Chapter 7

97 13 0
                                    

Setelah berfikir dengan mantap. Akhirnya Jennie memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya. Tentunya dengan menerima tawaran beasiswa itu untuk kedua kalinya. Tentunya dengan menerima tawaran beasiswa itu untuk kedua kalinya.

Jujur Jennie akui ia merasa gengsi kembali ke universitasnya karena gosip tentang dirinya yang berhenti kuliah akibat dari pencabutan beasiswa akan nilainya dan penawaran dirinya untuk kembali ke universitas menyebar luas.

Banyak para mahasiswa yang tidak suka terhadap Jennie bahkan mereka sengaja membuat gosip bahwa Jennie menggoda direktur agar ia kembali mendapatkan beasiswa dengan nilai yang buruk.

Namun, ada juga seseorang yang senang akan kembalinya Jennie. Dia, Felix, lelaki yang selalu menemani Jennie selama di universitas.

" Kau yakin dengan keputusanmu?" Tanya Felix pada Jennie mereka sama sama berjalan memasuki kelas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


" Kau yakin dengan keputusanmu?" Tanya Felix pada Jennie mereka sama sama berjalan memasuki kelas.

" Ya. Aku tak punya pilihan." Kata Jennie.
" Kau membuat pilihan yang bagus. Aku senang kau kembali." Felix berujar.

Jennie tersenyum. " Thanks."

" Oh, ya. Boleh aku pinjam catatanmu saat aku tertinggal kelas? Aku akan cepat mengejar ketertinggalanku." Ujar Jennie yakin.

" Tentu saja. Jika kau mau aku akan membantumu belajar."
" Really?"
"Yes."
" Thank you so much."
" You were calm."

🥀

Mobil bernuansa hitam itu berhenti di sebuah gedung bertingkat yang sangat kumuh, berantakan, kotor layaknya bangunan yang saaaangat tak terurus.

Pantas saja...
Logika Jackson mengatakan pantas saja para bodyguard yang sangat ia andalkan tidak juga menemukan Jennie begitupun tempat tinggalnya.

Mengapa?
Jelas, karena Jennie tinggal di tempat yang sangat kotor dan sempit. Seperti tak ada udara disini. Bangunannya sangat mengkhawatirkan, mungkin gedung ini bisa runtuh kapan saja.

Tempat ini sulit di temukan, tak banyak yang tau lokasi ini, jalan menuju tempat ini bahkan cukup curam, licin dan banyak jalanan yang rusak. Tidak seperti di kota pada umumnya, dimana sebuah mobil dapat berjalan dengan kecepatan sempurna.

Jackson menggelengkan kepalanya, ia sempat ingin berbalik pergi. Namun, ia tak bisa menghapus fikirannya akan bayang bayang barista itu.

Ia tak habis fikir, dirinya bisa tertarik pada seorang gadis yang bahkan tempat tinggalnya saja tak layak? Lalu bagaimana ia bisa merawat dirinya di tempat seperti ini?

Jennie Moore Alexa, jelas jauh dari kata perffect. Dan dia bukan tipe ideal Jackson. Lalu mengapa Jackson bisa tertarik padanya bahkan sampai mendatangi tempat tinggalnya?

JennieWhere stories live. Discover now