17. Transmigrasi Elyana-After Married

184 31 205
                                    

"Sampai kapan kamu pengen melihat ku terluka? Dimana kata setia yang pernah kamu lontarkan untuk ku? Bahkan diriku hanya melangkah sendiri membawa zuriat yang dititipkan Tuhan untuk keluarga kecil kita. Ternyata, janji tinggallah janji bahwa engkau lebih memilih pergi bersamanya." Alya

***

"Alya, Sayang?" Kata Deo sambil mengecup kepala Alya sambil memejamkan matanya, tak terasa bahwa air matanya ikut menetes keluar dari kelopak matanya.

"Mas udah ga marah Alya?"

"Mas udah terima baby kita, dia baby kita loh mas." Kata Alya yang langsung memeluk suaminya dengan erat sambil menangis.

"Sayangnya Deo kuat banget ya, tetap kuat sayang." Pesan Deo sambil menepuk nelan kepala Alya lalu mengelusnya dengan lembut.

"Jika ini mimpi. Alya mohon jangan bangunin Alya dari mimpi indah bersama mas. Alya kangen banget sama mas. Begitu juga baby, baby kangen ayahnya yang lembut seperti dulu." Kata Alya lagi sesekali mengelap air matanya yang mengalir ke pipi.

"Sayang sabar ya, sebentar lagi semuanya bakal seperti dulu, Mas cinta Alya dan baby kita. Ga pernah sekalipun mas melakukan semua ini tapi ini adalah jalan terbaiknya. Sayang. Maafin mas, sudah melakukan rencana bodoh dan menyakiti kamu sejauh ini." Kata Deo sambil menatap kedua mata indah milik sang istrinya.

"Mas izin pergi ya, jagain baby kita. Alya harus kuat, biar kita seperti dulu lagi. I love you so much Alya."

"Ga! Jangan tinggalin Alya lagi hiks Alya mohon mas-" Ribut Alya memeluk Deo agar tidak lepas dari genggamannya

Kedua kelopak mata milik gadis itu langsung saja terbuka dengan cepatnya, begitu juga air matanya yang deras keluar dari kelopak mata indah tersebut.

“Tuhan, bolehkah Alya untuk tetap tidur? Alangkah indahnya jika mimpi yang alami menjadi nyata. Mimpi tadi terlalu indah untukku lupakan, dimana disaat rumah kedua ku hadir dan mengucapkan kata cinta untukku dan baby.” Gumam Alya sambil mengelap sisa air matanya yang tadinya mengalir di pipi.

“Baby? Gimana hari ini? Baby harus kuat kayak mama ya, ga boleh lembek kayak jelly.” Tambah Alya sambil mengusap perut buncitnya dengan penuh kasih sayang.

Baru saja Alya ingin berdiri, niatnya ingin ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Namun, niatnya terhenti kala pintu kamarnya itu dibuka oleh seseorang secara kasar.

Brakk..

“Bagus! Lo udah bangun, jadi gue tidak perlu mengeluarkan tenaga untuk bangunin jalang perampas kayak lo.” Kata wanita itu yang tidak lain adalah, Icha.

“Lah? Ga ngaca ya lu? Setahu gue mansionnya suami sah gue banyak kaca. Depan sana juga pake dinding kaca, apa masih ga cukup untuk seorang jalang, babi kayak lu buat ngaca?” Kata Alya membuatkan Icha terdiam sejenak dengan wajahnya yang menahan kesal akan ucapan dari istri pacarnya itu.

“Serah lu aja Jamet! Gue ke sini mahu kasih tugasan buat lu, ber-” Ucapan Icha terpotong dengan ucapan Alya lagi.

“Wewe gombel sok bilang gue Jamet? Mak Lampir kali kau!” Kata Alya sambil berdoa ke Tuhan agar sifat anaknya tidak seperti jalang di hadapannya ini.

Plakk..

Dengan kasarnya dan akibat terlalu kesal, Icha maju dan langsung menampar Alya. Kala itu, Alya sungguh tidak bersedia akan tindakan dari Icha. Itu membuatkan Alya hampir terbaring kembali.

Tidak hanya itu, Icha dengan gilanya menaiki kasur milik Alya. Dengan posisinya berdiri, Icha menginjak perut milik Alya dengan sedikit kasar.

“I-Icha!! Lo gila ya?!” Marah Alya sambil mencoba untuk melawan. Namun, dia tidak bisa melakukan banyak hal selain merintih kesakitan dan masih berfikir tentang calon anaknya dan Deo.

(END) Transmigrasi Elyana -After Married Where stories live. Discover now