Chapter 5 Dimulai

942 13 0
                                    

Mia meneguk ludahnya ketika melihat wajah pria itu yang berubah menjadi menggelap seperti ini. Tubuh jangkungnya terus mendekat kepadanya membuat tubuh gadis itu terus mundur ke belakang dan berhenti ketika beradu dengan tembok. Dia menahan napasnya saat pria itu berada sangat dekat dengan wajahnya. Bibir tebal itu mengecup pelan bibirnya dan menatapnya dengan tatapan lekat.

"May I?

Gadis itu memeluk erat pria itu dan menggelengkan kepalanya. Dia sungguh menyesal karena telah membuat pria itu sangat menderita seperti ini, apalagi dia bisa merasakan kejantanan pria itu sudah menegak dengan sempurna di balik celana bahan itu.

"Aku sedang menstruasi. Maafkan aku," ujar gadis itu dengan nada penuh penyesalan.

Bagaikan diserang petir di siang bolong, tubuh pria itu menegang dengan sempurna dan hasrat untuk bercinta yang sudah berkobar seperti api membara harus lenyap seketika. Kemudian tawa keras terdengar. Dia kira dirinya tidak akan mengalami hal ini. Sial.

"Tidak apa-apa sayang, hanya saja aku butuh mandi air dingin sekarang."

Mia mendongakkan kepalanya dan menatap William yang membalas tatapannya. "Kenapa kau tidak datang ke Renata dan bercinta dengannya? Kejantanan kau sudah mengeras sekarang."

William tertawa miris mendengarnya. "Kau pikir setelah bertemu dengan kau, aku bisa bercinta dengan Renata? Tentu saja tidak sayang. Hati dan tubuhku menginginkan kau," ujar pria itu sambil mengelus rambut pirang Mia dengan lembut.

Pria itu pun melepaskan pelukannya dan mendudukkan gadis itu untuk duduk di sofa ruang tamunya. "Tunggu di sini, aku akan ke kamar sebentar."

"Untuk mandi air dingin?"

"Bisa jadi."

Mendengar hal itu membuat Mia tergelak. Padahal dia tidak akan marah sedikit pun meski pun William menghabiskan malam dengan Renata. Toh mereka akan menikah dan menjadi suami istri. Di sini dia hanya akan menjadi duri di dalam rumah tangga sepupunya itu, dan saat dendamnya terbalaskan dia akan melanjutkan hidupnya.

Sambil menunggu William kembali dia menyapukan iris matanya ke sekeliling rumah ini. Pandangannya terpaku ketika melihat sebuah foto berukuran besar yang di pajang di sana. Dia tahu kapan foto itu diambil. Ketika Renata dan William bertunangan. Renata sangat cantik dengan gaun merah mudanya yang membalut tubuh mungil itu. William juga terlihat tampan dengan kemeja putihnya, seperti pangeran yang datang untuk menjemput kekasihnya. Mereka berdua sangat serasi dan cocok untuk menjadi sepasang kekasih.

Dia kembali melihat dirinya. Sekarang dia memakai mantel yang dibelinya dua tahun lalu itu pun dengan cara menyicilnya dan sepatu hitam yang sudah terlihat lusuh. Jauh berbeda dengan Renata yang selalu memakai pakaian bermerek dan selalu terlihat baru.

Kemudian dia mengingat perkataan William. Apa yang membuat pria itu tertarik kepadanya? Dari sisi mana dia terlihat cantik di mata pria itu?

"Kau risih dengan foto itu?"

Suara William sangat mengejutkan dirinya. Dia menatap pria itu yang sudah berganti pakaian dengan kaos hitam lengan pendek dan celana yang panjangnya sampai lututnya. Pria itu berjalan menuruni tangga sambil mengunci pandangannya kepadanya.

"Meletakkannya di sana bukan keinginanku. Sepertinya akan aku pindahkan pada pagi hari ketika para pelayan sudah datang. Bobotnya lumayan berat, dan aku tidak sanggup memindahkannya sendirian," ujar pria itu sambil duduk di samping gadis itu.

Mia kembali memandang foto itu. Bingkai fotonya terlihat sangat mahal. Sepertinya terbuat dari kayu yang berkualitas. "Aku tidak risih sedikit pun. Hanya saja aku penasaran kenapa kau tidak tersenyum sedikit pun di sana. Apakah acaranya terlalu membosankan?"

