Afraid.

39.4K 3.4K 397
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.

Setelah puas menonton kartun Sinchan, Mark dan Haechan pindah ke kamar untuk tidur. Awal nya tidak ada yang perlu dikhawatirkan, mereka berdua tidur dengan nyenyak sembari memeluk satu sama lain.

Tapi saat cahaya matahari sudah masuk melalui celah gorden di kamar kedua manusia itu, Haechan mulai merasa perut nya seperti di aduk-aduk. Memang masih bisa di tahan, tapi lama kelamaan rasa mual itu menyalur hingga kepala nya terasa pusing.

Si manis mengabaikan sakit di anal nya dan buru-buru berlari ke kamar mandi. Ia terduduk di didepan kloset dan langsung memuntahkan apa yang mengganggu perut.

"Huuekk.. huuekk" tapi aneh nya hanya cairan putih yang keluar tanpa ada sisa makanan apapun.

"Huuekk ughhh.."

Mark yang mendengar suara Haechan dari arah kamar mandi langsung menyusul. Kekhawatiran nya memuncak saat melihat sang istri sedang terduduk sembari memuntahkan isi perutnya.

"Echan kenapa?"

"Ngga tau, mual"

Sang suami memijit tengkuk istri nya bermaksud membantu. Ia sungguh tidak tega melihat wajah pucat Haechan yang terus memuntahkan cairan.

Apa istri nya ada salah makan? tapi seharusnya jika Haechan keracunan, Mark akan ikut keracunan. Karena apapun yang si manis makan si dominan juga pasti memakan nya.

"Ughh kepala Echan pusing bang- huuekk.."

"Kerumah sakit ya?"

"No no.. ngga usah Melk"

Setelah Haechan merasa perut nya sedikit lebih enakan, ia dibantu Mark menuju ranjang. Si manis langsung duduk menyandar di kepala kasur dengan bantal yang sudah disusun oleh sang suami.

"Sebentar aku bikinin teh anget"

Namun saat si dominan sudah mulai beranjak membuka pintu ponsel nya di atas nakas tiba-tiba berdering. Mark tentu saja mengabaikan panggilan suara itu karena Haechan lebih penting sekarang.

Dapur menjadi berantakan karena ulah heboh si dominan mencari gula yang ternyata ada tepat di depan mata nya. Tanpa pikir panjang ia langsung memasukkan beberapa sendok gula ke cangkir teh dan berlari menuju kamar lagi.

"Nih diminum pelan-pelan"

Haechan segera meminum teh hangat itu tanpa menaruh curiga pada Mark. Tapi setelah lidah nya merasakan teh buatan sang suami, kening nya mulai berkerut dalam.

"Kenapa? salah ya? padahal tadi udah ku pastiin loh kalo itu air anget, teh, sama gula"

"Ngga salah, tapi Melk masukin gula berapa sendok buat cangkir semungil ini?"

"Lima hehe"

"Ck pantes manis banget ihh"

"Maaf ya, bentar ku bikinin yang baru dulu"

"Nanti aja, itu hape nya Melk dari tadi bunyi takut nya telpon penting"

"Kenapa ngga kamu aja yang angkat?"

"Takut ganggu privasi nya Melk"

Si dominan tersenyum sembari merapikan surai madu istri nya, "Lain kali kalo ada telpon dari siapapun itu angkat aja, kalo dia tanya Echan siapa ya tinggal jawab Echan istri nya Mark Jung, okee??"

"Biar pelan-pelan orang juga tau kamu punya Melk"

Haechan mengangguk sembari memperhatikan Mark yang baru saja mengangkat telpon. Raut wajah suami nya menjadi sangat serius saat mengobrol dengan orang di sebrang sana. Mark juga terus mengatakan 'tidak bisa' 'di tunda dulu' 'diundur saja' dan lain sebagainya.

MOMMY CHAN!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang