21. Mari Hidup Berdua

78 23 8
                                    

'Tidak masalah meski waktu kita tidak banyak, cukup hanya dengan ada kamu di sisa waktu itu, maka aku akan baik-baik saja.'

Hidupkan Hidupmu

~Thierogiara

***

Hal paling pasti dari sebuah kehidupan adalah ketika terbangun maka akan langsung dihadapkan oleh realita. Hal yang tidak akan pernah bisa mereka hindari adalah keluarga Jarvis, mau sebaik apa pun mereka menjalani kehidupan ini, nyatanya keluarga Jarvis tidak setuju, mereka tidak akan pernah bisa melihat sisi baik dari semua hal yang berusaha Jarvis lakukan untuk menyelamatkan Hanna. Daripada memikirkan bahwa mereka sudah berhasil menjadi orang tua dan mendidik Jarvis sampai bisa menjadi seorang pria yang sangat baik begini, mereka lebih memikirkan masa depan seperti apa yang Jarvis miliki ketika dia harus hidup dengan seorang Hanna yang hidupnya sangat berantakan?

Jarvis memegang tangan Hanna di sebelahnya, tanpa mengatakan apa pun juga Jarvis tahu kalau sebenarnya Hanna sedang sangat ketakutan dengan semuanya, karena sekarang di hadapan mereka sudah ada kedua orang tua Jarvis yang tentu saja memandang mereka dengan tatapan sendu penuh kekecewaan. Jarvis sejatinya juga bukan anak yang baik, dia lumayan pembangkang selama ini, tapi mungkin kesalahan paling besar di dalam hidup Jarvis di mata orang tuanya adalah tetap menikah meski mungkin tidak ada dukungan dari keluarga.

"Sudah saatnya kamu meninggalkan rumah ini, meninggalkan fasilitas dari keluarga," ujar papanya.

Jarvis menarik napasnya, kemudian mengembuskannya perlahan, sialnya selama ini dia terlalu banyak bergantung dengan orang tuanya. Sebenarnya keputusan Jarvis menikah cukup gegabah karena dia bukan pria mandiri sebenarnya.

"Biaya pendidikan kamu akan kami putus, silakan jalankan kehidupan sesuai dengan yang kamu inginkan," lanjut papanya.

Perasaan Hanna menjadi tidak karuan mendengar itu, karena Jarvis mendapatkan semua ini ketika menikah dengannya, padahal sebelumnya kehidupan Jarvis sangat baik, masih kuliah tapi sudah dapat rumah dan kendaraan.

"Silakan lepaskan semua hal yang kamu rasa bukan punya kamu," jelas papanya.

Jarvis akhirnya menganggukkan kepalanya, karena jujur saja dia akan memilih Hanna, sendiri dan kesepian adalah sesuatu yang sangat tidak enak, jadi dia tidak mau membiarkan itu terjadi pada Hanna, dia tidak mau kalau sampai Hanna sendirian dan kesepian.

"Baik," jawab Jarvis dengan singkatnya, dia sebenarnya tidak tahu harus bagaimana dan harus apa. Apalagi Hanna sedang hamil, pertanggungjawaban mereka berdua sangat besar untuk hidup mereka, tapi sebagai seorang pria, pokoknya menurut Jarvis harus pede dulu, harus bisa ambil keputusan tegas.

Hanna menoleh ke arah Jarvis, menurut Hanna tidak semua hal di dalam hidup Jarvis harus Jarvis relakan hanya demi dirinya.

"Aku akan tinggalkan rumah ini, aku akan memulai kehidupanku yang baru bersama Hanna, kalian juga jangan cari aku, silakan putuskan hubungan bila memang perlu," ujar Jarvis tanpa keraguan, salahkah dia? Sudah jelas bahwa kedua orang tuanya memutuskan membuangnya, jadi Jarvis akan membuang dirinya sendiri, dia akan melepaskan diri dari kedua orang tuanya, semudah itu.

Genggaman tangan Jarvis di tangan Hanna semakin kencang, entah akan bagaimana Jarvis memulai rumah tangganya setelah ini, tapi semoga saja dia dan Hanna bisa belajar menjadi manusia yang lebih kuat, yang lebih tahan banting dan yang pasti bisa hidup di atas kaki mereka sendiri tanpa harus bergantung dengan siapa pun.

"Sore ini silakan kosongkan rumah ini." Dengan kata lain Jarvis sudah diusir dan harus pergi sekarang juga.

