Éternité

2.4K 235 49
                                    

Sequel Idée Fixe








Pagi yang mendung membuat udara terasa dingin. Di sebuah rumah sakit seorang dokter muda baru saja selesai melakukan kunjungan pada pasien-pasiennya. Lelaki itu sibuk menyeduh kopi hingga tiba-tiba seseorang datang dan menepuk bahunya.

"Selamat pagi, dokter."

Changbin menoleh dan tersenyum melihat seorang pemuda berdiri di sampingnya.

"Pagi, Felix."

"Sepertinya dokter sudah minum kopi di rumah tadi, bukankah seorang dokter harusnya tau efek terlalu sering meminum kopi bagi penderita asam lambung?" Ucap Felix dengan alis terangkat meminta penjelasan.

"Segelas saja, sayang."

"Sini untukku saja."

Felix mengambil gelas Changbin dan meminum kopi itu diakhiri kerutan di dahi dari lidah yang merasakan pahit. Ah, Felix tidak suka kopi tanpa gula

"Ini salahmu jika nanti malam aku tidak bisa tidur," ucap Felix sembari kembali meneguk kopinya.

"Aku kan tidak menyuruhmu meminumnya," ucap Changbin dengan santai sembari mengedikkan bahu.

Felix memutar bola mata malas sebelum kemudian menatap sekitar dimana keadaan sedang sepi.

Cup

"Semangat kerjanya, sampai jumpa di rumah nanti."

Felix segera pergi setelah mengecup singkat bibir kekasihnya. Changbin yang diberi semangat tambahan tentu saja merasa senang. Pemuda itu tersenyum sebelum kemudian menyeduh teh untuk ia bawa ke ruangannya.

Ingat kan dengan dua anak SMA yang dulu dipertemukan dengan cara yang agak aneh? Kini mereka sudah dewasa, sudah bekerja di bidang masing-masing meski masih saling berhubungan. Seperti yang bisa diduga, Changbin berhasil menjadi seorang dokter berprestasi, sedangkan Felix turut meraih impiannya menjadi seorang psikolog di rumah sakit yang sama dengan kekasihnya. Ah, kini mereka juga tinggal bersama. Awet sekali kan hubungan mereka?










"Tagihan bulan ini tinggi sekali," gumam Felix sembari membaca tagihan listrik rumahnya dengan sang kekasih.

Felix mendekati Changbin yang sedang memberi makan ikan di akuarium sebelum kemudian bergelayut manja di lengan kekasihnya.

"Kurangi membeli alat elektronik, kau membuat tagihan listrik rumah kita menyaingi tagihan listrik hotel," ucap Felix sembari memperhatikan ikan-ikan yang sedang makan.

Selain menjadi dokter, Changbin punya kesibukan lainnya. Melihat-lihat ulasan barang elektronik terbaru dan keesokan harinya barang itu sudah ada di rumah mereka. Felix yang merasa tidak membutuhkan barang-barang itu jadi sering mengomel karena rumah mereka makin lama makin mirip tempat eksperimen robot. Iya, serba modern dan apa-apa menggunakan mesin. Bayangkan, untuk apa membeli alat pijat yang menambah beban listrik jika Felix saja bisa memberikan pijatan yang lebih hebat? Pakai plus-plus pula. Halah.

"Aku kan membelinya juga untuk memudahkanmu berkegiatan."

"Iya sih, tapi sayang uangnya, lebih baik kau tabung untuk kebutuhan yang lain."

"Contohnya?"

"Membelikan aku motor sport."

Changbin mendengus geli. Dari zaman SMA sampai sekarang sudah kerja masih saja Felix mengidamkan motor semacam itu. Padahal Felix sudah mengendarai mobil yang bisa dibilang tidak murah juga, tapi pemuda manis itu tidak bisa membeli motor impiannya meski tabungannya sangat cukup untuk membelinya. Alasannya? Tentu saja papa dan ayahnya yang melarang keras, Changbin ikut-ikutan pula. Ya susah dong jadinya.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang