Bab 21 - Keputusan

471 63 8
                                    

Persidangan akhirnya dimulai. Agenda hari ini adalah pengajuan saksi yang bisa meringankan terdakwa. Rifky menyisir wajah-wajah yang duduk di barisan pengunjung. Tak jua didapati wajah yang dicari. Lantas menunduk seraya menarik napas panjang.

Ada beberapa orang yang bersedia memberi kesaksiannya, termasuk Dimas dan Pak Kamil, juga rekan Papa Tia di kantor. Bukti-bukti telah disiapkan juga, termasuk rekaman CCTV, untuk membuktikan bahwa Rifky memang tidak ada saat penandatanganan kontrak.

Satu persatu saksi dipanggil untuk memberikan keterangan secara bergantian. Rifky terkejut saat Dimas melangkah pelan memasuki ruang sidang. Mata mereka bertemu sesaat, Dimas memberi senyum tipis untuk Rifky. Kesaksian Dimas sangat mengejutkan, Rifky tak pernah menyangka jika Ferdi telah merencanakan semua dari awal untuk menjebaknya. Dimas menjelaskan pula bahwa Rendi-lah yang mengaku sebagai Rifky dan memalsukan tanda tangannya. Ferdi pulalah yang menerima uang tersebut dan menghilang hingga kini.

Tiba giliran Rifky untuk diperiksa. Ia pun beranjak menuju kursi pemeriksaan. Setelah menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan, ia meminta izin untuk menjelaskan asal mula permusuhan Ferdi padanya, yaitu sejak ia melapor pada Pak Ali tentang penyalahgunaan uang perusahaan yang dilakukannya bersama Ferdi.

Kala itu ia termakan bujukan Ferdi, terlebih kondisi sang ibu yang sangat membutuhkan pengobatan. Ia bersyukur Allah masih mengingatkannya bahwa itu adalah dosa besar. Lebih bersyukur lagi, ternyata Pak Ali mau memaafkan dan mengizinkan Rifky mengganti uang tersebut dengan cara dicicil setiap bulan. Sementara Ferdi di rumahkan tanpa pesangon sepeser pun.

Setelah semua saksi memberi persaksiannya, persidangan ditunda selama satu jam. Hingga kemudian amar putusan Hakim Ketua pun dibacakan. Semua yang hadir menanti dengan wajah tegang.

"Setelah mendengar keterangan dari para saksi, serta melihat bukti-bukti yang ada, maka dengan ini pengadilan memutuskan bahwa saudara Rifky Pramudya terbebas dari segala tuntutan hukum. Dengan ini sidang dinyatakan resmi ditutup." Hakim Ketua lalu mengetukkan palu sebanyak tiga kali. Pertanda sidang sudah selesai dilaksanakan.

Terdengar ucap hamdalah memenuhi ruangan menyambut putusan tersebut. Risa dan Ibu Lastri setengah berlari menghampiri Rifky, memeluk bergantian sambil mengucap hamdalah berulang kali. Rifky pun memeluk Pak Ali yang sudah berada di dekatnya juga.

Dari ujung matanya Rifky melihat Dimas yang tengah berjalan ke arahnya. Lantas dipeluknya seraya mengucap terima kasih karena bersedia membantu. Dimas menjelaskan bahwa Tia-lah yang sudah membuatnya berubah pikiran, karena ia sendiri sudah tak mau lagi berurusan dengan Ferdi. Mendengar nama Tia disebut, refleks Rifky menoleh pada keluarga gadis itu. Ternyata mereka sudah bersiap-siap pergi.

"Bapak sama ibu mau ke mana? Saya belum berterima kasih," seru Rifky setelah berhasil mengejar orang tua Tia sampai ke luar gedung.

"Mau cari Tia, Nak," jawab Papa Tia.

"Maksudnya gimana, Pak? Tia ke mana?"

"Tia menghilang. Padahal tadi pagi kami ke sini sama-sama," jawab Mama tak sabar.

"Menghilang? Dari kapan? Sudah coba dihubungi?" Kening Rifky berkerut mendengar berita mengejutkan tersebut.

"Tadi pagi kami masih jalan bareng dari parkiran, terus dia izin ke toilet, tapi nggak balik-balik. Akhirnya disusulin sama Tian, tapi udah nggak ada di manapun. Sudah dicari tapi tetap aja nggak kelihatan. Cuma sapu tangannya aja yang ditemukan nggak jauh dari toilet."

"Ky ... Rifky!" Dimas tergesa menghampiri dengan napas tersengal. Memberikan ponselnya pada Rifky. "Lihat!"

Rifky menerima ponsel tersebut. Matanya terbelalak melihat apa yang dimaksud Dimas. Tangannya seketika bergetar. Melihat gadis yang telah banyak membantu itu berada di sebuah mobil dengan tangan terikat. Kepalanya rebah ke sandaran kursi dengan mata terpejam, seolah tengah tak sadarkan diri.

[TERBIT] Secret Admirer Where stories live. Discover now