Chapter 20

16 7 6
                                    

Chapter 20

20 Juli 2022

Tak ada perasaan yang lebih membahagiakan dari melihat kedua orang tuanya sudah tak lagi bekerja dan sibuk mengisi keseharian dengan banyak kegiatan yang mereka gemari. Mama lebih suka berdiam di kamar sembari merajut, sesekali berjalan-jalan di sekitar komplek perumahan, menikmati pemandangan ditemani suaminya, atau mengoleksi tanaman-tanaman cantik seperti anggrek dan bonsai. Ia sendiri yang menyirami tanaman itu di halaman depan rumah. Sedangkan Papa telah lama berhenti dari pekerjaannya dan kini menemani Mama setiap pagi memasak menu baru, lalu duduk di beranda rumah dengan teh atau kopi sambil membaca koran pagi, berolahraga, bersepeda, atau mengajak teman-teman lamanya berkumpul di rumah dan saling bernostalgia.

Mereka tak lagi dibebankan pada tugas mencari nafkah karena kini, dirinya dan Azka yang akan bekerja dan mencukupi segala kebutuhan mereka. Namun, sebaik-baiknya orang tua, Papa dan Mama dengan tegas menolak jika Azka dan Shena memberikan separuh gajinya untuk mereka. Karena sebenarnya, Papa masih mendapat uang pensiun dan Mama kini mendapat penghasilan kecil dari menjual kue-kue buatannya sendiri kala mengisi hari-hari yang kosong. Kedua orang tuanya masih punya cukup tabungan untuk masa tua dan mereka tak ingin membebankan putra dan putrinya akan masalah itu.

Shena tertawa ketika Papa marah hanya karena Azka membelikannya mobil keluaran baru itu dengan uangnya sendiri. Katanya, "Papa sudah tua, lima tahun lagi, mobil itu sudah takkan ada gunanya di garasi rumah. Bawa pulang mobilnya ke apartemen kamu sendiri, atau Papa bakal jual seratus juta ke temen Papa."

Dengan bercanda, Azka menanggapi ocehan Papanya. "Dih, mobilnya cuma aku pinjemin kok, bukan buat Papa." Dan jawaban itu memperoleh sebuah cubitan dari Papa. "ASTAGA BERCANDA!" Azka berlarian mengelilingi sofa demi menghindari cubitan maut lain dari pria yang ia sayangi betul-betul.

Suasana rumahnya sangat hangat. Sesekali, Shena akan mampir dan menginap jika tidak ada pekerjaan yang mengharuskannya lembur. Ia dan Azka sudah tidak tinggal di rumah lama. Azka menyewa sebuah lantai di apartemen mewah yang ia tinggali dengan istrinya, Wulan, yang mana adalah teman semasa SD Shena. Gadis itu juga tidak menyangka pernikahan mereka benar-benar terjadi dan kini, Wulan adalah kakak iparnya. Lalu dirinya sendiri memilih sebuah apartemen yang tak begitu luas di pusat Kota Jakarta yang lebih dekat dengan kantor tempat ia bekerja.

Semuanya terasa sangat sempurna.

Tapi tak ada hal yang benar-benar sempurna di dunia.

Masalahnya dan Angga adalah hal yang membuat dirinya seperti kehilangan semangat menjalani hidup. Erlangga Nicholas Saputra kembali mengingkari janjinya, tak hanya ingkar, Angga juga tega membohonginya, merahasiakan banyak hal darinya, melanggar kesepakatan bahwa ia takkan menyentuh alkohol lagi, dan banyak hal yang membuat Shena ingin menangis malam itu. Ia tak kuasa menahan semua rasa dalam dada yang membuncah kala Tante Sofia memeluknya erat.

Suatu malam, ia mendapati pesan dari Tante Sofia. Mama Angga.

"Shena, tante kangen, kapan bisa mampir?" adalah isi pesannya yang Shena terima beberapa hari setelah kelulusannya. Diam-diam, Shena mencari keberadaan wanita yang menghilang tepat di mana Angga memutuskan semua hubungan keluarga. Tante Sofia kini tinggal di rumah Ibu tirinya yang sudah lama tidak di urus. Masih di Jakarta, namun Angga tampaknya tak pernah tahu keberadaan rumah itu. Shena mendatangi alamat lengkapnya pada suatu waktu di sela-sela kesibukannya mengerjakan skripsi dan merawat Angga. Di sana, Tante Sofia banyak bertanya tentang kehidupan anaknya, dan Shena turut menceritakan kejadian itu sejujur-jujurnya.

Hari ini, sepulangnya ia dari kantor, Shena bergegas mengendarai mobil putihnya menuju rumah kecil yang beberapa bulan ini selalu ia datangi diam-diam. "Halo, Tante," dan wanita itu muncul tepat di balik pintu hitam dan mendekap hangat tubuh Shena sembari menawarkannya minum atau makanan kecil.

I Am PlutoWhere stories live. Discover now