Chapter 3

192 144 304
                                    

Chapter 3

1 Maret 2007

"Cen, udah jangan nangis lagi astaga."

Di sampingnya, Angga dengan hati gundah terus mencoba menenangkan Shena kecil yang tengah menangis tersendu-sendu. Papa belum menjemput keduanya karena ternyata sekolah tiba-tiba memulangkan siswa lebih awal dikarenakan ada rapat mendadak mengenai acara pentas seni yang rencananya akan diadakan akhir tahun.

Wajah memerah anak itu dan bajunya yang kotor membuat Angga semakin meringis kasihan. Apalagi ketika jemari Shena yang berdarah.

Pagi itu sekitar pukul 10, Shena dan Angga sebenarnya masih ada di sekolah bersama dengan teman-teman yang lain yang memang belum pulang ataupun belum dijemput oleh orang tua mereka.

Terik mentari yang terus menerpa badan membuat mereka semakin merasa kehausan. Oleh karenanya, salah satu temannya yang sebut saja Naila mengajak mereka untuk membeli minuman gelas di warung belakang sekolah. Omong-omong, kantin di sekolah mereka sudah tutup sedari pagi.

Tawaran yang diberikan oleh Naila tentu sangat menggiurkan bagi anak-anak itu. Tetapi kendala mereka saat ini adalah tidak ada kendaraan yang bisa mengantarkan mereka pergi ke warung yang sebenarnya letaknya jauh di dalam gang di belakang sekolah. Alhasil mereka berenam kebingunan sembari merenung memikirkan cara.

Saat itu Angga sedang berjongkok di depan Shena sembari mengikatkan tali sepatu Shena yang terlepas. Tiba-tiba ada sebuah suara mendekat.

Kring! Kring!

Tak lama wujud sepeda kayuh milik Putri muncul.

"Ayo naik sepeda aja!"

Mata mereka berbinar.

Shena mengangguk, setuju. "Mau! Tapi aku gak tau cara naik sepeda. Tapi Angga bisa kan? Aku sama kamu ya?"

Baru saja Angga terduduk lelah sehabis mengikatkan tali sepatu Shena, anak itu mendesah. "Tapi capek, kamu berat."

Shena kesal, lalu ia mencubit perut Angga.

Putri, perempuan kecil dengan rambut dikepang dua itu memberi saran yang lain. "Aku punya sepeda, nanti Shena sama aku aja. Riky sama Angga, terus Naila sama Wulan."

Akhirnya rencana anak-anak kelas 2 SD ini terlaksana. Naila mengajak teman-temannya untuk meminjam sepeda pada salah satu siswa yang belum pulang, melainkan bermain bola di lapangan sekolah. Proses peminjaman itu tidak memerlukan waktu yang lama. Akhirnya mereka berhasil mendapatkan kendaraan untuk pergi ke warung belakang.

Pada awalnya, Angga sangat malas. Dia terlalu lelah jika harus mengayuh sepeda dan pergi bolak-balik. Terlebih lagi, Mamanya berpesan jika sudah pulang sekolah dia tidak boleh pergi keluyuran. Angga percaya ada monster yang akan menggigit mereka jika masih berani bermain jauh-jauh sepulang sekolah.

"Cena, mending pulang aja, nanti digigit monster," kata Angga mencoba membujuk sahabatnya itu. Namun, mau dikata apa, Shena sudah sangat menyetujui ide membeli minuman ini sembari naik sepeda.

Dengan tegas, anak perempuan itu menggeleng, "Ih, harus ikut Angga! Pasti asyik deh ayo cepet."

Mereka akhirnya menaiki sepeda. Putri, Riky, dan Naila yang mengayuh sepeda sedangkan Shena, Angga, dan Wulan hanya duduk manis di bonceng oleh temannya.

Pada mulanya, semua berjalan dengan lancar. Mereka sampai di warung belakang sekolah sekitar 10 menit perjalanan. Angga membayarkan minum yang Shena ambil, juga membantunya membeli ciki. Tak lama, Shena meminta es krim rasa strawberry, dengan terpaksa Angga juga memberikannya es krim tersebut. Waktu berjalan sangat cepat, tak disangka-sangka hari sudah semakin siang. Wulan mengatakan bahwa mereka harus kembali ke sekolah karena pasti para orang tua sudah berdatangan untuk menjemput.

I Am PlutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang