WELCOME!
GABISA! GABISA! GW GAK SIAP!
*lebay
oke guys it's been a long journey of this story
persiapkan mental
beberapa chapter terakhir dan sekarang aku gak nyediain musik karena aku mau kalian fokus nikmatin alurnya tanpa musik wkwk
so, I think that's all
happy reading!
38. Old Phone.
20.00 p.m.
💌
Napas Aletha tersengal ketika kelabakan berlari menerjang koridor rumah sakit bersama seorang pria yang ia temui di apartemen beberapa menit lalu.
Diketahui pria tersebut bernama Benjamin. Ia kerap dipanggil dengan sebutan Ben.
Ben merupakan tetangga apartemen Tobi sekaligus rekan kerjanya di bandara. Hampir setiap hari Tobi selalu berangkat kerja bersamanya.
Kedua orang itu akhirnya sampai di depan ruang ICU, Aletha bisa melihat Tobi yang terluka parah akibat kecelakaan mobil yang ia alami sore tadi. Para dokter langsung mengambil tindakan cepat.
Spontan Aletha tidak sanggup memandangnya. Di pelupuk matanya, ia sudah tidak bisa menahan puluhan atau ratusan buliran air mata yang siap terjun bebas untuk menangisi Tobi.
Aletha mulai mengangkat satu tangannya, dengan lemah menyentuh kaca ruang ICU itu. Satu tangannya lagi ia gunakan untuk membekap mulutnya agar suara isakannya tak terdengar. Sungguh sesak. Ngilu. Pedih.
Gadis itu akhirnya membungkuk seolah ada beban berat di pundaknya yang memaksa dirinya untuk menjatuhkan diri hingga terduduk di lantai. Pemandangan itu seperti yang pernah ia lihat dulu. Rasa sakit amat luar biasa ini seperti yang pernah ia rasakan dulu.
"Tha!" Ben terkejut menyaksikan Aletha yang tersungkur di lantai. Kemudian pria itu membantu Aletha bangkit dan membuatnya duduk di kursi.
"Gimana ceritanya!" tanya Aletha. Pokoknya kali ini ia harus tahu lebih jelas akan kronologis yang dialami oleh Tobi.
Benjamin menatap sayu. Namun karena di hadapannya ini ada seorang perempuan, tentu ia harus terlihat kuat. Detik berikutnya Ben mulai duduk di sebelahnya.
"Gue belum tahu kronologisnya gimana, Tha. Polisi masih ngurus."
Aletha menjerit frustrasi. Lagi-lagi tak bisa diketahui dengan cepat. Dan sepertinya Aletha harus turun tangan.
"Tobi..." pekik Aletha memanggil namanya, meski ia tahu Tobi tak akan mendengar, apalagi menyahut.
Hati Aletha terus bergejolak. Ia kemudian menarik sedikit dari rambutnya, terbungkuk, membuat air matanya berjatuhan dengan leluasa.
YOU ARE READING
Shutting Down My Heart
Romance[ON GOING] ꯴᩠ꦽꦼ💌↦ 𝚂𝙷𝚄𝚃𝚃𝙸𝙽𝙶 𝙳𝙾𝚆𝙽 𝙼𝚈 𝙷𝙴𝙰𝚁𝚃 𝑲𝒊𝒔𝒂𝒉 𝒎𝒊𝒍𝒊𝒌 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝑨𝒍𝒆𝒕𝒉𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒏𝒋𝒂𝒏𝒈. 𝑫𝒂𝒏 𝒅𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒋𝒖𝒎𝒑𝒂𝒂𝒏 𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒖𝒕𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒌𝒊𝒔𝒂𝒉𝒏𝒚𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒐𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒓...