12. Pengorbanan

155 29 3
                                    

'Penderitaan yang selalu membuatku merasa seharusnya aku tidak dilahirkan.'

Hidupkan Hidupmu

~Thierogiara

***

Meski batinnya sangat amat tersiksa, tapi Hanna tidak punya pilihan lain selain mengikuti permainan Bagas. Karena pada akhirnya Hanna menyerahkan dirinya, maka pria itu beranggapan bahwa Hanna memang mau, dia juga turut serta memanggil teman-temannya kemudian mengatakan bahwa sekarang Hanna sudah kembali ke sisinya, sudah bersedia dengan sendirinya menyerahkan diri. Hanna jijik dengan mereka semua, tapi menurutnya belum selesai segala sakit yang dia terima, mereka semua harus tahu sebaik apa Hanna bisa melakukannya untuk membalaskan dendam.

Jarvis beberapa kali mengatakan bahwa dia akan datang untuk menolong Hanna, tapi Hanna selalu meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja, bahwa dia tahu hidupnya akan baik-baik saja. Hanna terus meyakinkan Jarvis bahwa apa yang dia lakukan belum selesai, dia masih harus menyelesaikan tugasnya, untuk kemudian hidup dengan tenang.

"Sekarang kamu bersedia untuk melayani teman-temanku juga?" Bagas bertanya.

Hanna menatapnya, dia tidak habis pikir dan ternyata sosok yang mamanya nikahi dan percayai ini sama sekali tidak punya hati nurani. Hanna kemudian menganggukkan kepalanya, karena teman-teman Bagas juga merupakan mereka yang harus binasa, mereka yang harus menerima hukuman bahkan sejak mereka di dunia.

"Walaupun kamu tidak dibayar?" Bagas bertanya, soalnya siapa sih yang mau menyerahkan dirinya secara cuma-cuma?

"Kenapa harus dibayar? aku bukan pekerja sex." Hanna masih memasang wajah datar di wajahnya, kenapa juga mereka harus bernegosiasi? Sejak awal Bagas sudah melakukan pemerkosaan atas dirinya, lantas kenapa sekarang begini?

"Kenapa tiba-tiba kamu begini?" Bagas bertanya, pada akhirnya dia menaruh curiga, pada akhirnya dia heran sendiri, bagaimana mungkin? Seseorang yang sejak dulu selalu menangis ketika dia melakukannya, hari ini mulai menerima semuanya? Menurutnya masih agak kurang masuk akal.

"Memangnya kalian suka aku menolak?" Hanna bertanya balik. Dia mengeluarkan rokok dari bungkus rokok yang ada di atas meja kemudian menyulutnya, iya dia merokok. Kehidupan beratnya tentu saja akan selalu membuatnya berdiri menjadi sosok yang bukan dirinya. Bagas senang sekali kalau Hanna bergaya begini, dia suka jika Hanna kelihatan seperti jalang, dia juga jadi tidak begitu merasa bersalah.

"Kamu mulai menikmati kenikmatan dunia yang aku kenalkan ke kamu?" tanya Bagas, dia memperkenalkan berbagai gaya dengan Hanna dan merasa bebas dengan semua itu.

Hanna menyesap rokoknya kemudian terkekeh. "Aku mencari banyak laki-laki di luar sana, tapi kamu tetap menjadi sosok yang paling bisa membuat aku puas." Padahal Hanna pergi karena ketakutan, tapi dia akan terus memprovokasi Bagas karena memang tujuannya adalah membuat Bagas terjebak, tentu Hanna tidak ingin binasa sendirian.

Bagas tertawa, tawanan menggelegar, sarat akan kebanggaan terhadap dirinya sendiri, dia bangga karena Hanna mengatakan semua sesuai dengan apa yang dia mau.

"Yes Babe! Kamu tau di mana tempat kamu kembali. Di sini." Itu menjijikkan sih, tapi Bagas menunjuk selangkangannya.

Hanna tersenyum, segala rencananya belum selesai sampai di sini. "Iya, aku suka itu."

"Kita akan melakukan perjalanan seperti sebuah bulan madu, mau gila rasanya sama tubuh kamu."

Hanna menganggukkan kepalanya, ide yang bagus, dia akan menyerahkan dirinya habis-habisan pada Bagas dan pada orang-orang yang akan Bagas bawa, Hanna siap untuk binasa bersama. Hubungan menjijikkan ini harus berakhir paling tidak di balik jeruji besi, sudah banyak bukti yang Hanna pegang dan saatnya mengumpulkan lebih banyak lagi. Hanna lebih baik mengorbankan dirinya di tangan manusia-manusia bajingan ini, ketimbang ada korban lain lagi.

Hidupkan HidupmuWhere stories live. Discover now