***

"Nggak seharusnya kamu ngelakuin semua ini buat aku kak!" kata Hanna, Jarvis diusir dari kediamannya selama ini hanya karena seorang wanita penyakitan, hamil di luar nikah, hidupnya berantakan sepertinya. Menurut Hanna benar-benar tidak worth it.

Hanna kira setelah menuruti mau Jarvis dengan menikah mungkin hidup mereka hanya harus melawan restu, tapi ternyata kehidupan tidak pernah benar-benar sesederhana itu.

"Udahlah Han, udah terjadi, kita harus mulai kehidupan kita berdua," ujar Jarvis, sebenarnya dia juga bukan manusia yang sekuat itu, tapi karena tidak punya pilihan, dia bisa apa? Jarvis merasa bahwa ya dia hanya harus berusaha menjalani semuanya dengan baik.

Dia harus menjaga Hanna dan harus bisa membuktikan pada keluarganya kalau dia bisa, dia bisa bangkit meski sudah dicampakkan.

"Tapi, hidup kamu jadi berat karena aku," ingatkan Hanna, mungkin kalau Jarvis sedikit tega dan membuang Hanna sekarang ini, kehidupan Jarvis akan jauh lebih baik.

"Nggak gitu, kehidupan aku emang udah berat sebelumnya, jadi sekarang hanya harus menghadapi kenyataannya aja. Lagian aku ngerasa selama ini udah terlalu manja, udah saatnya bangkit dan memulai kehidupan yang sebenarnya," jelas Jarvis, sama sekali tidak kelihatan punya beban, Jarvis sangat santai seolah tidak ada masalah yang terjadi diantara mereka berdua.

Hanna sampai tidak tahu harus mengatakan apa lagi, dia panik dan Jarvis dengan santainya membereskan barang-barangnya dan sepertinya tidak keberatan untuk meninggalkan rumah yang sekarang dia tinggali.

"Sekarang kamu istriku, aku paham kalau kamu sakit, aku tau kalau kamu hamil. Jadi, soal bertanggungjawab aku paham tanggungjawabku, kamu siap untuk melangkah bersama?" tanya Jarvis, meski belum tahu akan melakukan apa, tapi Jarvis merasa bahwa sekarang dia harus percaya diri dulu, dia harus tegas sebagai seorang pria.

Dengan membawa istri beserta seluruh tanggungjawabnya, Jarvis yakin kalau dia tidak akan bersantai lagi, dia akan langsung mencoba untuk memulai kehidupannya yang sebenarnya.

Hanna sendiri tentu saja tidak punya pilihan.

"Tinggalin aja aku, aku bakal keluar dari rumah ini, kamu kembali ke keluarga kamu," ujar Hanna.

Jarvis menatap Hanna, dia kemudian mendekat dan memeluk tubuh Hanna.

"Semenjak menjadikan kamu bagian dari hidupku, aku nggak akan pernah menjadi manusia egois yang memikirkan diri aku sendiri Han. Kamu butuh aku, kamu cuma lagi berusaha menjadi munafik atas itu," jelas Jarvis, dia mendekap tubuh Hanna dan berusaha meyakinkan Hanna bahwa boleh kok Hanna bergantung padanya, mempercayakan dirinya sepenuhnya pada Jarvis.

Hanna menelan ludahnya sendiri dengan susah payah, ternyata di dunia ini masih ada pria seperti Jarvis. "Aku sangat berantakan, mungkin tinggal tunggu waktu aja untuk aku meninggal," ujar Hanna, karena Hanna juga tidak bisa memastikan, mungkin dia akan melakukannya lebih cepat? Pulang duluan, sebelum dijemput.

Jarvis semakin mengeratkan pelukannya. "Kalaupun iya, maka mari habiskan sisa waktu yang ada untuk berjuang bersama, berikan aku kesempatan untuk menjadi kenangan terbaik di dalam hidup kamu."

Tangis Hanna akhirnya pecah, tidak sanggup mendengar semuanya. Dia tidak merasa pantas mendapatkan semua ini.

"Jika kamu merasa duniamu udah nggak lama, maka mari hidup untuk mencipta kenangan yang baik. Selama ini hidup jamu berat Han, izinkan sedikit aja aku meringankannya, izinkan kebahagiaan masuk ke dalam hidup kamu melalui aku, walaupun mungkin hanya sejenak."

***

Lama banget ya?

Maaf ya

Semoga masih suka dan masih mau mendukung Hanna dan Jarvis, mereka berdua lagi butuh banget dukungan.

Hidupkan HidupmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang