal. "Kamu tidak lupa, 'kan? Weasley bersaudara sudah ada di luar, ah ... Gara-gara Pansy, tadi aku melakukan hal memalukan di depan Ron dan sekarang aku malu untuk memasang wajah di hadapan dia. Oh ya, mereka mencarimu tuh!"

Draco pun bangun dan merapihkan jubahnya, ia berkaca membuat Blaise menatap aneh. "Tidak biasanya kamu berkaca."

"Tadi memang kamu melakukan apa sampe malu menghadap Weasley?" Draco mengabaikan ucapan Blaise tadi.

Blaise berdecih, "Pansy tadi bosan dan aku menjadi korban dia, tiba-tiba dia ingin aku di-make up dan yaa sebagai teman yang baik aku sih boleh saja. Waktunya ternyata tidak pas, saat sudah di-make over ala perempuan memakai wig dan rok lalu berdansa-dansa, tiba-tiba Ron datang dan Pansy sengaja tak memberitahuku. Ya sontak saja Ron tertawa. Tapi tapi ... Aku baru pertama kali melihat dia tertawa gara-gara aku, oh ... Tak apa deh asal dia tertawa aku senang." cengir Blaise di akhir membuat Draco mengernyit geli.

"Aku tidak akan menghakimi kamu aneh di saat jatuh cinta, Blaise. Mungkin aku akan lebih parah darimu saat bereaksi untuk Harry."

Blaise pun berdiri dari kasur, ia mensejajarkan diri. "Iya lah, mana ada orang yang sampai membuat ramuan "manis" hanya untuk orang yang dia cinta?"

"I am." Draco menghela napas. Blaise menepuk pundak Draco.

"Sudah-sudah, Weasley siblings menunggu lama tuh!" Blaise pun balik badan untuk pergi, sampai suara Draco menginterupsi.

How Can I Belong To You? (Drarry)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang