Chapter 2 : William

529 14 0
                                    

Penolakan yang dilakukan gadis itu semakin membuatnya merasa tertantang. Hanya Mia yang mampu menolak pesonanya, dan itu berhasil membuat insting predatornya terbangun. Dia harus membuat gadis itu bertekuk lutut di hadapannya, jika gagal maka harga dirinya akan sangat terluka.

BMW yang dikendarainya pun berhenti tepat di pinggir jalan. Dari dalam sini dia terus mengamati gadis itu, yang sedang menyumpal kedua telinganya menggunakan headset, dan mengabaikan sekelilingnya. Gadis itu tidak bergabung dengan sekelompok gadis yang sedang mengobrol di sampingnya. Padahal dia tahu sekali bahwa mereka semua satu kantor dengan Mia. Sepertinya gadis itu orangnya sangat tertutup, terbukti dari tingkah gadis itu yang terlihat cuek terhadap sekelilingnya.

Perhatian pria itu teralihkan ketika merasakan getaran di saku celananya. Sial! Siapa yang telah mengganggu kesenangannya?

Dia berdecak dengan keras ketika membaca nama yang tertera di ponselnya. Renata dengan emoticon love di akhir namanya sedang memanggilnya. Dengan perasaan kesal dia pun menolak panggilan telepon itu dan tidak lupa untuk mematikan ponselnya.

Akhir-akhir ini Renata terlalu cerewet. Jika dia tidak membutuhkan kenikmatan yang dia dapatkan ketika bercinta dengan wanita itu mana mungkin dia kuat bertemu dengannya. Mungkin karena pernikahan mereka yang tinggal menghitung bulan membuat wanita itu seperti itu.

Pandangannya berubah menjadi panik ketika melihat gadis itu menjauh dari halte bus. Ke mana dia akan pergi? Pria itu pun menjalankan BMW. Saat mobilnya berada di samping gadis itu dia membunyikan klakson yang sangat nyaring didengar dan membuat gadis itu tersentak hebat.

"Kau? Kenapa kau mengikuti aku?" tanya gadis itu sambil membulatkan kedua matanya.

William tersenyum miring dan mengedipkan sebelah matanya. "Kau tidak ingin berubah pikiran? Kursi di sebelahku masing kosong. Jika kau mau, aku bisa mengantarmu dengan selamat ke rumah."

Mia menggelengkan kepalanya. "Aku akan bermimpi buruk setelah ini jika aku duduk di samping kau." Kemudian berlari sekencang-kencangnya untuk menghindari pria itu.

Melihat gadis itu menjauh darinya membuat William tidak terima. Dia pun segera menancapkan gas mobilnya dan melaju dengan kecepatan penuh. Kemudian mobil itu menghadang langkah gadis itu saat Mia akan menyebrang.

"Are you crazy? Kau akan membunuhku jika seperti ini!" teriak gadis itu dengan pandangan frustasi. Siapa yang tidak marah jika jalan kau dihalangi seperti ini. Apalagi pria itu dengan seenaknya membanting mobil  mahal itu ke depannya. Untung saja dia langsung mundur jika tidak maka hidupnya akan berakhir detik ini juga. Dia kembali tercengang ketika mendengar suara pintu mobil yang ditutup dengan keras. Astaga, pria itu memang ingin mengakhiri hidupnya sekarang juga.

Pria itu berjalan dengan langkah tegas sambil menghampirinya. Rahangnya mengetat dengan keras, membuat gadis itu meneguk ludahnya karena melihat ekspresi marah dari atasannya itu. Dia belum pernah melihat William marah seperti ini.

William tidak mengatakan apa pun saat berdiri di depannya. Pria itu melepaskan headset yang terpasang di telinga gadis itu dan menarik paksa tangan mungil itu membuat Mia bisa mencium aroma citrus yang berasal dari tubuh pria itu.

Tangan kiri pria itu membawa bolpoin berwarna hitam yang ada di saku celananya kemudian dengan menggunakan mulutnya, dia membuka penutup pulpen itu. William membuang penutup pena itu begitu saja, dan tangan kirinya dengan lincah menuliskan sebuah nomor telepon di atas telapak tangan mungil itu.

"Aku yakin kau akan menghubungiku tidak lama setelah ini. Aku benar-benar sangat tertarik dengan kau, Mia Jhonson." Setelah mengatakan hal itu, William menjauh dari gadis itu. Sebelum masuk ke dalam mobil dia menatap lekat kepada gadis itu, kemudian memamerkan senyuman menawannya yang hanya dia perlihatkan kepada Mia.

Gadis itu hanya menatap datar kepada pria itu. Dia tidak pernah bermimpi untuk menjalin kasih dengan William. Karena dia tahu, akhir dari kisahnya. Berbeda dengan Cinderella yang menikah dengan pangeran dan hidup dengan damai. Di dunia nyata seperti ini, malah sebaliknya. Cinderella akan menderita karena perbedaan sosial mereka yang sangat jauh.

Mia kembali melanjutkan langkahnya ketika BMW hitam itu sudah pergi dari hadapannya, dan membiarkan nomor telepon pria itu yang ada di tangannya begitu saja. Gadis itu tahu  William berbuat sampai seperti itu karena penolakan darinya.

Kedua kaki mungilnya masuk ke sebuah mansion yang sangat besar. Namun, dia tidak masuk melalui pintu utama. Dia menyusuri jalanan samping mansion dan masuk melalui pintu dapur.

Mia tersenyum lebar ketika melihat seorang wanita paruh baya dengan setelan pakaian pelayan berwarna hitam sedang sibuk mencuci piring. Kedua tangan mungilnya memeluk wanita itu dengan erat membuat si empunya menyunggingkan senyuman tipisnya.

"Mami..."

Wanita itu segera mengeringkan kedua tangannya dan melepaskan keuda tangan mungil yang melingkar di pinggangnya.

"Kamu belum makan malam bukan? Mami sudah sisakan makanan untuk kau," jelas wanita itu sambil membuka lemari yang berada di atas. Dia membawa satu buah mangkuk yang di dalamnya terdapat Tom yam, makanan khas Thailand. Tom yam adalah sup yang terdiri dari udang, ayam, ikan dan jamur.

Sepertinya untuk makan malam hari ini, tuan di rumah ini memilih untuk menjadikan Tom yam sebagai menu makan malam.

Wanita itu meletakkan sup tom yam itu di meja kecil yang ada di dapur. 

"Masih hangat. Tadi baru Mami hangatkan."

Mia menganggukkan kepalanya. Dia pun membawa sendok dan memakan sup itu dengan lahap. Rasa asam dan pedas yang terdapat di dalam sup membuat kepalanya terasa segar, kepenatan yang tadi sempat ada di dalam pikirannya hilang seketika..

Dia menatap wanita itu dengan pandangan lekat dan mengacungkan kedua jempolnya. "Delicious." Kemudian dia terkekeh pelan ketika merasakan usapan lembut yang ada di kepalanya. Wanita paruh baya itu kembali melanjutkan aktivitasnya sedangkan dia memilih untuk menyantap tom yam super nikmat ini.

Dia mengarahkan sendok berbahan plastik yang ada di dalam genggamannya untuk mencoba udang yang sangat terlihat nikmat itu. Rasanya sangat lembut ketika udang itu masuk ke dalam mulutnya. Makanan orang kaya memang sangat berbeda dari biasanya. Sepertinya mereka memilih udang yang sangat bagus untuk bahan makanan ini.

Akan terapi kenikmatan itu hanya sesaat. Kedua matanya melotot dengan tajam ketika mendapatkan siraman air dingin yang ada di atas kepalanya. Rambut pirang panjangnya basah kuyup. Sontak kedua tangannya mengepal dengan erat ketika menerima serangan seperti itu.

"What are you doing!" teriaknya dan menatap sosok gadis yang berdiri di sampingnya dengan tatapan marah.

Gadis berambut cokelat dengan setelan pakaian tidur itu berkacak pinggang. Mata birunya menatap dengan marah. Tangan kanannya menarik rambut pirang Mia dengan keras.

"Ada hubungan apa antara kau dan William? Kau tahu bukan William adalah calon suamiku! Kau berniat untuk merebutnya dariku?"

Tangan mungil Mia berusaha untuk melepaskan tangan gadis itu dari rambutnya. Ketika mendengar nama William disebut dirinya kembali kesal.

"Siapa yang akan merebut bajingan itu dari kau brengsek!"

Gadis itu melepaskan tangannya dari rambut pirang itu. Hanya saja dia belum puas jika tidak membuat Mia menderita. Dia membawa tom yam yang ada di atas meja dan membuangnya ke dalam tong sampah. Wanita tua yang ada di sana hanya terdiam. Dia tidak bisa menolong Mia dari gadis itu.

"Jika kau berani merebut William dariku. Aku tidak akan segan-segan membuat hidupmu menderita di dalam sini." Setelah mengatakan hal itu gadis berambut cokelat itu meninggalkan dapur.

Wanita tua yang ada di sana pun langsung mendekat ke arah Mia dan mengusap rambut pirang itu menggunakan kedua tangannya. "Maafkan mami, karena tidak bisa membela kau dari Renata."

Mia menganggukkan kepalanya. Dia menggenggam kedua tangan keriput itu dengan lembut dan menatapnya dengan tatapan lekat.

"Mami Bella sudah membesarkan aku dari kecil sampai besar, meski pun Mami bukan Mami kandungku tapi Mami menganggap aku sebagai anak sendiri, dan itu sudah cukup. Mami tidak perlu membahayakan posisi mami di sini untukku."

SELINGKUHAN CEO [PINDAH KE KARYAKARSA]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora