Limerence III

1.2K 210 71
                                    


Changbin dan Felix menghabiskan banyak waktu di warkop. Mengobrol santai layaknya teman akrab yang sedang main bersama. Keduanya jadi makin dekat dan saling mengetahui kepribadian satu sama lain. Pokoknya mereka seperti teman sebaya, mungkin karena penampilan dan wajah Changbin yang masih cocok disebut mahasiswa.

Pukul 11 lewat Changbin mengantar Felix pulang dan keduanya masih terus mengobrol seakan waktu tadi masih belum cukup. Sejujurnya obrolan mereka tak sepenuhnya obrolan ringan karena Felix juga seringkali melontarkan kalimat polos dengan tujuan menggoda Changbin. Baginya apapun pembicaraan mereka ia harus tetap melancarkan rencananya.

"Maaf ya om membawamu pulang sampai selarut ini. Kau tidak akan dimarahi orangtuamu kan?"

"Anak laki-laki beda dengan anak perempuan om. Orangtuaku tidak peduli aku pulang jam berapa, yang penting aku tidak pakai narkoba dan menghamili anak orang saja."

Changbin tersenyum tipis mendengar ucapan ceplas-ceplos Felix. Ketika sampai di depan rumah Felix, pemuda manis itu tak langsung turun, ada hal lain yang ingin ia lakukan. Menggoda Changbin tentu saja.

"Terima kasih om."

Felix mendekat dengan cepat, ingin memberikan kecupan di pipi lelaki itu. Tapi... Keduanya terkejut ketika bibir Felix justru mendarat di bibir Changbin yang kebetulan menoleh ke arahnya. Seketika suasana menjadi canggung namun Felix pantang menyerah dan malah makin nekat. Perlahan pemuda manis itu memberikan lumatan pelan, meski Changbin tak membalas namun ia tetap melanjutkan ciumannya hingga bibir Changbin sedikit bergerak. Ketika Changbin mulai membalas ciumannya, Felix langsung melepasnya dan kabur masuk ke rumahnya tanpa menoleh ke belakang lagi.

"Semoga berhasil," gumam Felix sembari mengintip keluar dimana mobil Changbin masih ada di depan rumahnya. Pemuda manis itu terkikik sebelum kemudian masuk ke kamarnya dengan langkah riang.

"Pasti sedang mengalami pergolakan batin," gumamnya dengan senyum lebar. Ia bahagia malam itu. Berhasil menggoda Changbin dan dapat bonus sebuah ciuman singkat.











Tiga hari pasca kejadian ciuman, Changbin belum juga menghubungi Felix. Pemuda manis itu santai saja karena ia memang sengaja bermain tarik ulur. Ia akan menunggu sampai paling lambat satu minggu, jika Changbin belum juga menghubunginya barulah ia yang akan bergerak lebih dulu.

"Fel, mau nebeng tidak?"

Felix menguap lebar sembari menggeleng untuk menolak tawaran temannya. Terbukti kan Felix punya teman-teman yang setia kawan. Jangankan teman tongkrongan, teman sekelas saja baik semua. Buktinya tanpa diminta mereka menawarkan tumpangan ketika jam pulang sekolah berbunyi.

"Mau naik angkot agar lebih go green, mengurangi polusi di jalanan."

"Aku naik motor sendiri ataupun memberimu tumpangan polusinya sama saja, bodoh!"

"Kehadiranmu saja sudah jadi polusi tersendiri di dunia yang indah ini," ucap Felix dengan asal yang justru membuat temannya tertawa sembari mengumpat pelan.

"Ya sudah kalau tidak mau, duluan ya."

Felix mengangguk kemudian pemuda manis itu mengambil ponselnya ketika benda itu bergetar di meja.

"Wah datang sendiri tanpa diberi umpan," gumam Felix yang kemudian mengangkat panggilan itu dengan nada sok manis.

"Halo om?"

"Sudah pulang sekolah?"

"Sudah om."

"Kebetulan om baru pulang meeting di dekat sekolahmu, ayo sekalian saja biar om antar kau pulang. Motormu masih di gym kan?"

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang