Idée Fixe VI

1.4K 230 65
                                    


"Pulangnya jangan malam-malam."

Felix mengangkat jempol ke arah papanya sebelum kemudian turun dari mobil dan berlari kecil memasuki gerbang. Hari Senin kali ini terasa berbeda dari biasanya. Pagi itu matahari bersinar sangat cerah tapi Felix tidak mengeluh seperti biasa dan justru terlihat bersemangat karena ia akan bertemu kekasihnya di sekolah. Iya, dirinya sudah tidak jomblo kan?

Kaki Felix melangkah menuju tempat parkir hingga senyumnya mengembang melihat punggung Changbin yang sedang duduk di motornya sambil memainkan ponsel. Felix berlari mendekat dan menepuk pundak Changbin hingga pemuda itu mendongak menatapnya.

"Selamat pagi, pacar!"

"Pagi."

Felix tersenyum makin cerah sebelum kemudian memberikan helmnya pada Changbin. Oh benar, Changbin yang akan mengantar Felix pulang, sekalian kencan tipis-tipis sepulang sekolah nanti. Felix yang memintanya dan Changbin iya-iya saja.

"Nanti istirahat makan bersama ya?"

"Iya."

"Sungguh?"

Felix berbinar, masih tidak percaya jika Changbin mengiyakan ajakannya mengingat selama pendekatan pemuda itu selalu menolak dan bersikap seolah tidak menyukainya.

"Iya, sana ke kelas," usir Changbin sembari mendorong pelan lengan Felix.

"Bergandengan?"

Kali ini Changbin menolak tapi bukan Felix namanya kalau tidak memaksa. Pemuda manis itu menarik tangan Changbin namun kemudian ia merengut ketika Changbin menepuk tangannya cukup keras.

"Kau bukan anak TK yang perlu digandeng sampai kelas."

"Galak sekali pacarku," keluh Felix sembari mengusap punggung tangannya.

"Felix!"

Changbin dan Felix menoleh ke arah Peter yang baru datang dengan motor baru. Motor sport berwarna hijau yang menyilaukan mata.

"Wow, pagi Peter sayang, mau dong diantar pulang naik motor mahal."

Felix mulai berulah. Berucap tengil sembari mengedipkan sebelah matanya.

"Boleh, bilang saja pada om untuk tidak menjemputmu."

Felix tau Peter memang baik, tapi ia tidak tau kalau kekasihnya tak sebaik itu. Pemuda manis itu menoleh dan seketika bergidik ngeri melihat Changbin yang sedang menatapnya. Sungguh, ekspresinya memang datar tapi auranya agak beda dari biasanya.

"Tidak ah, kalau naik motormu yang ada wajah tampanku tertampar angin dan jadi kendur."

"Kau yang di depan, jadi sopir."

Aduh, Felix tergoda. Peter sangat tau dirinya. Felix selalu mengidamkan motor sport tapi papa dan ayahnya menolak permintaannya. Naik motor bebek saja sudah keluyuran kemana-mana, apalagi naik motor mahal. Bisa-bisa Felix touring keliling negara.

"Nanti saja kapan-kapan, hari ini aku pulang dengan pacar," ucap Felix dengan senyum bangga.

"Pacar apa? Pacar ketimun?"

"Itu acar!"

Peter meringis sebelum kemudian menatap Changbin yang masih memegang helm Felix. Seketika Peter terdiam sebelum kemudian kembali menatap sahabatnya.

"Jangan bilang..."

"Pacarku," ucap Felix sambil menepuk-nepuk bahu Changbin.

Seketika Peter menjauh. Bukan karena aura Changbin, tapi karena ia ogah mendengar ocehan Felix yang pasti mau pamer dan berakhir menghinanya yang masih jomblo. Ah, cerita lama.

Three Words 6 [ChangLix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang