34 - SABOTASE

750 96 17
                                    

Ketua Osis SMA Angkasa menatap lima siswa di hadapannya dengan sorot mata gusar. Sebuah rencana yang nyaris menghancurkan debat tahunan dapat ia prediksi bahwa penyebabnya adalah lima orang itu. Beruntung Garza bisa mengambil alih acara dengan cukup baik sehingga kecacatan tidak terlihat sedikit pun.

“Ikut gue!” perintahnya mutlak.

Garza mencabut kabel yang terhubung pada laptop Arzan. Ia membawa laptop tersebut ke sebuah ruangan diikuti lima siswa tersangka. Cowok dilingkupi rasa emosi itu berjalan menuju ruang rapat yang tidak dapat diakses siswa non osis.

“Masuk!”

Menurut. Mereka hanya pasrah atas semua perintah Regarza.
Pintu terkunci. Mengurung lima laki-laki bersama satu perempuan di sana.

“Kalian mau ngapain?” tanya Garza berusaha sabar.

“Di depan banyaknya wali murid ... Kalau sampai tadi kacau, siapa yang nahan malu? Bukan Cuma lo berlima, tapi SMA Angkasa! Punya otak tuh buat mikir. Lo semua gak ngerti gimana capeknya anggota Osis persiapin ini semua. Lo semua gak ngerti capeknya jadi panitia, kan?” gertak Garza.

“Kita Cuma pengen kasih tau ke semua orang kalau kepala sekolah Angkasa suka terima suap!” ujar Apin.

“Ada bukti gak?!” sentak Garza.

“Kita udah siapin semuanya. Sorry sebelumnya, kita emang berniat hancurin debat buat bongkar kebusukan SMA Angkasa. Tapi video kepala sekolah ilang. Kita gak tau siapa yang sabotase video itu,” sambung Arya lebih tenang.

“Ada yang khianatin rencana kita sampai bikin kacau gini,” ucap Apin sambil melirik Arzan.

“Bukan gue!” sergah Arzan menatap bengis Apin.

“Kalau bukan lo siapa lagi?”

“Gak ada motivasinya gue sabotase—“

“Gara-gara lo sakit hati ditolak Ayyara,” sela Apin.

Arzan menghela napasnya kasar. Jadi, dia yang dituduh menjadi dalang semua kekacauan di sini? Dia yang dianggap hipokrit hanya karena masalah hatinya?

“Lo bisa tanya Jo! Gue serahin video udah dicek sama Jo juga.”

“Lo pinter urusan IT!”

Suara sebuah benturan badan menabrak tembok mengejutkan mereka semua yang ada di ruangan. Arzan tak segan-segan mendorong badan Apin hingga mencium kerasnya dinding.

“Biasanya yang paling kenceng teriak itu pelakunya,” tandas Arzan sebelum sebuah bogeman mendarat di rahangnya.
“Lo takut kan semua orang tau kalau lo juga termasuk siswa yang pakai uang?” ejek Arzan terkekeh sinis.

“Bajingan!”

Apin bangkit, langsung mendorong Arzan sampai cowok itu membentur meja yang biasanya untuk rapat. Tidak sampai di situ, laki-laki emosional tersebut juga memukul hidung Arzan, membuat darah muncrat dari hidung cowok itu.

Garza mencegah Ayyara yang berniat menghentikan pertengkaran itu.
Arzan mengusap darah di hidungnya. Cairan merah pekat beraroma amis sukses membuatnya tertawa sinis. Tatkala akan menghajar Apin, suara Arya menghentikannya.

“Zan!”

Panggilan penuh intimidasi dan penuh arti. Arzan mengalah, melepas tatapan elang yang tadi tertuju pada Apin.
Garza menghela napasnya panjang.

“Lain kali, kalau mau atur rencana yang mateng. Jangan sampe rencana lo cacat terus bikin orang lain rugi.”

☆☆☆☆

Triple A mendudukkan diri pada sebuah kursi di koridor rumah sakit. Setelah Garza memberi pengertian dan membebaskan mereka, Arya memaksa Arzan untuk periksa ke dokter akibat darah yang terus mengalir. Terlebih, bagian yang ditonjok Apin adalah bagian paling rawan jika terluka.

PYTHAGORAS (END)Where stories live. Discover now