Rules Of Love

2.2K 251 107
                                    

"Kembalikan sempakku!"

Felix refleks menyingkir, memberi jalan bagi dua manusia berbatang yang sedang kejar-kejaran dengan salah satunya mengibarkan sebuah kolor berwarna abu-abu. Tetap cuek, Felix kembali menyeret kopernya menuju sebuah kamar yang bertuliskan angka 0325.

Felix pindah ke asrama kampus setelah ia diusir oleh mamanya. Katanya ia mengganggu orangtuanya untuk bercocok tanam menumbuhkan kecebong calon adiknya. Felix sebagai anak berbakti pun segera mengemasi barangnya dan pindah ke asrama pada hari yang sama.

"0325," gumam Felix sembari membaca nomor kamar yang terpasang di depan pintu.

"Ah ketemu."

Felix mendekat, mengangkat kunci yang diberikan bapak asrama untuk membuka pintunya. Namun tak jadi, pintu itu sedikit terbuka menandakan teman satu kamarnya ada di dalam.

"Mau apa?"

Felix menoleh kaget, seorang laki-laki berperawakan gagah berdiri dengan ekspresi tak ramah. Pemuda manis itu tersenyum sebagai kesopanan sebelum kemudian menjelaskan maksudnya ada disana.

"Aku baru pindah ke asrama hari ini."

"Oh, masuk."

Dinginnya melebihi freezer di rumah. Felix memperhatikan si laki-laki yang masuk lebih dulu dan ia bisa menarik kesimpulan bahwa laki-laki itu adalah teman sekamarnya.

"Sudah dijelaskan aturan asrama oleh Pak Sam kan?" Tanya si laki-laki ketika Felix masuk.

"Sudah."

"Ada aturan tambahan, tidak boleh berisik di kamar ini. Dilarang merokok meskipun di luar, aromanya tetap tercium. Dilarang pulang ke asrama dalam kondisi mabuk. Harus rajin mengerjakan tugas. Dilarang mengajak orang lain kumpul-kumpul disini, ini kamar asrama bukan pos ronda. Aturan lain kondisional, bisa bertambah seiring berjalannya waktu."

Wow. Kesialan apakah yang menimpa Felix hari ini? Kenapa ia harus sekamar dengan orang kaku ini? Namanya mahasiswa wajar dong untuk senang-senang, kenapa semuanya dilarang? Aturan dari mamanya saja tidak seketat ini.

Meski begitu sebagai penghuni baru Felix tau diri. Meski hati menjerit ingin minta keringanan namun kepalanya mengangguk mengiyakan tanpa diminta. Bentuk kesopanan, batinnya.

"Seo Changbin, bertugas di jurusan Ilmu Komunikasi," ucap laki-laki itu sambil mengulurkan tangannya.

Felix membalas sebelum kemudian memperkenalkan dirinya.

"Lee Felix, bertugas di jurusan Ilmu Komunikasi juga," ucap Felix meniru ucapan Changbin.

"Bertugas?"

"Iya, bertugas tidur di dalam kelas," ucap Felix dengan bercanda sebelum kemudian membongkar kopernya.

"Kau bertugas sebagai apa?" Tanya Felix, mencoba mengakrabkan diri agar ia tidak kesepian di asrama.

"Mencerdaskan mahasiswa."

Felix menahan tawa. Apa sih? Dia pikir dia dosen? Ah, sekarang Felix punya bayangan jelas. Pasti Changbin seorang mahasiswa teladan yang selalu merasa risih pada mahasiswa lain yang punya kemampuan otak tidak memadai.

"Aku punya beberapa cemilan, kau mau?" Tanya Felix sembari menoleh ke arah Changbin yang masih berdiri di tempat yang sama.

"Tidak, kalau kau mau makan jangan sampai makananmu berjatuhan. Mengundang semut."

Changbin duduk di meja belajar, menyibukkan diri dengan laptopnya meninggalkan Felix yang tersenyum kecut karena kebaikannya baru saja ditolak. Huh, teman sekamarnya tidak asik.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang