Go

23.2K 2.4K 731
                                    

.

.

.

.

.

.

.

.

Haechan sedang termenung sendiri di balkon kamar.

Ia elus perut buncit nya dan langsung di balas tendangan kuat dari bayi dalam kandungan. Haechan meringis kecil karena sedikit kesakitan, tapi ia juga senang saat calon anak nya menendang kuat seperti itu.

Lama.

Si manis terdiam di balkon dengan tatapan kosong mengarah ke langit.

Seburuk itukah diri nya hingga mereka bilang ia tidak pantas untuk Mark Jung?

Mark benar-benar tulus mencintai nya kan?

Atau mungkin Mark terpaksa menikah hanya karena kasihan?

Lalu apakah nanti ia akan di buang, lagi?

Kepala Haechan berdenyut saat terus-menerus memikirkan semua kemungkinan-kemungkinan itu. Ia menggeleng pelan lalu menepuk pipi beberapa kali agar tersadar dari lamunan nya yang sangat tidak berguna.

"Eh?!" si manis memekik kaget saat merasakan ada dua tangan kekar melingkar posesif di pinggang nya.

"Kok disini? emang nggak dingin?"

"M-Melk ishh kaget" yang lebih muda mencubit pelan punggung tangan Mark hingga si empunya meringis.

"Mikirin apa babe?"

"E-enggak ada, Echan ngga mikirin apa-apa, Lele udah Melk bawa ke kamar?" pertanyaan nya hanya dijawab anggukan singkat.

Mark terdiam sejenak menghirup nafas dalam di ceruk leher Haechan dan mengecup permukaan kulit itu beberapa kali. Lalu ia sedikit menjauh, memutar tubuh istri nya agar bisa melihat wajah si manis yang sedang menunduk memainkan jari-jemari di atas perut.

"Waktu itu siapa yang bilang kalo ada masalah harus saling cerita? kamu babe. Tapi sekarang kamu nya yang malah nyembunyiin masalah dan ngga mau cerita.."

"Aku tau dari tadi kamu emang ketawa terus, tapi mata kamu ngga akan pernah bisa bohong. Lagi mikirin apa hm? cerita jangan dipendem sendiri, ngga baik buat kamu sama adek"

Haechan menggeleng lemah sembari masih menunduk. Membuat Mark perlahan maju menghimpit si manis di antara pagar balkon dan tubuh nya.

Di cium singkat kepala bersurai madu itu, ia arahkan tangan Haechan agar mengalung indah di leher. Lalu tanpa aba-aba mengangkat tubuh mungil tersebut dan mendudukkan nya di pagar balkon yang untung lebar.

"Melkk takut jatuh" ucap si manis sambil mengeratkan pelukan di leher.

"Tatap mata ku, ayo cerita" Mark mengelus pinggang Haechan sambil menatap mata bulat di hadapan nya.

Si manis masih menunduk diam, Mark paham sekali sang istri sedang mengumpulkan keberanian saat ini. Maka dari itu si dominan mulai mengecup bibir berbentuk love di hadapan nya berkali-kali agar Haechan merasa aman.

"Melk, Echan mau tanya boleh?" ujar si manis sembari mencengkeram pundak suami nya.

"Sure, tell me all the things that bother you"

"Eumm.. Melk malu ya punya istri kayak Echan?" sungguh Haechan tidak berani menatap sang suami saat pertanyaan itu akhir nya keluar dari belah bibir nya.

Mark terdiam sesaat setelah mendengar ucapan si manis.

"Kenapa tanya hal yang ngga perlu sayang?"

"Nggak papa hehe, Echan ngerasa nggak pantes buat Melk" kepala bersurai madu itu semakin tertunduk dalam. Entahlah kenapa juga tiba-tiba dirinya memikirkan hal bodoh itu sepanjang hari. Padahal dokter sudah bilang tidak boleh kebanyakan pikiran beberapa bulan lalu.

MOMMY CHAN!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang