16 - Babak 2

683 92 10
                                    

Ketukan detik jam menyapa menit, bergerak teratur tanpa henti. Suara yang nyaris seperti mantra kecemasan itu mengisi keheningan XII IPA. Bisa dipastikan jika detak beraturan itu menjadi kausalitas bagi penderita misofonia apabila mereka di sini. Sangat kontradiktif dengan chronophile.

Waktu terus mengejar siswa-siswi tanpa lelah, menuntut mereka berpikir lebih keras dan lebih cepat.

"Kelas kita nama timnya apa tadi?" tanya Lea usai menyelesaikan soal pertama.

"Ateis," jawab Aldev.

Sontak saja tatapan bingung langsung tertuju padanya. Jawaban yang sangat di luar ekspektasi itu patut diacungi jempol terbalik.

"Gue dengernya ateis, ya maaf kalau salah," sambung Aldev meringis pelan.

"Arthemis," kata Ayyara dan Apin kompak.

"Lo kok mau-maunya sih, Pin jadi temen Aldev?" cibir Azalea seraya kembali meraih bolpoinnya. Aldev mendengkus kasar mendengar cibiran tersebut.

.-. .-.-. -..-. .-.-.. -.-. -.-.-. ..-. .-.-. -..-. .-- ...-.-.. -.-. -.

"Be," eja Jo mencocokkan sandi morse tulisan tangan Dira dengan di ponsel.

Cowok itu fokus memecahkan sandi secara penuh keelaborasian. Terlewat satu sandi saja bikin merusak hasil akhir.

"I, be."

"El, i, o..."

"Pusing gue, nggak jelas jadinya!" Jo menyerah. Ia memberi akses Azalea agar mengambil alih. Kepalanya seperti akan meledak jika ia meneruskan menatap sandi itu.

"Lo bener nggak nulis sandinya?" gertak Lea pada Dira.

"Bener, Le."

"Gue ribut cari HP buat bantuin kita kalau dapat sandi kayak gini. Tadi kenapa nggak di foto?"

"Tadi lagi lo pakai HPnya," protes Dira tidak ingin disalahkan.

"Bisa ngomong sama gue. Toh, HPnya di meja nggak gue pakai. Ngeles aja lo."

"KOK JADI GUE YANG DISALAHIN?!" teriak Dira menatap marah Azalea.

"Karena emang salah lo! Lo yang nulis sandinya, kalau salah mau nyalahin siapa? Yang bikin sandi? You're so stupid, idiot."

"BRENG--"

"UDAH!" bentak Jo gelap mata. Jo menghembuskan napasnya panjang. Keadaan yang sudah kacau semakin dibuat kacau oleh pertengkaran tersebut.

"Ya Gusti, bisa nggak ngerjain nggak pakai emosi? Capek dilihatnya. Udah gede ubah mindsetnya bisa? Bukannya makin pintar bersikap malah kayak bocah TK."

Sementara, Ayyara melanjutkan sandi yang sudah Jo kerjakan tadi. Menghiraukan keributan yang jelas akan menyita waktu saja. Clue itu harus segera ditemukan jawabannya supaya tim 2 bisa memulai aksi. Tim yang berisi kekasihnya.

"Dari sandi morse jawabannya bibliobibuli," kata Ayyara menyita perhatian.

Keributan yang tercipta seketika lenyap. Dira memutar malas matanya, lalu berlalu ke bangkunya. Jika salah dipojokkan, akan lebih baik ia memilih bungkam. Ia tidak akan ikut intervensi lagi atas pekerjaan itu.

"Orang dengan kemampuan baca di atas rata-rata?" celetuk Apin.

"Tempat yang ada hubungannya ... Perpustakaan?" tebak Aldev tepat sasaran.

"Masuk. Tim dua ayo mulai!" titah Jo mengkoordinasikan tim 2 agar segera mempersiapkan diri.

Apin menarik lengan Fanny yang satu kelompok hingga menimbulkan ricuh keadaan kelas. Tak sengaja mata cowok itu bertemu mata Ayyara yang menatapnya sambil tersenyum lebar. Spekulasi Apin perihal Ayyara yang akan cemburu sepertinya salah kaprah. Gadis itu malah terlihat mengikhlaskannya.

PYTHAGORAS (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat