💌 32 | At Christmas

25 1 0
                                    

32. At Christmas

Sabtu, 24 Des 2023
Aletha Aleana
05.55 a.m

"Kamu pasti bisa ngelawan semua ini." Aku menggengam erat tangan Hera, memberinya sepatah kalimat semangat usai memasangkan kupluk di kepalanya.

Hera tersenyum samar, namun berarti. Tak lama ia menarikku hingga jatuh ke dalam rangkulannya.

"Thank you," ucap Hera.

Aku membelai lembut kepalanya yang terselimuti oleh kupluk, lalu tanganku jatuh menyentuh syal di lehernya.

"Ayo, pulang." Kutarik pelan tangan Hera untuk keluar dari kamar.

Langkah kami sampai di pelataran rumah. Hera menungguku untuk menyalakan mesin mobil bersama mama. Lagi dihibur dengan rangkulan hangatnya.

Dua orang tersebut sudah seperti ibu dan anak. Lima tahun saling kenal, menatap bahwa Hera dalam keadaan baik-baik saja, membuat Mama tak tega melihat wajah Hera yang mengurus dalam semalam.

Sekarang aku harus mengantarnya pulang. Butuh persiapan mental penuh sebelum memberitahu keadaannya kini pada orang tuanya.

Pagi ini cuaca begitu sejuk. Jalan raya masih lengang, mudah untuk kami mempercepat laju untuk tiba dengan cepat ke rumah Hera, sementara di sampingku ada Hera yang tengah menelpon ibunya. Ia mencak-mencak karena Hera menginap lama di rumahku dalam kondisi yang tidak meyakinkan.

Aku menghembus napas, mencengkram setir mobil dengan fokus.

"Iya, Ma. Lagi di jalan ini, bentar lagi sampai," ucap Hera pada ibunya.

"Iya... hah? Rumah sakit?"

Aku sontak menengok.

"Belum jadwalnya check-up, Ma."

Aku kembali menatap ke depan.

"Iya, rambut aku rontok lagi."

Mataku membelalak. Lagi?

"Udah dipakein kupluk sama Aletha."

Aku mengerjap beberapa kali. Masih tidak percaya bahwa kejadian ini adalah kejadian yang terulang.

"Iya, Ma. Bye." Hera menutup teleponnya. Aku melirik.

"Sejak kapan?" Pertanyaanku ini dari semalam belum mendapat jawaban.

Hera melirik ke bawa, terdiam beberapa saat. "Kelas 4 SD," singkatnya.

Pandanganku mengosong. Ucapanku benar. Hera jauh lebih kuat dari pada aku.

"M-Maksudnya?" Mulutku bergetar.

Kulihat Hera tampak mengatur napas dan hening beberapa saat.

Sepasang matanya mulai menatapku dengan lemah.

"Kelas 4 resmi terdiagnosa. 1 tahun koma, terus bangun. Kelas 7 resmi dinyatakan sembuh. Terus ngejar ketertinggalan kelas selama 1 tahun. Dan kelas 12 resmi dinyatakan terdiagnosa lagi. Sampai sekarang."

Aku lantas membuat mobil ini menepi dan berhenti. Membeku diam. Aliran darah di tubuhku seakan-akan berhenti. Tanganku, mulutku, dan mataku, enggan untuk menatap orang yang sedang duduk di sampingku.

"Tha..." Hera menyentuh punggung tanganku. "Don't panic. I'll be fine."

Sementara aku masih terjebak dalam kebisuan.

"Itu alasannya kenapa gua nggak mau bilang tentang ini ke lu, Tha."

"Gua nggak mau tahu dan melihat reaksi lu. Tapi kenyataannya gua tahu dan melihatnya sekarang juga."

Shutting Down My HeartWhere stories live. Discover now