Follow wattpad aku karna beberapa part akan aku private 😘
Happy reading ❤️
32|| HARI PENUH MAKNA
Hari Minggu adalah hari yang sangat di nantikan oleh semua orang, terutama Clarysa. Biasanya pagi-pagi di hari Minggu seperti ini Clarysa masih berbalut dengan selimutnya menikmati alam mimpi. Tapi kali ini Clarysa tampak sudah bangun, bahkan ia tengah membongkar isi lemarinya.
Semalam Gerald menelpon Clarysa. Lelaki itu mengajak Clarysa menyusuri ibu kota. Jangan tanya bagaimana tanggapan Clarysa, sudah pasti ia mau. Tak ada alasan baginya untuk menolak.
Setelah berhasil membongkar semua isi lemari pakaiannya, mata Clarysa terpaku pada dress biru selutut yang tergantung di lemari itu. Dress itu terlihat lucu, dan Clarysa menyukainya.
Clarysa sudah mengumpulkan niat hampir satu setengah jam untuk mandi dan mengganti pakaiannya. Masa iya sih mau ngedate bareng pacar tapi gak mandi. Gak iya banget dong. Oh iya, Clarysa mau tanya sama kalian. Kalian tim mana nih?! Tim mandi atau tim cuci muka doang?
Saat Clarysa tengah merapikan rambutnya, suara notifikasi pesan terdengar dari ponselnya. Ia menoleh ke arah nakas yang berada di samping ranjangnya, dengan buru-buru ia meraih ponselnya serta membaca pesan itu.
Gerald ❤️❄️
Aku udah di bawah, lagi ngobrol sama Bunda. Kamu gak usah buru-buru.Clarysa kembali duduk di depan meja riasnya. Setelah yakin dengan penampilannya ia pun mengambil tas selempang berukuran kecil berwarna hitam untuk ia kenakan. Saat sudah melangkah menuju pintu kamarnya, gadis itu tersadar akan satu hal. Buru-buru ia kembali ke meja riasnya.
Gadis itu meraih botol parfumnya, menyemprotkan sekitar dua kali ke arah denyut nadinya, serta mengusapkannya ke bagian leher, lalu menyemprotkan beberapa kali ke sekujur tubuhnya. Setelahnya gadis itu mencium pergelangan tangannya yang sudah di semprotkan oleh parfum, aroma khas oriental flower tertangkap oleh Indra penciumannya.
Clarysa melangkahkan kakinya menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. Di ruang tamu, Bunda dan Gerald hanya bisa menatap heran ke arah gadis itu.
"Pelan-pelan Cha, nanti jatuh!" Tegur Bunda, Clarysa terkekeh menampilkan deretan gigi putihnya. "Maaf Bunda!"
Bunda menoleh ke arah Gerald. "Gerald, mau langsung jalan sekarang?"
"Langsung dong Bun, nanti keburu macet kalau kelamaan!" Jawab Clarysa. Yang ditanya siapa yang jawab siapa, dasar Clarysa!
"Bunda nanya Gerald padahal!"
Clarysa menyengir kuda. "Clarysa bantu jawab Bunda!"
"Ya udah, kalau mau jalan sekarang kalian berdua hati-hati!"
Gerald meraih tangan Bunda Clarysa. "Kita pamit dulu ya Tante, Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam!" Jawab bunda Clarysa. "Gerald, Tante titip Clarysa ya! tolong jagain. Anaknya pecicilan soalnya!"
Clarysa menyengir kuda. "Ih, apaan sih Bunda?"
Gerald terkekeh pelan. "Iya Tante. Kita jalan dulu ya Tante."
<<<•>>>
Clarysa tampak menikmati ice krim rasa vanilla yang ada di mejanya. Gadis itu duduk sendiri di meja itu, pasalnya tadi Gerald sempat meminta izin untuk mengangkat telepon di luar, kalau kata Gerald sih telepon itu dari mamanya.
Sambil menunggu Gerald datang, Clarysa mainkan ponselnya untuk membunuh rasa bosan, tak lupa gadis itu juga menyuapkan ice krim itu ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERALD (On Going)
Teen Fiction"Gerald itu ibaratkan air, dan gue ikannya. Ikan gak bakal bisa hidup tanpa air, sama halnya kaya gue. Gue gak bisa hidup tanpa Gerald!" Inilah kisah Gerald Dhiafakhri. Siswa teladan yang memiliki segudang prestasi di SMA Gundala. Gerald lebih serin...