Tangan besar itu merangkul pundak mungil itu dengan lembut dan menariknya agar masuk ke dalam pelukannya. Dia mengecup rambut pirang itu dengan penuh kasih sayang dan memandangi foto yang menjadi objek pembicaraan mereka berdua.

"Aku terpaksa. Pria tua itu langsung saja menjodohkan aku dengan Renata. Untung saja Renata bisa dipakai, membuatku betah sampai sekarang."

Mia tentu saja tidak terkejut sama sekali. William dan Renata pasti sudah melakukannya. Apalagi mereka sudah bertunangan dan sebentar lagi akan menjadi suami istri.

"Jika Renata hamil bagaimana?"

William menggelengkan kepalanya. Dia bukan tipe pria yang mudah menghamili seorang wanita. Dia juga bermain aman untuk menjaga kesehatannya. "Aku selalu memakai kondom sayang, Renata juga meminum pil pencegah kehamilan. Jadi dia tidak akan hamil begitu saja."

"Tapi berbeda dengan kau. Aku tidak akan memakai kondom."

Mia kembali terkekeh dan menatap pria itu dari jarak yang cukup dekat. Mungkin jika dia maju lebih depan maka bibirnya akan mendarat di pipi pria itu. Akan tetapi sekarang bukan saatnya, dia tidak mau membuat pria itu kesakitan lagi.

"Kenapa? Kau mau aku hamil? Aku pernah bercinta dengan banyak pria jika kau belum tahu."

Kedua alis pira itu terangkat. Dia semakin mengeratkan tangannya yang ada di bahu mungil itu agar Mia semakin dekat kepadanya. Gadis itu memang gemar bercanda. Padahal dia sangat tahu selama tiga puluh tahun hidup gadis itu, Mia tidak pernah sekali pun mengenal pria.

"Benarkah? Kalau begitu ceritakan bagaimana cara bercinta kau dengan pria-pria itu."

Gadis itu tertawa terbahak-bahak karena tidak bisa menjawab sedikit pun pertanyaan dari pria itu. Dia melingkarkan tangannya di pinggang pria itu dan menaruh kepalanya di dada bidang itu.

"Dari malam ini dan seterusnya kau bisa tinggal di rumah ini. Jika kau mau tentu saja, kalau pun tidak aku bisa membelikan rumah yang kau inginkan."

"Sepertinya aku akan tetap tinggal di rumah keluarga Jhonson. Bukannya kita sepakat untuk menjadi selingkuhan terlebih dahulu. Jika aku tinggal di sini maka Renata akan tahu."

Pria itu menghela napas panjang. Padahal dia ingin membuat gadis itu menjadi istri dan nyonya di rumah ini. Semua wanita akan langsung menganggukkan kepalanya jika berada di posisi gadis itu. Akan tetapi Mia malah sebaliknya. Gadis itu justru ingin menjadi selingkuhannya.

Benar-benar unik.

"Kau tidak takut jika aku jatuh cinta kepada Renata?"

"Tidak. Berarti rencana untuk balas dendam kepada Renata gagal dan aku terjebak di rumah ini sebagai pelayan selamanya. Kalau kau jatuh cinta kepada Renata aku harus bagaimana? Menangis sambil memohon cinta kepadamu begitu?"

William semakin mengeratkan pelukannya dan mengecup kedua pipi itu bertubi-tubi. "Tentu saja itu semua tidak akan terjadi sayang. Aku akan selamanya jatuh cinta kepada kau."

Mia kembali menatap pria itu dan tersenyum miring. "Tapi aku tidak."

"Argh! Kau malah semakin menggemaskan sayang," ucap pria itu sambil mengeratkan pelukannya di tubuh mungil itu. Semakin Mia menolaknya entah kenapa membuat dirinya makin jatuh cinta kepada gadis itu.

"Jangan-jangan kah berbohong kepadaku? Kau sebenarnya tidak menstruasi kan?"

Mia mencubit pipi pria itu meninggalkan ruam kemerahan di kedua sisi. "Yang itu benar. Kau ingin melihatnya sekarang?"

"Tentu saja tidak. Aku lebih suka melihatnya setelah bersih dari apa pun."

Gadis itu berdecak kesal dan kembali memeluk pria itu. Tubuh William sangat hangat dan memenangkan. Membuat kedua matanya lama-kelamaan terpejam dan terlelap dalam mimpi yang indah.

SELINGKUHAN CEO [PINDAH KE KARYAKARSA]Where stories live. Discover now