Rules Of Love VII

1.5K 229 73
                                    


Jika biasanya pelangi muncul setelah badai, maka hari itu merupakan hari spesial dimana badai menampakkan diri setelah pelangi. Semalam merupakan momen yang mendebarkan dimana untuk pertama kalinya Felix berciuman dengan Changbin, namun siapa sangka jika keindahan itu tak bertahan lama.

Felix yang sedang berbunga-bunga biasanya akan sulit tidur dan hal itu berlaku juga untuk semalam. Jika ditotal mungkin Felix hanya tidur selama dua jam, itupun tidurnya tak berkualitas lantaran terganggu dengan sebuah notifikasi pesan yang mengabarkan kelas siang berganti jam menjadi pagi. Sedih kan?

Di sinilah Felix sekarang. Duduk di ujung belakang kelas dengan segelas kopi di hadapannya. Sesekali mulutnya terbuka lebar memperlihatkan betapa mengantuknya dirinya. Felix nyaris memejamkan mata jika saja matanya tak menangkap pergerakan seorang lelaki yang memasuki kelas.

"Selamat pagi, hari ini saya menggantikan Pak Lim mengajar mata kuliah ini karena beliau berhalangan hadir. Aturan yang selalu saya terapkan berlaku juga untuk kelas hari ini, jadi saya harap semua mahasiswa fokus pada materi."

Seo Changbin si dosen galak, teman sekamarnya, calon suaminya, kini berdiri tegap di depan kelas dengan pakaian yang sama dengan yang pagi tadi dikenakan. Ketampanannya masih sama namun auranya begitu berbeda. Sebenarnya sama saja bagi mahasiswa lain, namun tidak bagi Felix yang tadi pagi masih sempat merasakan perhatian manis dari lelaki itu.

Kelas dimulai, seluruh pasang mata memperhatikan layar proyektor di depan dengan telinga yang mendengarkan seksama setiap penjelasan yang diberikan. Felix berusaha untuk fokus, namun rasa kantuk berhasil menyerangnya hingga ia harus mati-matian menahan diri untuk tidak memejamkan mata. Sesekali tangannya mencubit pahanya namun itu saja tak mampu membuatnya tetap terjaga

"Selanjutnya.."

Changbin terus bicara, sesekali menaikkan volume suaranya membuat Felix kembali membuka mata. Felix paham, Changbin mencoba membantunya tapi ia benar-benar sudah tak tahan lagi. Makin lama Felix makin terpejam hingga akhirnya ia tak mendengar apa-apa lagi.

"Fel.. Felix.."

"Hm?"

Perlahan Felix membuka mata dan mendapati salah seorang temannya menatap khawatir ke arahnya. Felix buru-buru menegakkan duduknya hingga ia menelan ludah melihat Changbin tepat berada di depan mejanya. Seluruh perhatian pun tertuju padanya namun tidak ada yang lebih menakutkan dibanding tatapan Changbin saat ini.

"Kau bisa lanjutkan tidurmu di koridor, di kantin, di taman, atau di manapun selain di kelas saya. Silahkan, pintu kelas terbuka lebar untukmu keluar."

"Pak maaf, saya– saya– tidak sengaja. Maaf pak," ucap Felix terbata sembari menatap memohon ke arah lelaki di hadapannya.

"Keluar."

Felix menatap Changbin dengan mata berkaca-kaca. Belum apa-apa jatah membolosnya sudah terambil secara paksa. Memang ini salahnya, tapi apakah ia tidak bisa merasakan sedikit privilege sebagai calon pasangan dosennya itu? Tidak bisakah ia tetap di dalam kelas sampai perkuliahan berakhir?

"Saya tunggu."

Felix membereskan bukunya dengan lesu kemudian pemuda manis itu keluar dari mejanya dengan buru-buru hingga lututnya menabrak kaki meja. Ia hanya bisa mengaduh pelan meski sakitnya luar biasa. Ingat, baru kemarin ia jatuh, jadi paham kan sakitnya seperti apa? Changbin sedikit bergerak karena terkejut namun lelaki itu tetap bungkam sembari mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tidak tega.

Felix keluar kelas dengan langkah tertatih diiringi tatapan iba dari beberapa mahasiswa. Kenapa ia jadi kelihatan sangat menyedihkan?

Sebelum keluar pemuda manis itu menoleh menatap Changbin kemudian membuang muka ketika lelaki itu juga menatapnya. Kesal!

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang