5. Masalah Kecil

185 45 8
                                    

'Karena kehidupan berat akan selalu bisa membawa jiwa menemukan sosok lain untuk meringankan segalanya.'

Hidupkan Hidupmu

~Thierogiara

***

Hal-hal yang terjadi masih rancu, masih belum bisa Jarvis mengerti karena seluruh penjelasan Hanna tidak begitu jelas. Yang Jarvis tangkap hanya Hanna mengalami pelecehan seksual dan mengalami penyiksaan oleh beberapa orang dan dia tidak tahu orang itu siapa. Sebenarnya gatal sekali ingin bertanya, ingin memastikan langsung pada intinya, sebenarnya siapa dan mengapa hal ini bisa terjadi? Umur Hanna sudah dua puluh satu tahun dan kenapa bisa? Kenapa juga Hanna baru mau kabur sekarang? Tapi balik lagi, Jarvis tidak mau menghakimi siapa pun, karena segala pertanyaan yang ingin dia lontarkan tersebut terkesan menghakimi dan Jarvis tidak mau begitu, dia tidak mau kalau sampai Hanna malah jadi tidak nyaman dengannya.

Seperti yang Hanna katakan, bahwa tempat ternyaman dan teraman nya saat ini adalah Jarvis, jadi sebisa mungkin Jarvis harus tetap menjadi tempat pulang untuk Hanna. Walaupun jadinya, mau tidak mau Jarvis harus menambah beban dalam hidupnya.

Hanna katanya mau belanja.

"Gue anter aja!" Jarvis memberikan penawaran, karena memang tukang sayur biasanya tidak sampai ke tempat tinggal mereka ini, karena mereka menempati rumah paling ujung di kompleks perumahan.

Hanna mengatakan bahwa dia bisa bawa motor sendiri, tapi tidak terlalu mahir. Tapi bisa kalau yang dilalui hanya jalanan kompleks bukan jalanan besar, toh tukang sayur juga biasanya mangkalnya di dekat sini. Jadi dia sama sekali tidak takut, tapi Jarvis yang takut, Jarvis yang ketar-ketir, kalau sampai kenapa-napa bagaimana? Dia hanya punya motor inventaris dari orang tuanya satu, kalau rusak, seluruh biaya kerusakan dia tanggung sendiri.

"Aku bisa sendiri!" Hanna masih bersikeras, karena kalau diantar oleh Jarvis, sudah seperti sepasang suami istri saja mereka, Hanna tidak mau kelihatan seperti itu.

Jarvis menghela napasnya, dia menatap Hanna yang sudah naik ke atas motor.

"Lagian aku harus banyak belajar lingkungan ini, biar nggak selalu ngerepotin kamu."

Karena judulnya dia adalah pembantu di rumah Jarvis, tapi malah beberapa hal dalam hidupnya mendapat pelayanan dadi Jarvis, ya bagaimana tidak kalau setiap mau makan Jarvis harus membelikan untuknya. Hanna sungkan sendiri, dia tidak biasa dengan segala kebaikan orang lain.

Jarvis hanya menghela napas, memang tampilan Hanna sudah seperti ibu-ibu, memakai kaus polos dengan rok di bawah lutut sedikit, seperti mbak-mbak rumah tangga pada umumnya.

"Kalau ada apa-apa langsung telepon aku!" Jarvis memberikan peringatan.

Hanna mengangguk, dia juga mengacungkan jempolnya sebagai tanda bahwa dia paham dengan apa yang Jarvis sampaikan, Jarvis sampai menggelengkan kepalanya dramatis, ya semoga saja bulan ini uang jajannya tidak terpotong hanya karena dia harus memperbaiki motor.

Hanna mulai menjalankan motornya, tapi baru beberapa meter motor tersebut menjemping sebab Hanna menekan gass terlalu kuat, padahal motor tersebut adalah motor matic. Tapi Hanna malah mengacungkan jempolnya ke Jarvis, mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja dan aman terkendali. Dia tetap melanjutkan perjalanan, sementara Jarvis mengelus dadanya sendiri menenangkan diri, mungkin tinggal lebih lama dengan Hanna akan membuatnya jantungan hebat.

***

Benar saja, setelah sepuluh menit berangkat membeli sayur, Hanna langsung menelepon, katanya motornya tidak bisa hidup. Jarvis sudah memintanya untuk mengengkol, tapi katanya tetap tidak bisa, abang-abang sayur sudah pergi dan tidak mau membantu Hanna, Hanna sendiri juga tidak mau mendorong motor sendirian sampai ke rumah, karena pasti akan sangat melelahkan. Jadi apa yang harus dilakukan? Lagi-lagi Jarvis harus mengalah, dia akhirnya berjalan ke kompleks sebelah hanya untuk melihat bagaimana keadaan Hanna dan kenapa motornya yang super sehat dan sering di service itu bisa tidak bisa hidup.

Seumur-umur memakai motor tersebut, rasanya Jarvis belum pernah mendapati kalau motornya itu tidak bisa hidup. Ini sebenarnya yang salah motornya atau Hanna nya?

Jarvis bisa melihat Hanna yang berjongkok di samping motornya, gadis itu kelihatan memperhatikan motornya, mungkin yang ada di pikirannya, apa sebenarnya yang salah dengan motor ini?

Jarvis menghela napas, lantas berjalan mendekat, dia kemudian menatap Hanna. Melelahkan sekali, tapi segala kelelahan rasanya tidak berarti karena sekarang yang ada dia kesal dengan Hanna.

"Kan, udah gue bilang, dianter aja!" Jarvis langsung menyemprot Hanna.

"Ih aku, 'kan, nggak tau! Ya, Tiba-tiba aja motornya nggak mau hidup." Hanna langsung bangkit dari duduknya, dia menekan-nekan tombol starter dan benar saja tidak mau hidup.

Jarvis menatap Hanna.

"Nggak bisa, Bang! Nggak bisa sendiri, aku juga nggak ngapa-ngapain!" Hanna ngegas duluan karena takut kalau Jarvis akan marah.

"Iya lo nggak ngapa-ngapain, tapi lo bego! Ya, jelang nggak bisa hidup. Standarnya belom lo naikin!" Jarvis sudah emosi jiwa dengan apa yang terjadi, jelas saja tidak bisa hidup, standar motornya masih di bawah, balum dinaikkan dan Hanna sudah berusaha menekan tombol starter.

Hanna terdiam, sebodoh itukah dia?

"Capek banget gue jalan ke sini, cuma untuk menerangkan kalau lo tuh bego!" Sangking kesalnya Jarvis sudah tidak bisa menahan dirinya, menahan seluruh kata yang terlontar dari mulutnya.

"Udah gitu doang?" Hanna bertanya, untuk segala kebingungan nya, Jarvis hanya perlu menaikkan standar motor dan motor langsung bisa hidup? Kenapa sih dunia ini harus jadi selawak ini?

"Nggak! Lo dorong gue sampe rumah!"

Hanna menatap Jarvis. "Kalau udah bisa hidup, kenapa harus didorong?" tanyanya polos.

"Udah deh, capek banget gue. Ayo naik!" Jarvis akhirnya memilih mengalah, karena toh perdebatan mereka hanya akan membuat dirinya sendiri yang stress.

Hanna akhirnya naik ke atas boncengan Jarvis.

"Please deh! Beban gue itu banyak banget. Lo datang minta bantuan sama gue jangan bikin gue susah deh, gue capek banget." Jarvis hampir depresi dengan segala tugas kuliahnya, jangan sampai dia seperti Hanna juga, yang kepikiran untuk bunuh diri, karena perjalanan hidup itu benar-benar sangat berat.

Hanna terdiam, jadi dia hanya menyusahkan Jarvis? Iya sih, dia memang banyak menyusahkan orang lain di dalam hidupnya.

Padahal dia datang untuk meminta menjadi pembantu rumah tangga, tapi malah banyak hal dalam hidupnya jadi diurus oleh seorang Jarvis.

"Maaf... "

"Nah, hal lain yang bikin gue kesel banget sama lo, lo nyerang perasaan gue, jadi gue nggak bisa banget kalau harus marah-marah sama lo!"

"Iya, maaf... "

"Ck! Udah deh, emang nggak bisa aja. Ya udah lain kali apa-apa itu jangan ambil keputusan sendiri, kalau gue bilang gue anter, ya mending lo nurut aja. Kalau kejadiannya kayak gini, kita berdua yang repot!"

"Iya."

Jarvis kemudian menghela napasnya, sudah seperti bapak-bapak yang mengomeli anaknya dia ini.

***

Interaksi yang gemes gemes dulu ya, sisanya soal konflik yang besar besar itu akan menyusul.

Hidupkan HidupmuWhere stories live. Discover now