22. Untuk Hidup Sama Kamu

81 24 8
                                    

'Cukup dengan kamu dan semua hal akan terasa baik-baik saja.'

Hidupkan Hidupmu

~Thierogiara

***

Bermodalkan nekat, akhirnya Jarvis membawa Hanna keluar dari rumah yang selama ini mereka tinggali karena memang itu adalah rumah warisan oma yang Jarvis dapatkan setelah omanya meninggal. Karena kedua orang tua Jarvis berniat memutus hubungan dengan Jarvis, maka Jarvis juga harus meninggalkan rumah tersebut. Jarvis tidak tahu sampai kapan kemarahan orang tuanya berlangsung, tapi semoga saja Hanna selalu punya hati yang luas untuk bisa memaafkan orang tua Jarvis.

Sebenarnya tidak ada kewajiban juga untuk Hanna memaafkan kedua orang tua Jarvis, tapi untuk hidup bersama Jarvis, apalagi hidup untuk selamanya bersama, maka Hanna harus bisa melakukan itu.

Mereka pindah ke sebuah kosan kecil, alasan Jarvis memilih kos-kosan karena memang tidak ada pilihan, memilih rumah kontrakan, mereka sama sekali tidak punya barang, hanya ada baju saja.

"Maafin aku," ucap Jarvis akhirnya, sebelumnya Hanna yang selalu meminta maaf karena merasa bahwa kehidupan Jarvis jadi berat karena dirinya, tapi kali ini Jarvis yang meminta maaf karena merasa bersalah sudah membawa Hanna ke situasi sekarang ini.

Hanna sedang melipati baju, untuk kemudian dia masukkan ke dalam lemari yang sudah ada di kos.

"Kamu nggak salah apa-apa," kata Hanna, pria mana yang bersedia berantakan bersama kalau bukan Jarvis? Seharusnya memang apa yang Hanna miliki adalah rasa syukur karena Jarvis mau menerima Hanna di dalam hidupnya.

"Tetap aja, aku adalah suami kamu, tapi hanya kehidupan seperti ini yang bisa aku kasih buat kamu," jelas Jarvis, tentu ada rasa bersalah di dalam hatinya, tentu ada perasaan yang tidak bisa dia jelaskan sebagai seorang pria.

Hanna menghela napasnya. "Setelah semua hal yang kita lewati, kayaknya nggak pantas kalau aku menuntut kehidupan yang layak, sementara aku tau kalau semua ini memang nggak akan mudah," jelas Hanna.

Mungkin pernikahan mereka akan menjadi pernikahan problematik yang pernah ada. Karena selain akhirnya mereka kesusahan dalam ekonomi, Hanna sendiri tidak tahu, adakah cinta untuk Jarvis di hatinya? Atau sebenarnya karena Jarvis mau menerimanya, maka Hanna juga bersedia? Entahlah.

"Kamu menikahi gadis yang sangat berantakan Kak, jadi wajar kalau semuanya menjadi nggak terkendali begini," jelas Hanna, dia akan selalu sadar diri, karena bahkan hal-hal berantakan yang Jarvis dapatkan di dalam hidup Jarvis ya karena dia berurusan dengan Hanna.

Jarvis kemudian mendekat dan memeluk tubuh Hanna. Jarvis juga sebenarnya masih belum bisa membaca perasaannya sendiri, entah ini masih sesuatu yang membuatnya merasa kasihan, entah juga ini cinta, benar-benar sangat tidak mengerti perasaannya sendiri.

Hanna memutuskan untuk tidak menolak saat Jarvis memeluknya, karena mungkin satu-satunya cara menghibur diri adalah saling memeluk antara satu sama lain, saling berusaha untuk menguatkan diri masing-masing. Jarvis manusia, Hanna juga manusia, mereka butuh untuk saling menenangkan, setidaknya saat ini.

"Kamu terlalu gegabah kayaknya Kak, nggak akan pernah ada sesuatu yang bisa kamu dapatkan dari aku, bahkan tubuhku," jelas Hanna, di dalam dirinya ada virus menular, tidak mungkin Hanna tega menularkannya pada Jarvis.

