💟 33 | Gentle(men) (Chat #15)

26 1 0
                                    

33. Gentle(men)

Minggu, 25 Des 2023
Aletha Aleana
09.00 a.m.

Suasana stasiun pagi ini tidak begitu ramai, di sekitarku ada beberapa penumpang yang berdiri di peron menunggu kereta tiba, termasuk aku. Suara bising mesin kereta itu mulai mendekat hingga berlalu bersama angin sejuk sesaat yang siap membawaku pergi ke Jakarta.

Kereta berhenti dan aku mulai masuk. Suasana ketika aku masuk ke dalamnya membuatku teringat oleh satu hal. Tentunya tentang Tobias. Disinilah kami bertemu untuk pertama kali, dan aku selalu saja senang mengingat hal itu.

Aku tiba di tempat dudukku dan mulai meraih headphone. Memutar lagu tenang. Lagu yang selalu membuatku teringat oleh lelaki bernama Tobias. Dia selalu saja mampu membuatku merasa lebih baik dikala melihat senyumnya. Apalagi ketika dia sendiri mengaku bahwa dia merindukanku, merengek meminta agar aku ke Jakarta supaya bisa merayakan Natal dan tahun baru bersamanya. 

Tiga jam di dalam kereta ini akan terasa sangat lama, aku benar-benar tidak sabar menjumpai dirinya. Jangan salah, Tobi lebih parah, saat aku mengabari dirinya lewat sambungan telepon kalau aku sudah di kereta, Tobi antusias hebat, dan langsung menutup sambungannya karena ingin langsung jalan ke Gambir.

Aku terkekeh. Padahal masih tiga jam lagi.

Kedua mataku terpejam akibat tenggelam oleh alunan musik. Getaran samar yang membesar sedikit mengangguku. Aku membuka mata.

"Aletha."

Dan spontan aku menurunkan headphone-ku ke leher. Benar-benar sulit dipercaya dengan pemandangan yang sedang kulihat sekarang.

"Nggak nyangka gua bakal ketemu lu di sini!" 

Aku membalas kejutan cowok itu dengan kejutan lagi. "Daffa! Kenapa lu di sini?"

"Lu sendiri ngapain di sini?" Daffa malah balik bertanya.

"G-gue mau ke Jakarta," jawabku. "Kalau lu!" Aku menuntut jawaban cowok itu.

"Sama." Dia menjawab enteng dan cowok itu langsung mengambil kursi kosong di sampingku. 

"Hah?" Mulutku menganga.

"Mau ngapain?" tanyaku superheran.

Daffa menjawab antusias. "Mau tahun baruan, di rumah Nenek!"

Seketika pikiranku mumet. Jangan sampai liburanku di Jakarta dirusak oleh Daffa.

"Jadi, Tha. Lu sendiri mau ke mana?" tanyanya. Sementara batinku terus mengutuk dirinya.

"Eh, bentar, Daf. Lu turun di stasiun mana?"

Daffa menjawab. "Gue turun di Gambir."

Aku menghirup udara sedalam-dalamnya. Memutuskan untuk menjawab apa adanya. Percuma bohong juga. Toh, anak ini akhirnya bakal tahu aku turun di stasiun mana.

"Ohh... sama," ucapku. Lalu menatap ke depan.

Daffa berkata. "Ohh, lu mau ke Jakarta juga. Mau ngapain?"

Mau ngemis!

Aku memaksakan senyum. "Tahun baruan."

Daffa mengangguk. "Barengan aja gimana?"

GOD DAMN IT!

Aku spontan menggeleng. "I can't!"

"Lho, kenapa?"

"Gua ada janji sama yang lain juga."

"Oh."

Heran. Mengapa aku jadi berkeringat.

Shutting Down My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang