40 - Antara Hati & Mimpi

681 75 15
                                    

Ketukan beraturan dari jemari Ayyara terdengar ketika matanya melihat satu persatu partitur lagu pada music stand piano. Dia membalikkan halaman, mencari lagu yang cocok untuk ia gunakan dalam kompetisi. Sebenarnya dia sudah menemukan yang cocok, namun mengingat dia juga membawa Apin maka dia membutuhkan persetujuan Apin juga atas lagu yang akan diambil.

"A thousand year?" gumam Ayyara bertanya. Ia melirik Apin di sebelahnya.

"Udah pasaran, takut nanti dipakai sama peserta lain," kata Apin.

Ayyara mendesah pelan. Bingung sekali akan menggunakan lagu apa.

"Lo bisa pakai lagu apa?"

"Apa aja. Lo bisa apa, gue ngikut," balas Apin.

Ayyara berdiri, mengambil biolanya. Sepertinya lagu pilihannya akan cocok jika jawaban Apin seperti itu.

"Coldplay the scientist?"

"Boleh."

Apin membenarkan duduknya. Merenggangkan jari-jarinya agar lebih lemas sehingga memudahkannya menekan tuts piano di hadapannya. Cowok itu melirik Ayyara yang sudah siap. Kemudian, mulai menekan tuts piano hingga menghasilkan alunan lembut.
Memasuki lagu, hingga tiba saatnya Ayyara menggesekkan biolanya. Namun, Apin tidak mendengar apa pun. Ia menoleh pada Ayyara yang menyengir padanya.

"Aaaa, gue gak tau kenapa gue tiba-tiba malu," celetuknya sambil menutupi wajah.
Apin terkekeh pelan.

Dia diam saja, memperhatikan Ayyara yang mencoba menenangkan diri. Gadis itu terlihat lucu.

"Gue malu, Apin!" Cewek itu mendorong bahunya pelan.

"Ngapain malu? Sama pacar sendiri."

"Gue takut lo puji keren."

"Percaya diri banget," cibir Apin.

Tanpa menanggapi respons Ayyara, dia mulai kembali memasuki intro.

"Ayo," ajaknya.

Ayyara mengangguk, mulai fokus dengan kegiatannya kali ini. Dia harus bisa serius karena kompetisi hanya tinggal hitungan hari. Gagal akan menjadi mimpi buruknya. Jadi ia tidak boleh celelekan. Gadis itu mulai memasuki nada, menyempurnakan nada-nada piano dari Apin.

Beberapa kali mereka mengulang akibat terjadi kesalahan. Entah Ayyara yang lupa partiturnya atau Apin yang salah menekan tuts piano.

"Lo keren," puji Apin sembari membuka botol minum, lalu memberikannya pada Ayyara.

"Kalau gue pukul kepala lo, bakal sakit atau bunyi ninuninu?" cecar Ayyara merasa malu.

"Bunyi ailufyu, ailufyu, ailufyu," balas Apin disusul tawanya.

Seketika itu juga Ayyara menabok lengan Apin sebal. Dia sudah malu, semakin dibuat malu. Bahkan dia tidak sadar jika wajahnya sudah memerah seperti tomat.
Hari demi hari mereka lalui bersama alunan merdu piano dan biola milik Ayyara. Mereka berlatih keras. Mengulang, menghafal dan mengulang lagi hingga lebih baik. Keduanya sama-sama berjuang demi sebuah mimpi.

☆☆☆☆

Arya bersandar pada dinding gedung kompetisi Ayyara. Sudah banyak orang-orang berlalu lalang sejak satu jam lalu yang dia tebak adalah penonton kompetisi hingga pendukung tiap peserta. Tatapan Arya tertuju pada punggung Ayyara yang tertutupi surai hitam panjang. Dia sama seperti pengunjung lain, hanya sebatas menemani.

"Gue degdegan," ujar Ayyara menatap Arya.

Wajahnya sudah dilapisi makeup tipis elegan. Terlihat cantik berkali-kali lipat. Ditambah, gaun panjang membalut tubuhnya yang indah. Arya sampai pangling.

PYTHAGORAS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang