Chapter 8

88 12 0
                                    

Aku memang benci pemaksaan, tapi aku tidak menerima penolakan.
~jacksonWilliamRodriguez~
____________________________

Jennie kembali aktiv di universitas, ia sangat cepat mengejar ketinggalannya di mata kuliah.

Gadis itu sangat serius dalam belajar, ia cepat tanggap memahami para dosennya dan selalu bertanya apabila ada bagian yang ia tak mengerti. Tekadnya sangat kuat untuk mendapatkan kembali nilai yang Sempurna dan tentunya ia harus membuktikan kepada lelaki brengsek yang mengatakan bahwa dirinya bodoh.

Di samping itu, Jennie mengambil pekerjaan paruh waktu seperti biasa, letaknya dekat dengan kampusnya karena ia ingin lebih menghemat waktu. Dan menggunakan sisa waktunya untuk belajar.

Jennie berusaha membagi waktu antara bekerja dan belajar, ia berusaha semaksimal mungkin. Saat di caffe, jika pengunjung sepi Jennie akan memanfaatkan waktunya untuk belajar. Dan pada saat di universitas, ia sengaja datang lebih awal untuk mengulangi kembali materi yang telah lalu. Lebih parahnya lagi, Jennie menahan diri untuk ke kamar mandi dan lebih memilih terus belajar hingga ia merasakan sembelit.

Jennie Moore Alexa, ia akan melakukan apapun jika hatinya telah berkehendak. Ia akan mengikuti kata hatinya agar sesuatu yang belum terwujud dapat tergapai.

🥀

Mata kuliah terakhir Jennie telah selesai. Dosen itu menutup bukunya, mengucapkan kalimat penutup lalu pergi.

Spontan para mahasiswa bergegas pergi dari kelas. Jennie merapihkan bukunya lalu memasukannya ke dalam tas.

Buru buru Jennie keluar kelas, ia harus tepat waktu karena setelah ini ia harus bekerja.

Jennie menuruni anak tangga, kedua matanya menyipit saat melihat banyak orang bergerumbulan di depan gerbang. Tidak biasanya seperti itu.

Apa ada kecelakaan?
karena rasa penasaran, Jennie segera menghampirinya. Ia ingin mengetahui apa yang terjadi.

" Eh, ada apa?" Tanya Jennie, namun tak ada yang merespon. Semua orang berbisik dan bersorak sana sini terutama kaum wanita.
Ah, Jennie Baru sadar, kerumuhan ini dipenuhi dengan perempuan semua.

Gadis itu semakin ingin tau, iapun menerobos berjalan di keramaian itu, ingin mengetahui titik pusatnya yang menyebabkan keramaian ini.

Jennie berhasil menerobos, kini ia berdiri di barisan depan, tepatnya di tengah tengah keramaian ini.

" Jackson?" Gumam Jennie tidak habis fikir, matanya terasa sakit saat di pakai untuk melihat seorang lelaki brengsek yang menciumnya beberapa waktu lalu. Si bedebah sialan itu.

Jackson William Rodriguez, ya dia. Jennie tau betul rupa lelaki itu, tak mungkin bisa ia lupakan dengan mudah. Lelaki yang mempermainkannya, memberi dan mencabut beasiswanya tanpa perasaan. Dan mengambil ciuman pertamanya.

Tunggu, tapi mengapa Jackson kesini?
Itulah pertanyaan yang berputar di kepalanya dan alasan mengapa para perempuan berkumpul disini, juga berbisik bisik mengagumi rupa lelaki itu.

Jackson berdiri sambil menyandarkan setengah tubuhnya ke pintu mobil sport mewah yang terparkir di depan gerbang utama universitas. Ia sangat berpose, kedua tangannya di lipat di dada. Serta kaca mata hitam yang di pakainya menjadikannya lebih tampan, menawan dan mempesona.

JennieWhere stories live. Discover now