"Bahkan mungkin aku adalah istri yang nggak akan pernah bisa kamu sentuh," kata Hanna, lebih baik dikatakan semua yang pahit-pahit sekarang, daripada mereka sudah mencicipi manis dan malah harus menghadapi yang pahit lagi nantinya.

Jarvis kemudian menyerukkan wajahnya ke leher Hanna, mencium aroma tubuh istrinya itu.

"Bahkan, leher itu juga sebelumnya digerayangi orang lain," ingatkan Hanna, dia akan selalu mengingatkan Jarvis bahwa dirinya seberantakan itu, semurah itu.

"Diem Han!" kata Jarvis.

Hanna benar-benar diam.

"Aku nggak mau dengar apa pun, kamu istriku, itu cukup." Karena Jarvis tidak mau melukai dirinya sendiri dengan pikiran-pikiran buruk saat dia hidup bersama Hanna, dia mau semuanya berjalan baik walaupun mungkin beberapa hal harus diisi dengan kebohongan, tidak masalah jika itu adalah harapan semu, yang penting mereka merasa baik-baik saja untuk sejenak.

***

Jarvis berpikir keras, apa yang bisa dia lakukan untuk menafkahi Hanna, karena obat Hanna memang gratis, tapi hidup dengan seseorang yang membawa penyakit di tubuhnya, ditambah sedang hamil seperti sekarang ini, pasti akan ada biaya yang tidak terduga nantinya dan Jarvis sebagai kepala keluarga harus memikirkan itu.

Sebelumnya karena sudah ada rumah dan setidaknya motor, Jarvis jadi percaya diri kalau dia bisa menghidupi Hanna.

Mereka sedang makan mie instan sekarang ini, mie instan yang terasa enak sekali karena dimakan saat mereka berdua sudah benar-benar lapar.

"Atau kita jual rumah ibuku?" tanya Hanna, sebenarnya dia masih punya rumah, hanya saja memang Hanna tidak mau tinggal di sana karena ada banyak kenangan menyakitkan di sana.

Jarvis menatap sang istri.

"Kita udah menikah, hidupku bukan hanya hidupku, tapi merupakan bagian dari hidupmu. Aku cuma punya rumah itu sebagai harta benda, entah kenapa feelingku mengatakan kalau hidupku juga udah nggak lama lagi, jadi kayaknya nggak masalah," jelas Hanna.

Apa Hanna mengira yang Jarvis inginkan adalah mendengar kalimat menyerah dari mulut Hanna? Hanna salah besar kalau sampai berpikiran begitu, karena Jarvis sama sekali tidak pernah berpikiran bahwa dia menikahi Hanna untuk kemudian mempersiapkan Liang Lahat untuk Hanna.

"Nggak, itu punya kamu dan aku masih mau hidup lebih lama sama kamu, aku akan cari cara lain," kata Jarvis, dia adalah seorang pria, Jarvis akan usaha dulu, urusan berhasil atau tidak, maka itu adalah urusan Tuhan.

Hanna menghela napasnya, apa Jarvis mau terus-terusan membuat Hanna merasa bersalah?

"Tapi kita hidup berdua Kak, kamu butuh modal kan?" tanya Hanna.

"Itu rumah kamu, hak kamu, sementara kamu adalah tanggungjawab aku, nggak mungkin aku bertanggungjawab atas kamu dengan apa yang memang punya kamu," jelas Jarvis. Mungkin memang untuk sekarang Jarvis belum mau, dia akan usahakan dengan tangannya dulu, kalau tidak bisa, baru mungkin akan ambil bantuan dari Hanna.

Hanna akhirnya diam.

"Kamu nikahin aku sama sekali nggak dapet apa-apa, kecuali berantakannya hidup aku," jelas Hanna.

"Aku menikahi kamu memang bukan untuk dapat sesuatu, tapi untuk hidup sama kamu."

***

Haiiii rajin kan akoooh wkwkwkw

Doain rajin terus ya, biar update terus perkembangan hubungan dua sejoli yang saling menguatkan ini.

Jangan lupa vote & comment!

Hidupkan HidupmuWhere stories live. Discover now