💌 42 | Turnin' It Up

23 1 0
                                    

WELCOME

Update chapter 41-42 di waktu yang sama wkwk

okayy happy reading all

okayy happy reading all

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

42. Turnin' It Up

Senin, 2 Jul 2024
Aletha Aleana
21.00 p.m.

💟

Satu minggu untuk masa pemulihan Tobi, maksudku Moses, berakhir. Selama penjagaan dan pemulihan ketat itu, aku, Laviona, dan Ben tidak diperbolehkan menjenguk. Dua hari yang lalu Ben mengirimiku pesan bahwa Moses sudah bisa dijenguk kembali. Lalu yang kupikirkan adalah bukan segera menemuinya, melainkan memberi waktu untuk diriku sendiri.

Diam menikmati hawa dingin di malam usai hujan mereda adalah salah satu caraku agar bisa memikirkan apa yang akan kulakukan selanjutnya tanpa gegabah.

Kupandang satu kantong cemilan yang baru kubeli di minimarket. Berdiri di pinggir jalanan yang sepi, desir angin memadati.

Aku tak tahu apa yang akan terjadi jika bertemu tatap dengannya lagi. Semua begitu sulit dinalar oleh logika. Seperti cinta.

Ponselku tiba-tiba bergetar, menampilkan pesan Ben yang masih sama. Memintaku untuk segera datang menemuinya..

Kemudian aku menaruh ponselku kembali ke dalam tas. Menghembus napas panjang. Pikiranku mulai membuat asumsi soal reaksi yang akan ia tujukan padaku saat datang. Begitupun diriku sendiri. Segala jenis emosi dasar yang manusia miliki itu sudah menyatu dalam diriku.

Aku mulai berjalan hingga masuk ke pelataran rumah sakit. Kembali ke hadapannya.

Sulit untuk mengatakannya pada kalian. Jika hubungan kami terus berjalan apakah semua akan baik-baik saja? Aku tak henti mengkhawatirkan soal itu. Seolah-olah aku seperti sudah mampu menerka bagaimana akhir dari kisah ini.

Namun aku tak akan tahu akhir seperti apa yang akan kulihat jika terus menghidar darinya. Maka kuhadapi saja apa yang memang harus kulakukan. Diiringi oleh bisikan hati.

Lima menit melangkah hingga akhirnya aku tiba di depan pintu kamar rawat inap itu.

Denyut di jantungku mulai berdebar jauh lebih kencang dari beberapa menit sebelumnya. Aku pun bergeser sedikit untuk mengintip kondisi di dalam kamar tersebut, mataku menyipit. Tak ada siapapun.

Mendadak aku melepas teriakanku saat ada seseorang menepuk pundakku dari belakang. Sudah parah denyut ini, si Ben malah mau bikin aku mati.

"Lu!" ucapku penuh penekanan. Sosok Ben yang kulihat sedikit berbeda, datar.

"Masuk, Tha." Ben hanya berkata demikian. Lalu aku terdiam, bimbang.

Shutting Down My HeartWhere stories live. Discover now